Pada minggu pagi tepat jam 8, semua anak Pak Anto sibuk dengan rencana mereka hari ini. Mas Guntur yang sibuk berdandan untuk mengelabuhi Bapak jika hari ini dirinya bekerja, Juno yang sibuk menghubungi kekasihnya mungkin untuk di jemput hari ini, dan Rehan sudah siap akan belanja ke pasar dan menjemput Amara sang pujaan hati, yang terakhir dua bungsu Pak Anto sedang mencari resep untuk bersiap membuat kue.
"Tumben Han pagi-pagi kamu wes nyuci motor? Biasane masih tidur," ucap Pak Anto yang melihat anak tengahnya sudah rajin pagi ini, biasanya kalau minggu begini semuanya pada masih tidur.
"Biar bersih, jadi kalau goncengin pujaan hati motor Rehan kinclong abis!" jawabnya dengan nada sombong dan di buat-buat.
"Walah, bocah edan! Giliran buat pujaan hati rajinnya minta ampun, coba kalau buat bapak? Sek pak, nanti pak, bentar lagi pak!" kata Pak Anto sambil menepuk kepalanya sendiri pelan.
Rehan hanya menunjukkan deretan giginya sampai matanya menyipit mirip sekali dengan bulan sabit.
"Bapak ayo berangkat, Guntur udah selesai panasin mobilnya."
"Juno, Rehan, Icha, Dandy, Bapak mau pamit kerja dulu ya kalian yang akur, jangan sampek kejadian lagi kayak dulu nanti bapak hukum kalian."
Setelah mobil Mas Guntur menjauhi halaman rumah, keempat anak Pak Anto langsung menjalankan tugas masing-masing. Mulai dari Icha dan Dandy sibuk di dapur dengan alat dan bahan untuk membuat kue, Rehan yang memakai jaket dan bersiap untuk pergi menjemput Amara, dan Juno entahlah dia hanya berkutik di kamar tanpa sepatah kata apapun.
"Mas Juno? Kalau nggak ada kerjaan mending bantuin, jangan di kamar terus!" Dandy berteriak dari lantai bawah.
"Mas Juno Sibuk, kalian aja yang bikin kue!" Juno berteriak juga tak kalah kencang dari adik bungsunya.
"Sibuk apa? Paling juga molor! Dasar sok sibuk!" gerutu Dandy sambil memecahkan telur ke dalam mangkuk.
"Kalau masak tangan yang gerak bukan mulut Dandy!"
"Halo adik-adikku tersayang, Mas Rehan yang ganteng ini sudah rapi belom? Mas mau jemput calon ipar kalian terus mau ke pasar, gimana ganteng ngga?" Rehan berbicara dengan nada jumawa sambil menuruni tangga dan berpose ganteng ala-ala model.
"Mas Rehan udah jelek, jangan sok ganteng deh! Sama aku aja ganteng aku kok!" Dandy berucap sewot.
"Wah kemlinthi kon? Gantengan dimana-mana juga Rehan Dewandaru nggak ada istilahnya Mas Rehan Jelek!"
"Dasar sinting! Emang udah pasti jodoh sama mbak Amara?" ejeknya pada Rehan.
"Emang kamu udah pasti di terima sama Wina? Wong Wina aja nggak bisa kamu taklukin kok ngejek Mas Rehan yang udah selangkah lebih maju, yo ora iso!"
"Mas Rehan! Tak lempar telur nih?!" Dandy yang emosi dan membawa telur di tangannya bersiap meluncurkan pada kakaknya.
"Makan nih kentut!" bukanya kapok malah Rehan mengejek dan memukul pantatnya lalu lari tunggang langgang saat Dandy sudah membawa sotil dan telur.
"MAS REHAN! AWAS AJA YA, GAK BAKAL TAK MAAFIN!" teriak Dandy dengan kepergian kakaknya itu.
Icha yang sedari tadi berada di sebelah Dandy hanya diam saja, dirinya sudah nggak heran dengan perdebatan antara Dandy dan Mas Rehan. Bagi Rehan mamang nggak afdol kalau harinya tidak mengusili salah satu saudaranya terutama Dandy, meskipun keduanya sedekat nadi tapi kadang mereka sejauh matahari. Setiap hari selalu bikin kuping panas dan suasana rumah kisruh, makanya pas Rehan KKN rumah rasanya ayem tentrem. Yaiyalah, wong yang bikin kisruh nggak ada!
●●●●●
Menikmati udara jam setengah 9 pagi dengan matahari yang sudah mulai naik memancarkan sinar dan panasnya, Rehan Dewandaru mengendarai motornya ke rumah Amara. Pagi ini dia sudah mengirim pesan kalau dirinya siap menjemput bahkan Rehan sudah ijin sama ibunya Amara kalau anaknya di pinjam sebentar untuk menghadiri acara ulang tahun Bapaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surat Dari Mas Rehan | Lee Jeno
Fanfiction"Waktu tidak akan berhenti untuk siapapun, bahkan saat aku kehilanganmu." Amara Michelle. "Kamu akan baik-baik saja, bahkan saat aku sudah tidak lagi bersamamu." Rehan Dewandaru.