Hai..
Sebelum kalian baca cerita ini, aku cuma mau bilang kalo cerita ini remake ya, so kalo ada typo ya maapDan ini juga selingan aja karena aku masih belum bisa update😢
Selamat membaca😘
.
.
.
.
.
.“Sshhh.... Aakhh...”
Aku meremas kuat seprei yang ada di samping tubuhku, ketika seorang yang kini berada di atas ku dengan sedikit kasar memasukan kejantanannya kedalam liang ku sebelum aku benar-benar siap.
Jika, orang lain melihat hal ini mungkin mereka akan berpikir bahwa aku merupakan seorang jalang rendahan, tapi satu hal yang harus kalian tahu, aku tidak peduli dengan semua hal itu sebab aku sudah hidup selama 25 tahun dalam dunia yang di penuhi dengan orang-orang naif.
Hanya karena sebuah alasan bahwa aku terlahir dari rahim seorang yang biasa kalian sebut pelacur, semua orang pun memberikan stigma yang sama padaku, padahal hitam ataupun putih belum tentu stagnan, namun lebel itu seolah melekat kuat dan tertulis jelas di dahi ku, hingga akhirnya aku mewujudkan asumsi-asumsi mereka dan menjadi Submisive yang menjual tubuhnya demi uang.
Munafik bila aku mengatakan aku tidak sedih dan menyesal sebab terlahir dari rahim ibuku, tapi perlahan aku mulai terbiasa dengan semua ini dan sama sekali tidak menyesali pilihan yang aku buat, malahan aku berterima kasih pada ibuku sebab melahirkan ku dengan tubuh yang elok dan paras yang rupawan, aku pun menikmatinya sebab aku tidak perlu bersusah payah menjalani kerasnya kehidupan, aku hanya perlu membuka pahaku lebar-lebar, membusungkan dada, memasang wajah memohon dengan mata sayu yang seolah mengatakan ‘kau bisa mengambil semua dari ku hingga kau puas’ tanpa perlu merusak kebahagiaan orang lain.
Dengan menjadi seorang penghibur di club malam, aku akhirnya dapat bersama seorang pria yang telah lama aku damba. Ya, dia adalah seorang yang kini tengah menikmati bagaimana tubuhku bisa memuaskannya, melampiaskan segala hasratnya sebagai seorang pria dan aku dengan senang hati memberikan segalanya, membiarkan dia mengeksploitasi seluruh tubuh ku.
“Tubuh mu ini hanya milikku, kau ingat itu? Jangan coba-coba tidur dengan lelaki lain.” Itu adalah kalimat yang selalu ia ucapkan ketika kami tengah bercinta.
Aku menggapai wajah tampannya, ku lumat bibirnya yang selalu menjadi candu untuk ku sebelum menjawab pertanyaannya, “Kau sudah terlalu sering mengatakannya, apa kau tidak percaya padaku?”
“Aakkhh... tu-tunggu... aku.. aakkhh...” Dia selalu begitu, tak pernah mendengarkan ucapan ku dan melakukan apapun yang ia mau. Berapa kali pun aku mengatakan jika aku mencintainya, memasang wajah manis dan senyum cerah ia sama sekali tidak peduli, sebab hanya tubuhku saja yang ia inginkan.
Tubuhku naik turun dengan tempo yang cepat, secepat ia menumbuk bagian bawah ku.
“Ssshh.. Jeno.. aa.. aku... aahh...”
Plak!
“Sudah aku bilang, jangan menyebut namaku seenaknya dengan mulutmu saat kita sedang bercinta, apa kau lupa?”
Aku tersenyum masam, “Lalu bagaimana dengan jawaban mu tentang pertanyaan ku waktu itu, apa kau mencintaiku?” Aku memang bodoh, jelas tahu apa jawaban yang akan Jeno berikan, tapi aku tetap saja bertanya.
Jeno menyeringai, ia mencabut miliknya dalam tubuh ku, “Apa kau sedang bercanda? Aku tidur dengan mu, memperlakukanmu dengan lembut saat bercinta bahkan memberikan apartemen ini, buka berarti aku mencintai mu... ingat Renjun, kau hanya pemuas nafsu bagiku, jadi jangan bermimpi terlalu jauh.” Jeno beringsut bangun, ia mengambil pakaiannya yang berceceran di bawah ranjang dan mulai memakainya.