tujuh belas is seventeen

720 107 18
                                    

"Yudi kenapa lo keras kepala?"

"kan gue udah bilang kalo gue keras kepala itu karena elu" ucap Yudist sambil makan roti yang baru dibeliin sama Tama

mereka lagi di mobil mau ke Bogor disuruh sama mami nya terpaksa juga sih sebenarnya ya mau gimana nama juga dadakan.

"udah diminum obatnya?" Yudist ngangguk

"kursinya mau diturunin?" Yudist menggeleng "gue gak pusing tenang aja"

"masih demam?" Yudist ngangguk "tapi udah turun jadi 37,3 aman" ucapnya

"itu dari Jonathan?" tanya Tama sambil nunjuk ke bucket coklat dikursi belakang

"iya"

"sebanyak itu?" Yudist ngangguk

"dia mau bikin lu diabetes apa gimana dah?"

"ya gatau"

"lo mau makan semuanya?" Yudist menggeleng "lo mau liat gue menderita kena diabetes plus sakit gigi?" ucap Yudist

"becanda adikku"

"tapi ini banyak banget anjing, gimana cara gue ngabisinnya?"

"terima aja sih repot amat, kalo lu gak mau sini kasih ke gue, biar gue kasih ke Jaelani"

"goblok gak modal lo, kan Jonathan ngasihnya ke gue bukan ke elu"

"dist gue dapet tawaran kerja sambil kuliah di Jogja"

"terus?"

"gue ambil....boleh?" ucap Tama ragu

"terserah lo"

"jadi gak boleh?"

"kan gue bilang terserah"

"kalo gue ke Jogja lo beneran mau ke Bandung?"

"iya"

"sendirian?"

"iya"

"lo marah?"

"enggak" 

setelah itu keadaan menjadi hening dan sunyi tidak ada dari keduanya yang membuka pembicaraan

kelulusan tinggal menghitung hari, bahkan anggota OSIS sudah diganti yang artinya Yudist dan Tama sudah tidak menjabat sebagai ketos dan waketos

"dist telfon mami tanya kumpul dirumah Oma atau Bude" Yudist mengangguk dan mengambil ponselnya untuk menelfon sang ibu

"rumah Oma" ucap Yudist setelah menelfon ibunya, Tama mengangguk dan mulai melajukan mobil yang ia kendarai menuju rumah sang nenek

"jaketnya dipake disini dingin mendung juga" ucap Tama yang sedang fokus menyetir

Yudist mengangguk lalu kembali memakai jaket berwarna hitam tersebut

tak lama keduanya sampai dirumah sang nenek, rumah yang masih bernuansa desa namun tetap terlihat modern dan mewah itu selalu menarik perhatian keduanya meskipun mereka sudah sering datang kemari.

"eh ada anak ganteng" seorang wanita paruh baya datang menghampiri keduanya, lalu si kembar memberi salam kepadanya dan wanita itu menuntun keduanya masuk

mari panggil wanita itu dengan sebutan Bude Ros

"loh anak ganteng udah dateng" datang lagi wanita tua yang langsung mencium gemas pipi Yudist

mereka berdua segera duduk disebelah sang ayah lalu ibu mereka yang duduk disamping nenek mereka

Tania tidak bisa hadir ia sedang ujian, beberapa cucu atau bahkan om/tante mereka jga ada yang tidak hadir karena ini benar-benar mendadak, bahkan beberapa dari mereka melakukan panggilan virtual agar bisa tetap berkumpul

Waketos Dingin || JohnYuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang