♟️3/5♟️

3.5K 621 13
                                    

Sang Duke tidak mengerti. Usia [Name] yang tidak jauh dari Juvelian membuat Regis yakin bahwa ia menganggap [Name] sebagai putrinya sendiri.

Tapi kenapa?

Kenapa Regis merasa terganggu dan tidak senang setiap kali melihat [Name] dekat dengan laki-laki lain?

Seperti waktu itu contohnya. Saat ia menghukum [Name] dengan menyuruhnya memotong rumput di taman kediaman Floyen yang luas. Sebenarnya jika [Name] tidak mengerjakan perintahnya pun tidak apa-apa. Tapi di luar dugaan, gadis itu melaksanakan hukumannya meski di selingi gerutuan di awal.

Letak taman yang berada di depan ruang kerja Regis membuat ayah muda itu bisa 'mengawasi' pekerjaan anak muridnya.

Suasana hati Regis baik-baik saja saat itu, hingga tiba-tiba keponakannya datang entah darimana. Dari kejauhan, Regis bisa melihat Gellordin mulai berbincang dengan [Name] sebentar sebelum laki-laki itu membantu pekerjaan gadis berhelai [hair color] tersebut.

Meski sifatnya terkadang sembrono, banyak orang mengakui bahwa [Name] memiliki paras yang rupawan. Tak jarang pula Regis mendengar obrolan para kesatria mengenai salah satu anak didiknya itu.

Dan tentu saja hal itu membuatnya tidak senang, meski selalu ditepisnya perasaan tersebut.

Perasaan ini jelas berbeda dengan rasa tidak sukanya ketika ada laki-laki yang mengganggu atau mendekati Juvelian.

Kali ini entah kenapa terasa lebih rumit.

'Tok Tok Tok'

Suara ketuakan pintu membuat Regis tersadar dari pikirannya. Ketika ia menggumamkan kata "masuk", Derrick pun mulai berjalan memasuki ruang kerja sang Tuan.

"Ada surat dari Yang Mulia Kaisar, Tuan."

Mendengar nama Kaisar, ekspresi Regis berubah dingin seketika.

"Kaisar?"

Derrick mengangguk sebagai jawaban. Pelayan muda itu segera menyerahkan sebuah amplop berisi surat pada Tuannya tersebut.

Regis menerima surat itu dan membacanya dalam diam. Ekspresi dingin di wajahnya langsung berubah benci begitu selesai membaca surat yang kini berakhir menjadi gumpalan di kepalan tangannya.

"Kaisar sialan. Apalagi yang dia inginkan kali ini?!"

Melihat reaksi Regis yang seperti itu, Derrick bisa menebak kalau sang Raja kembali memberi perintah yang tidak masuk akal kepada Tuannya.
.
.
.
.

[Name] menguap untuk kesekian kalinya. Terlihat sekali kalau gadis itu sedang sangat bosan. Meski begitu, ia tidak boleh lengah dalam tugas melindungi nona mudanya. Jadi mau tidak mau, suka tidak suka, [Name] harus setia berdiri di ruangan ini.

Hari ini adalah hari dimana Juvelian menghadiri Tea Party di kediaman Lady Veronica Joanna Terence. Ha! [Name] merasa nama itu terlalu bagus untuk orang yang memiliki perilaku buruk dan sifat yang munafik.

[Name] bisa tahu kalau kehadiran Juvelian tidak disambut baik oleh sang tuan rumah. Meski wajahnya menampilkan senyum yang menawan, namun pancaran mata yang terpantul dari iris Lady Veronica tidak bisa berbohong. Terlihat sekali kalau gadis berhelai hitam kebiruan itu tidak suka pada Juvelian.

'Cih! Kalau tidak suka, kenapa mengundang nona mudaku, sialan!' umpat [Name] dalam hati.

'Meski undangan itu atas saran Lady Rose sih,' sambungnya.

Apalagi setelah mengetahui alasannya membenci Juvelian, hal itu semakin membuat [Name] ingin mengumpati gadis itu dan juga laki-laki yang kini duduk di sampingnya.

"Lama tidak bertemu, Juvelian."

Mikhail, si laki-laki yang menurut [Name] brengsek itu tersenyum menjijikkan pada mantan pacarnya.

Bahkan sampai detik ini pun si brengsek itu masih saja memandang rendah Juvelian.

[Name] harus menahan rasa ingin menarik pedang dan menghunuskannya pada laki-laki itu demi kedamaian bersama. Bagaimana pun, ia tidak boleh membuat keributan di rumah orang. Kecuali jika terpaksa.

Juvelian hanya tersenyum formal sebagai balasan. Mungkin ia juga terlalu malas menanggapi sapaan sampah bernyawa itu.

Dari dulu, [Name] memang tidak suka pada Mikhail karena ia merasa laki-laki itu sedikit 'tidak beres'. Maka dari itu, begitu mengetahui bahwa hubungan Juvelian dan Mikhail sudah berakhir, [Name] langsung mengadakan perayaan dengan cara mentraktir rekan sesama ksatria sebagai bentuk rasa syukurnya.

[Name] lebih setuju Juvelian bersanding dengan Max daripada dengan psyco gila itu. Meski itu artinya ia harus berada di kubu yang berbeda dengan Regis yang menentang keras hubungan putri kesayangan dan murid kurang ajarnya tersebut.

"Siapa dia?"

"Sedang apa dia disini?"

Suara gaduh membuat [Name] mengalihkan pandangan pada posisi dimana Juvelian berada. Gadis itu hanya bisa menganga begitu iris [eye color] nya menangkap siluet seseorang yang baru saja ia pikirkan beberapa saat yang lalu.

'Kenapa Max ada disini?!'

.
.
.
.

Words : 670Rabu, 1 September 2021

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Words : 670
Rabu, 1 September 2021

OLDER || Regis Adrey Floyen [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang