Chapter IV

1.2K 226 12
                                    

Laki-laki kelahiran Agustus itu mendecak setelah beberapa kali mengecek ponselnya namun tetap tak menunjukkan tanda-tanda bahwa Jerian akan membalas pesan atau panggilan darinya sejak tadi pagi. Awalnya Jianna khawatir pada pria itu namun setelah mengetahui bahwa ternyata Jerian tengah pergi diam-diam tanpa sepengetahuannya—ia sempat bertanya pada Mama Sarah—Jianna menjadi kesal.

"Buang aja hpnya!!!! Nggak usah dipake lagi, ditelponin aja nggak bisa. Ngapain sih?! Lagi nyangkul padi di sawah?!" Jianna berseru di depan ponselnya yang menampakan roomchat ia dengan Jerian.

Padahal hari ini Jerian sudah berjanji akan melakukan dinner dengannya, dan ini sudah jam lima sore. Itu artinya dalam beberapa jam lagi sudah memasuki makan malam. Jianna was very happy at the first place knowing he will have dinner again after Jerian was busy with his work for week, namun nyatanya pria itu malah menghilang seharian.

Dengan kesal, ia membanting tubuhnya sendiri ke atas kasur setelah mengambil buku novel yang baru saja ia beli—karena dipaksa oleh Hayden, temannya itu terus berkata bahwa novel itu harus Jianna beli walaupun Jianna tak terlalu tertarik membaca novel.

Empat puluh lima menit terlewati dan kini Jianna telah tiba pada halaman 265, ia mengubah posisinya menjadi tengkurap setelah matanya menangkap kalimat yang menarik perhatian laki-laki itu.

There is never a time or place for true love. It happens accidentally, in a heartbeat, in a single flashing, throbbing moment.

Sejenak ia berhenti membaca dan terdiam. Memperhatikan kata demi kata yang ada dalam kalimat itu dengan seksama. Jari telunjuknya bergerak seirama dengan bibirnya yang membaca.

Setelah bertahun-tahun sendirian, Jianna jadi sadar bahwa tak selamanya sendiri itu mudah. Karena bagaimanapun, manusia adalah mahkluk sosial yang membutuhkan manusia lainnya. Melihat bagaimana teman-temannya menikah, mempunyai anak, bahkan bercerai membuat Jianna yakin bahwa waktu akan terus berjalan sekalipun ia mencoba untuk berhenti.

Dalam 27 tahun hidupnya, laki-laki itu tak pernah berpikir bahwa ia akan menikah atau berekspetasi mempunyai anak. Bahkan mempunyai teman seperti Jerian—yang tak terasa seperti teman namun seperti hubungan tanpa status—di umurnya sekarang di mana seharusnya ia mungkin tak pantas lagi menjalani hubungan tanpa kejelasan seperti anak sekolah menengah atas.

But, he knows Jerian is the one. He met him at the unexpected time, and they said, the best person is whom you met at unexpected moment. Maybe they're right—or maybe they're wrong.

Jianna sangat mengerti bahwa jika kali ini hubungan tanpa kejelasan ini harus berakhir di antara keduanya, maka mungkin Jianna akan lebih memilih untuk menuruti perjodohan yang beberapa kali dilakukan oleh neneknya untuk ia.

"Married without love," lirihnya. "I'm not expected to experience it in my life."

Dering telpon yang berbunyi tiba-tiba, menyentak Jianna. Jarinya lantas bergerak mengambil ponsel miliknya dan mengangkat panggilan tersebut.

"Halo?"

"Atas nama Jianna Wirepa, betul?"

"Iya, saya sendiri."

"Saya sekretaris dari bapak Jerian ingin memberitahu bahwa saya diperintahkan oleh beliau untuk menelfon Anda dan mengatakan kalau sekarang beliau sedang tidak bisa menghubungi Anda karena ada masalah penting di perusahaan. Tapi, beliau berkata bahwa acara makan malam yang akan telah dipersiapkan akan tetap dilakukan di restoran yang sudah direservasi. Setelah ini akan saya kirimkan alamatnya pada Anda. Oh ya, beliau juga berkata bahwa pak Jerian akan datang saat pekerjaannya sudah selesai."

Let Me Love You. ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang