Chapter V

1.6K 236 23
                                    

Jianna tersenyum tatkala menemukan Jerian yang tertidur di sisinya. Ia memutar tubuhnya untuk memperhatikan wajah lelap pria itu lalu mengelus dengan pelan saat alis Jerian mengerut. Kini keduanya tengah ada di salah satu penginapan yang terletak di Bali. Semalam Jerian merengek agar ia bisa tidur bersama Jianna padahal mereka menyewa dua kamar berbeda. Karena tak ingin berdebat, akhirnya Jianna hanya mengiyakan dan berakhir dengan Jerian yang terlelap di kasurnya pagi ini.

"Morning!" ujar Jianna saat Jerian perlahan membuka matanya, menyesuaikan sinar matahari yang masuk melalui celah jendela juga rasa kantuk yang masih menyerang.

"Mmm? Morning," balas Jerian dengan suara serak khas bangun tidur. Ia lantas memeluk Jianna dan menenggelamkan wajahnya di antara celah bantal dan leher laki-laki yang lebih muda.

"Ayo dong banguuuuun. Katanya ke Bali mau liburan tapi kamu tidur terus. Aku mau ke beach club!"

"Lima menit lagi." suara Jerian teredam.

"Yaudah aku mandi dulu," baru saja Jianna ingin bangkit dari tempat tidur, namun lengannya sudah kembali ditarik oleh Jerian. Pria itu memeluk Jianna dan meletakkan kakinya di atas paha Jianna—sengaja mengurung sang kekasih. "Mas—"

"Nanti dulu. Masih pagi kalo mandi nanti kedinginan. Sini tidur dulu kan capek semalem abis flight mendadak."

"Tapi aku udah tidur! Udah nggak capek lagi. Awaaaaaaas aku mau mandi, Mas." Jianna memberontak dalam pelukan.

"Diem atau aku gigit." ancam Jerian.

Jianna mengerucutkan bibirnya lalu berhenti bergerak, "Nggak seru masa ngancemnya gigit! Sakit tau kemarin pipi aku kamu gigit. Kalo berdarah gimana?!"

"Nggak akan," Jerian terkekeh. "Siapa suruh gemes."

"Awas ah aku mau mandi terus breakfast. Cacing di perut aku udah nari-nari. Judul lagunya Aku Lapar Aku Lapar katanya." kata Jianna yang kini kembali berusaha melepaskan pelukan paksa Jerian.

Mendengar kalimat yang terlontar dari bibir Jianna sontak membuat Jerian tertawa renyah seraya mengeratkan pelukannya karena terlalu gemas, "Lucu. Mana Mama Papanya, dek? Kok bisa nyasar?" ledek yang lebih tua.

Jianna mendengus, "Nggak ada. Aku diculik sama om-om katanya suruh ke Bali. Terus sekarang dikurung nggak bisa kemana-mana."

Jerian tersenyum lalu mencuri satu kecupan dari bibir Jianna, membuat pipi sang empu mengeluarkan semburat merah layaknya tomat yang salah tingkah.

"I'm really lucky, am I? Even just to imagine wake up next to you in the morning like this could make me smile from ear-to-ear. Thank you for accept me the way I am above all of my flaws. I may not perfect but you fill all the blank spaces in me and make me perfect," bisik Jerian seraya mengelus rambut Jianna. "Beautiful. You're beautiful, my love."

Yang ditatap semakin salah tingkah apalagi setelah mendengar pujian yang terlontar begitu saja dari mulut Jerian. Terdengar sangat manis untuk mengisi pagi yang cerah—hingga mungkin ia akan diabetes karena terlalu sering mendengar pujian Jerian yang ditujukan padanya.

"The same goes to me. You fill me and make me perfect so I can stand by your side in every circumstances we are or we will face. Every steps I take with you make me realize," Jianna menjeda kalimatnya sejenak dan mencuri kecupan yang cukup lama dari bibir Jerian seperti apa yang dilakukan pria itu tadi. "You are the dream man I always wanted to marry with. No. You are more than what I dreamed of."

"Aku mau ke beach club, Maaas! Kenapa dari tadi siang kita malah muter-muter," keluh Jianna. "Liat perut aku udah penuh karna kamu ajakkin makan terus—eh ada bakso di depan! Panjang banget yang ngantri, Mas. Aku mau coba deh! Biasanya kalo rame enak."

Let Me Love You. ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang