Hari ini adalah hari yang apa banget menurutku. Beberapa kejadian langsung terjadi dalam satu hari dan satu tempat. Dan itu semua meninggalkan bekas yang nggak nyaman bagiku.Hari ini rasanya terlalu tiba-tiba. Tiba-tiba terkenal, tiba-tiba dekat, tiba-tiba bangga, tiba-tiba senang dan tiba-tiba nyesek. Aku nggak melebih-lebihkan apa yang aku rasakan karena memang begitulah nyatanya.
Sampai ketika aku hendak tidur, aku tidak bisa memejamkan mata. Kejadian hari ini masih berputar-putar dalam otakku. Mereka seperti film yang tengah tayang. Begitu runtut dan begitu jelas. Baiklah, baiklah ! Aku mengalah. Aku bangkit dari tidurku lalu segera duduk di kursi sambil menyalakan laptopku. Aku mulai mengetik. Semoga ini bisa memperbaiki perasaanku.
* * *
Dari luar Emily tampak seperti remaja pada umumnya. Wajahnya berjerawat dan sedikit gelap karena dia sering berlalu lalang di bawah teriknya sang raja siang. Postur tubuhnya seperti rata-rata orang Indonesia. Dan lirikannya tajam karena matanya kecil yang menyebabkan banyak orang keliru mengartikan tatapan Emily. Belum ada yang bisa membedakan mana tatapan sengit atau tatapan biasa saja.
Tapi itulah yang membuat Emily menarik menurutku. Orang-orang akan lebih hati-hati terhadapnya. Secara tidak langsung ia disegani di depan. Namun jika di belakang --- aku sempat beberapa kali mencuri dengar ada yang membicarakannya. Ada yang tidak menyukainya karena Emily tampak seperti orang yang nantang.
Tapi terserah, itu hak mereka. Dan aku tidak membahas persoalan keberadaan mereka yang tidak menyukai Emily. Aku hanya akan membahas tentang orang-orang yang menyukai Emily. Salah satunya aku.
Enam bulan yang lalu adalah awal pertama kali aku menyadari bahwa aku menyukai sesosok remaja cewek yang bernama Emily. Kami tidak sekelas tapi kami satu sekolah. Aku sering melihatnya lalu lalang di lorong kelas 12 IPA. Beberapa kali mengunjungi kelasku --- mengunjungi temannya yang berada di kelasku. Dia juga sering duduk di kursi depan kelasnya. Bercerita heboh tentang --- aku tidak tahu tentang apa, karena aku hanya melihatnya dari jauh.
Beberapa kali kami juga berpas-pasan. Aku tidak menyapanya. Begitu juga dengan dia. Aku tebak dia tidak tahu namaku. Aku ini bukan siapa-siapa. Maksudku bukan ketua OSIS, ketua PMR, ketua Pramuka, ketua organisasi lainnya pun bukan ketua kelas. Aku jarang berkeliaran di sekitar sekolah. Begitu berangkat ke sekolah aku bergegas menuju kelas, berkumpul dengan teman-temanku, lalu ketika bel masuk aku mengikuti pelajaran. Ketika istirahat aku akan ikut rombongan kelasku ke kantin. Lalu kembali lagi ke kelas. Mengikuti pelajaran lagi sampai bel pulang. Lalu sebelum pulang ke rumah aku menyempatkan waktu untuk bermain di lab komputer. Itu rutinitasku setiap hari, membosankan bukan ?
Jadi wajar saja tidak banyak yang mengenalku. Satu angkatan saja aku tidak mengenal mereka. Aku hanya mengenal orang-orang yang menonjol. Menonjol di bidang akademik, menonjol di bidang non-akademik, menonjol di bidang organisasi serta menonjol di bagian ekhem you know lah.
Orang-orang yang menonjol mudah ditemukan karena mereka sering menampakkan diri. Entah di lapangan ataupun mading. Dan Emily termasuk orang yang menonjol di bidang akademik. Dia adalah salah satu siswa yang menyumbangkan medali emas di olimpiade sains tingkat kabupaten, bidang fisika. Wajahnya di muat dalam poster yang dipajang di mading. Dia juga aktif di organisasi Pramuka --- aku mengetahuinya karena ada fotonya dan teman-teman organisasinya yang dipajang di mading juga.
Aku ? Sudah jelas tidak pernah dipajang di mading. Aku pun tidak mau jika ada fotoku di mading. Itu sih harapanku. Tapi nyatanya harapanku yang satu itu tidak terkabul rupanya. Hari ini ada satu hal yang mengejutkan, yang membuatku mendapatkan selamat dari beberapa guru dan pertanyaan seperti,