♟️ Extra Part ♟️

5.1K 653 194
                                    

Rembulan tersenyum menyinari malam. Mengganti posisi sang surya untuk menemani dunia. Tak banyak yang bisa dilakukannya, hanya bisa berdiam dan menanti fajar menjemputnya. Dingin hembusan sang raja angin melengkapi heningnya purnama kali ini. Membawa serta daun kemarau terbang bersamanya. Membuat para insan anak manusia enggan meninggalkan tempatnya, setia berlindung pada selimut tebalnya. Kecuali satu orang, ia adalah sang Duke Regis Adrey Floyen.

Duda tampan nan keren itu tengah dilanda rasa galau dan bimbang. Pasalnya, murid perempuan satu-satunya itu akan pergi besok pagi. Meski berat, ini adalah keputusan terbaik yang bisa Regis ambil untuk kebaikan gadis itu.

Regis tau [Name] mungkin kecewa dan marah padanya, tapi sekali lagi, ini demi kebaikan [Name] sendiri. Regis tidak sudi jika anak didiknya itu menjadi selir Kaisar. Lebih baik [Name] hidup bahagia di negara asalnya daripada hidup bersama Kaisar yang tidak berbeda dengan hidup di neraka.

Padahal ada cara lain.

Menyelamatkan [Name] dengan cara menikahi anak itu, misalnya.

Hah?

Regis menggeleng saat pemikiran absurd itu terlintas di kepalanya. Bagaimana mungkin dia berpikiran untuk menikahi [Name]?!

'Aku mencintaimu, Guru'

Regis menghela napas panjang. Bukan sekali dua kali [Name] mengatakan bahwa gadis itu mencintainya, tapi Regis tidak pernah menganggap serius pengakuan itu. Bukan karena tidak suka, Regis hanya merasa tidak pantas. [Name] itu seusia dengan Juvelian, Regis merasa ia lebih cocok menjadi Ayah ketimbang suami untuk murid perempuannya tersebut.

Ah, masihkah [Name] menganggap Regis sebagai gurunya? Anak itu sedang marah, 'kan?

Lagi. Ayah tampan itu menghela napas lelah. Maniknya lalu beralih pada kotak berisi benda yang dulu pernah Regis suruh [Name] mendapatkannya.

Benda itu adalah sebuah kalung. Ada sihir penyembuh di dalam liontinnya. Sebenarnya benda itu akan Regis berikan pada [Name] sebagai hadiah kedewasaan gadis itu. Meski terlambat, Regis tetap ingin memberikan [Name] hadiah. Tapi melihat situasi sekarang, apakah [Name] mau menerimanya?

'Yah, anggap saja sebagai kenang-kenangan 'kan?'

Setelah melalui pertimbangan yang panjang, akhirnya Regis memutuskan untuk menemui [Name] guna memberikan benda itu sekaligus melakukan beberapa pembicaraan.

.
.
.
.

'tok tok tok'

Entah sudah berapa kali Regis mengetuk, namun pintu itu tak kunjung terbuka.

"[Name], buka pintunya. Kita perlu bicara."

Hening.

'Apa dia masih marah?'

Regis kembali mengetuk, namun tetap saja tak ada jawaban.

Ketika Regis menyerah dan memutuskan untuk kembali ke ruangannya, sebuah suara yang berasal dari dalam kamar [Name] berhasil membuat pria itu mengurungkan niatnya.

'brak'

Lagi. Suara itu kembali tertangkap indra pendengarnya.

"[Name]! Apa yang terjadi?!"

'brak'

Suara itu kembali terdengar.

Karena rasa khawatir, Regis terpaksa mendobrak pintu kamar [Name] yang ternyata tidak terkunci.

Tak ada yang mencurigakan ketika Regis memasuki ruang pribadi murid perempuannya tersebut. Suara yang tadi ia dengar ternyata berasal dari jendela terbuka yang membentur dinding karena tiupan angin.

OLDER || Regis Adrey Floyen [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang