II : Into The New World (1)

97 5 0
                                    

Sebuah rumah kayu tua berdiri tegak di tengah hutan. Ditemani oleh kicauan burung yang bertengger di dahan-dahan pohon yang bergerak mengikuti irama hembusan angin yang bertiup.
Burung itu beranjak terbang ke jendela tanpa kaca itu dan memijakkan cakar kecilnya di sana.

Seorang pemuda menghampiri burung itu dan jarinya mulai menghelus lembut kepala burung itu. Burung itu ikut meneleng kepalanya menikmati elusan tangan pemuda itu.



“Aaarrrggghhhhhhhh!!!”

Teriakan pemuda yang tidak jauh darinya itu memenuhi ruangan. Suara menggelegar yang dikeluarkan oleh pemuda itu membuat burung itu terkejut dan terbang pergi menjauhi rumah itu. Pemuda satunya yang awalnya sedang menghelus burung itu, tersentak kaget dan reflek membalikkan tubuhnya.

Tangan pemuda yang berteriak tadi dengan kasar membanting buku tebalnya ke lantai.

“Hyung, ada apa?” tanya si pemuda yang lebih muda daripada pemuda itu.

Yang ditanya bukannya menjawab malah mengacak rambutnya frustasi dan menghentak-hentakkan kakinya ke lantai seperti anak kecil yang tidak dibelikan mainan. Lalu, datanglah pemuda satunya dari arah rak buku dengan apel di tangan kanannya.

“Memangnya apa lagi jika bukan tidak berhasil merapal mantra” ucapnya dengan mulut yang masih mengunyah apel.

“Bisakah kau diam, Jake!?” ketus pemuda itu sembari melempar ranting kayu di tangannya yang entah darimana ia dapat ke arah kepala Jake. Namun, tangan Jake dengan cepat menangkis ranting itu dan menggeleng malas kepalanya.

Niki, si pemuda yang berdiri di depan jendela tadi datang mengambil buku yang tergeletak di lantai. Tangannya menepuk pelan untuk membersihkan debu yang menempel pada halaman buku itu. 

‘Teleport Spell’

Matanya menatap sekilas kalimat yang tertampang di lembar itu sebelum ia meletakkan ke meja kayu yang ada di dekatnya. Ia melirik ke arah pemuda yang lebih tua darinya itu.

Ya, Niki selaku anggota termuda hanya diam menanggapi sikap kakak keduanya. Ia sudah terbiasa dengan sikapnya yang meledak-ledak. Jay, si kakak kedua, terduduk diam dengan pikirannya masih terselimuti dengan awan hitam.

Sementara itu, Jake tengah menenteng tas selempangnya yang terlihat usang itu dan hendak berjalan keluar. Jay melirik sekilas ke arah Jake.

“Kau mau pergi ke mana?” tanyanya masih dengan nada kesal.

“Ingin mencari udara segar” ucap Jake tanpa menoleh dan berlalu meninggalkan kedua saudaranya di rumah.

Sebenarnya ia tak hanya pergi untuk mencari udara segar. Tapi, juga sekalian mencari tumbuhan yang ia butuhkan untuk membuat poison.

Kini, dirinya sudah berjalan jauh dari markasnya. Ia berjalan bungkuk dan menajamkan matanya ke tanah yang penuh akan dedaunan kering yang berserakan di tanah.
Tumbuhan yang ia maksud sedikit susah ditemukan. Sekilas terlihat seperti lumut. Jadi, mau tak mau ia harus mencarinya dengan segenap hati.

‘Ketemu’

Segera ia keluarkan pisau kecil dari dalam tasnya lalu, memotong tumbuhan itu dengan lembut. Akhirnya ia bertemu dengan ‘teman kecil’nya setelah sekian lama mencari. Kemudian ia keluarkan sebuah botol kaca kecil dan memasukkan tumbuhan itu ke dalamnya. Jake berjalan girang diiringi dengan lompatan kecil hingga tak sadar ia terjatuh ke lubang. 

Uwaaahhh!!!!!!!






“Bodohnya aku...”

Ia merutuki dirinya sendiri. Sialnya ia meninggalkan tasnya di atas sana. Tasnya bisa diibaratkan seperti kantong doraemon. Semua yang ia butuhkan ada di sana.

Qarapherlous : the Unexpected Adventure [ENHYPEN FF]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang