How Deep
-There was never yet an uninteresting life. Such a thing is an impossibility. Inside of the dullest exterior, there is a drama, a comedy, and a tragedy. –Mark Twain.
Main Cast : Lee Jeno, Huang Renjun, Han Yesul
Genre : Sad, Romance, angst
Maaf kalo ada typo atau mungkin kesalahan dalam pemaham terkait gangguan yang diderita tokoh. Just a fiksi, jangan di bawa ke dunia nyata ya.
**✿❀ ❀✿**
“Renjun ingin berubah menjadi lebih baik, walau perlahan-lahan hatinya harus mati karena toksisitas—dan dengan bodohnya Jeno memberikan sepercik api yang mampu menghanguskan semua harapan.”
**✿❀ ❀✿**
Seoul, Korea Selatan. 20 Maret 2019
Seorang pria tampan, bertubuh tegap dengan kulit putih tengah berdiri di samping ranjang seorang pria berparas cantik dengan rambut hitam yang mempesona, kulitnya seputih susu dengan hidung mancung kecil menghiasi wajahnya, semakin membuatnya terlihat cantik. Namun sayang, di setiap kesempurnaan hidup pasti ada saja satu titik kekurangan yang mengisinya, orang bilang Renjun sempurna, mempesona, memiliki segalanya yang ia inginkan, dan dikelilingi orang-orang yang mengasihinya. Namun mereka lupa. Tak ada makhluk hidup yang sempurna termasuk Renjun. Dibalik sosoknya yang cantik seolah tak punya celah ia memiliki sebuah penyakit mental yang sering disebut dengan bipolar, penyakit yang di turunkan oleh sang ayah yang kini telah meninggal dunia akibat penyakit tersebut. Ya, ayahnya mengakhiri hidupnya sendiri.
Sang pria baru saja mengalami moodswing atau perubahan mood dimana si pria mengalami episode depresif, kehilangan rasa percaya diri dan ingin mengakhiri hidupnya. Beruntung sang kekasih langsung datang dan menghentikan aksi si pria, dia menyuntikkan obat anti-depresan pada Sang terkasih. Kini Renjun sudah tenang dan tertidur pulas.
Pria itu melangkahkan kakinya keluar dari kamar Renjun. Di luar, ia bertemu dengan Wendy, yang merupakan ibu Renjun, wanita itu menatapnya khawatir. Wendy mendekat, di raihnya tangan Jeno yang terdapat bekas luka dengan darah yang sudah mengering.
“Bibi minta maaf, ini pasti karena Renjun.” Ucap wanita paruh baya itu tak enak hati dengan kekasih putranya. Ya, karena ayah Renjun sudah tiada hanya pria ini yang bisa ia mintai tolong, di rumah ini hanya ada mereka berdua saja dan karena usianya yang sudah renta tak bisa menandingi kekuatan Renjun.
“Tidak apa-apa Bi, ini memang hal yang harusnya aku lakukan. Renjun sekarang adalah tanggung jawab ku dan aku pasti akan menjaganya dengan baik.”
“Terima kasih Jeno, bibi merasa lega karena yang menjadi kekasih Renjun adalah dirimu. Kemarilah, biar bibi obati luka mu.”
“Tidak usah bi, biar nanti aku obati sendiri bibi istirahat saja.”
“Baiklah kalau begitu.”
Ibu Renjun berlalu dari hadapan Jeno, hari sudah semakin larut malam. Jeno putuskan untuk menginap di rumah Renjun sembari menjaga Renjun takut jika dia berbuat nekat lagi seperti sebelumnya. Jeno memang kerap kali menginap di tempat Renjun, dia akan tidur di sofa dalam kamar Renjun jika Renjun dalam mood yang tidak baik tapi kadang Jeno juga tidur satu ranjang dengan Renjun karena pria itu merengek pada Jeno. Tidak terjadi apapun mereka hanya tidur saja.