Part 4
Aku memandangi dinding-dinding gedung dengan bulu kuduk yang berdiri. Semilir angin yang mengerikan. Membuat ulahku yang ketakutan, membuat teman-temanku heran. "Shil, kenapa kau ini?" Tanya Astrid yang seketika menghampiriku. "Ah, tak apa. Gedung ini seram, bukan?"Tanya ku mengalihkan pembicaraan. "Mungkin. Gedung tua dengan dinding dinding yang mencekam. Pasti banyak yang berpenghuni disini. " Ucap Astrid menakut-nakutiku. Belum sempat kujawab, Putri menghampiriku. "Shil, kau tak ikut main bola voli?"Tanya nya. "Tidak. Aku capek. Lagipula aku tak bisa main voli"Ucapku dengan nada memelas. "Oh. Baiklah. Dea! Mari kita main voli lagi!! Shilvi tak mau diajak bermain. " Teriak Putri kepada Dea diujung gedung. Tiba-tiba semilir angin yang mengerikan itu masuk kedalam tubuhku. Mencengkram leherku. Membuat ku sesak nafas. Membuat ku dibawah alam sadar. Diantara kehidupan dan kematian. Semua seketika gelap. Tak bisa bicara dan bergerak. Tak dinyana nyana, aku pingsan. Pingsan sungguh! Aku tergeletak begitu saja. Teman-temanku membiarkanku. Mungkin bagi mereka, aku hanya pingsan jadi-jadian. Melanjutkan sandiwara Jurus Jitu Pingsan ala Shilvi. Tapi kali ini tidak. Seperti ada seseorang yang memasuki tubuhku. Rasanya ingin berteriak. Aku mengucapkan sedikit kata lirih yang mungkin membuat salah satu temanku mendengarnya. "Dadaku sesak untuk bernafas" Ya itu kata yang aku ucapkan dan aku ingat sebelum pingsan. Teman-temanku akhirnya menghampiriku. Geng 4 Brutul akhirnya juga menghampiri. Namun, mereka malah menendangku dan melempariku dengan bola voli dan botol minum. Mereka rupanya belum percaya. "Alahhh..Shilvi tak usah dipercaya!!" Ucap si Hanif kecil yang menyebalkan itu"Shil, kau bercanda kan?" Tanya Amirul dengan jutek tanpa ada rasa kasihan. Begitu juga Zidan dan Rizky. Diam saja tanpa ulah. Namun untunglah ada beberapa temanku yang menolongku. Dengan belas kasihan, mereka menggotongku sampai kesekolah. Namun aneh. Badanku yang kurus ini, di gendong sebanyak 7 orang juga tak kuat. Padahal terakhir kali, aku digendong ayahku saja kuat. Aneh. Seperti ada yang memasuki tubuhku. Namun aku berada dibawah alam sadar. Semuanya seperti dalam kegelapan. Hanya ada aku dan sebuah raksasa yang mengerikan. Tak ada jalan keluar. Akhirnya aku tersadar. Badan ini terasa cukup ringan. Tak seperti sebelumnya saat digedung itu. Sebelum keluar dari gedung aku sperti ada yang membisiki. "Kemarilah. Disini saja!" Ucap seseorang yang membisikiku. Namun aku menghiraukan itu semua. Teman-teman terlanjur membawa ku pergi. Pergi keluar dari dalam gedung mistis itu. Aku tersadar. Tersadar disebuah ruangan dengan banyak orang orang. Cahaya lampu yang menyilaukan masuk kemata ku. Rupanya aku sudah berada di UKS sekolahku. Semua orang memandangiku. Dengan tabung oksigen di sampingku. "Shilvi kenapa?" Tanya salah seorang guru ku. "Dia pingsan bu,,sesaat dia ada di gedung belakang sekolah" Jawab Fadhila. "Ya sudah. Kalian kekelas saja dulu. Biar Shilvi ibu tangani." Ucap bu Sari. "Baik bu"ucap teman-temanku. Rasanya aku telah tersadar. Namun sulit rasanya mulut ini bergerak. Banyak guru guru yang berdatangan menanganiku. Tak percaya. Seketika dari gedung aku terbaring pingsan. Dengan rasa sadar yang seketika berada di sekolah.
YOU ARE READING
"Mistery Indigo"
Mystery / ThrillerHi guys! Ini serial cerpen aku yang pertama! "Mistery Indigo" (Prolog) Aku berjalan menuju gedung itu. Memasukinya. Aku merasakan sesuatu yang berbeda. Melihat makhluk makhluk aneh yang tak biasa kulihat sebelumnya. Bergantungan. Berjalan kesana ke...