Menutup Mata dan Telinga; Menyembunyikan Wajah

15 6 2
                                    

Karya: Tika

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Karya: Tika

Setelah kejadian pada malam itu, Azalea tak tahu lagi bagaimana caranya menghadapi dunia ini. Ia takutr dan malu pada dirinya sendiri—bagaimana jika dunia ini tahu apa yang terjadi padanya?

Bagaimana jika seluruh dunia ini tahu bahwa dirinya hanyalah seorang pelacur yang rela menjual tubuhnya untuk melunasi utang-utang mendiang Ayahnya?

Potongan-potongan gambar dari kejadian malam itu masih sering berkelebat di benaknya. Bagaimana tangan besar dan hangat milik Julio, mantan rekan kerja mendiang Ayahnya—yang harus Ia akui memang luar biasa rupawan itu— menyentuh segala bagian dari tubuhnya, termasuk bagian yang tak Ia ketahui dapat dijangkau oleh tangan seorang manusia sekalipun, dan bagaimana dirinya hanya terbaring di sana, berjerit keenakan dan bukannya menolak.

Hatinya berdenyut sakit, nyaris sama sakitnya dengan sekujur tubuhnya kala menyadari bahwa bukan ini yang diinginkan oleh mendiang orang tuanya yang baru saja meninggal dunia akibat kecelakaan pesawat terbang yang mereka alami beberapa bulan lalu itu.

Ia memeluk erat kedua lurutnya di atas sofa seraya menggenggam erat selimut yang membalut tubuhnya seolah selimut itu dapat membalikkan waktu—kau bodoh, Azalea pikirnya. Seharusnya kau tetap menjata harga dirimu meskipun debt collector itu memukulimu sekalipun.

Tak lama kemudian, tubuhnya terjatuh berbaring di atas sofa itu, diiringi dengan air matanya yang mulai mengalir seolah mencoba mencuci dirinya yang kini telah kotor—televisi di hadapannya terus menyala dengan terangnya, menjadi satu-satunya sumber pencahayaan pada ruangan itu, menampilkan sebuah acara komedi dan penontonnya yang terus tertawa, seolah mengejek penyesalan Azalea yang tidak ada artinya lagi pada tahap ini.

Azalea Zefanya merasa bagaikan gadis terbodoh di dunia ini, menyesali apa yang telah terjadi. Menangisi keputusannya yang telah terbang pergi dibawa waktu yang tak bisa lagi diputarbalikkan.

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
INDITE; The StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang