Chapter II

1.4K 235 24
                                    

Jianna menghirup napas sebanyak mungkin untuk menetralkan detak jantungnya yang menggila sejak tadi. Ia tak bisa tenang mengetahui bahwa sebentar lagi dirinya akan bertemu dengan sosok Jerian yang kemarin sudah berjanji untuk menemaninya di café hari ini. Tentu saja setelah keduanya memutuskan untuk bertukar nomor dan Jianna yang menolak tawaran Jerian yang ingin menjemputnya karena ia terlalu canggung.

Suara lonceng khas café terdengar, membuat Jianna menoleh dan menemukan seorang pria bertubuh tegap dan gagah dengan sebuket bunga di tangannya. Matanya tengah menelisik ke sekitar dan ketika menemukan Jianna yang tengah berdiri menatapnya, pria tersebut pun melangkah mendekati sang lelaki kelahiran Agustus.

 Matanya tengah menelisik ke sekitar dan ketika menemukan Jianna yang tengah berdiri menatapnya, pria tersebut pun melangkah mendekati sang lelaki kelahiran Agustus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Maaf saya telat. Tadi ramai banget di parkiran. Ini bunga untuk kamu," ujar pria itu saat berdiri di depan Jianna, mengulurkan tangannya berniat memberikan buket bunga tersebut pada yang lebih muda.

"Oh—yeah. Thank you."

Jianna tersenyum seraya menghirup wangi bunga yang ada di buket tersebut—walau terasa canggung—yang ternyata dibalas oleh senyuman tipis pria tersebut, "Udah lama?"

"Nggak, baru lima menit lalu." Lantas keduanya duduk bersebrangan dan Jianna yang menyimpan buket bunga tadi di sebelahnya.

Jerian mengangguk paham, "Karena saya yang ngajak kamu hari ini, so the bills are on me."

"Eh, jangan. However, I'm the one who recommend you this place so we can split the bills instead."

"No, I want to treat you," Jerian menolak. "Anyway, saya nggak nyangka kamu beneran keliatan lebih muda dari umurmu. Daripada umur 27, kamu keliatan lebih kayak umur dua puluh tahun."

Jianna mengangkat bahunya, "Perks of having a good genes, I guess." ia terkekeh.

"Then maybe our children will also look younger in the future just like their Dadda."

Laki-laki yang lebih muda hampir tersedak karena kalimat yang terucap dari bibir Jerian. Jianna lantas melihat ke arah sekitar untuk menghindari senyuman usil Jerian. Sang pria berdeham, "By the way, kita belum kenalan secara proper. Saya Jerian Aryanta."

"Jianna Wirepa."

"Unique yet beautiful name."

"Thank you," Jianna terkekeh. "Um.. I kinda.. confused what to call you, since you're older than me. Nggak sopan kayaknya kalau panggil nama. What should I call you with? Are you okay with Kak? Kak Jerian?"

"Mas is much better."

"Okay then, Mas Jerian. Oh iya, Mas Jerian kerja apa? Keliatannya kayak orang kantoran gitu terus auranya kayak bos."

Jerian tertawa, "Well.. I am, technically. Tapi saya kerja jadi pengacara. Firma hukumnya punya Papa saya yang dibuat sama sepupunya yang udah meninggal dan karena Papa saya udah pensiun jadi saya yang lanjutin."

Let Me Love You. ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang