2.Kenyataan yang pahit

1 1 0
                                    

Disinilah semuanya dimulai....

Kepala jani tiba tiba pusing dan dia tak bisa menahan diri untuk tetap sadar, akhirnya tertidur di kursi.

Meskipun jani pingsan tetapi masih bisa merasakan apa yang terjadi, jani mendengar suara langkah kaki dan ada sebuah tangan mengangkat tubuhnya lalu membawanya ke sebuah tempat. Jani mulai memaksakan diri untuk sadar namun hasilnya sia sia. Tapi kemudian matanya sedikit terbuka dan samar samar melihat dirinya menuju sebuah ranjang.

Niko membuatnya tertidur di kasur lalu menutup pintu kamarnya lalu segera menuju Jani dan mulai meraba raba tubuh Jani yang begitu menggoda dirinya.

Jani mulai terbangun dan Niko terkejut melihatnya, dia segera membuka pakaian Jani dengan cepat dan menyetubuhi dirinya yang sudah telanjang duluan.

Jani yang merasa kaget mencoba melepaskan diri dari pegangan Niko namun tak bisa, tenaga laki laki tentu jauh lebih kuat apalagi Jani masih lemas karena pengaruh obat.

Niko memulai adegan itu dan Jani mulai menjerit kesakitan.

"Apa yang kamu lakukan Nik,sadar" Ucap Jani.

"Aku mencintaimu Jan, aku mengagumimu sejak lama dan ingin memilikimu" Ucap Jani.

"Tapi gak gini caranya Nik, ahk" Jani mulai mendesah sambil terus melepaskan tangannya.

"Aku sudah terlanjur Jan, nikmati saja" Ucap Niko.

"Aku juga suka sama kamu Nik, tapi ini salah ahk Nik" Ucap Jani.

"Diam! " Ucap Niko.

Jani sangat kesakitan dan merasakan ada yang mencoba masuk ke dalam miliknya namun sulit.

"Ternyata kamu masih perawan ya Jan, sini akan ku lepas keperawananmu dengan tusukan ku" Ucap Niko.

Tanpa merasa kasihan Niko memaksakan dirinya agar milik nya dapat masuk pada Jani, dia mulai mencoba dengan satu jari sampai 5 jarinya kemudian memasukkan penisnya secara cepat.

"Aaaahhk Nik Ahk sakit" Ucap Jani.

"Akhirnya terbuka" Ucap Niko tersenyum.

Jani hanya bisa menangis dan kekuatan nya sudah begitu lemah, dia sudah putus asa untuk melepaskan diri.

Niko kemudian terus menusuk nusuk berharap Jani merasakan kenikmatan juga. Tapi Jani terus mendesah kesakitan,

"Ahk Ahk Ahh Nik"

"Aww"

"Sakit nik"

"Ahh"

Niko terus menusuk nusuk..

"Ahk sakit".

"Ahk aku mohon Nik sudah"

"Ahh"

Tak disangka, kalimat selanjutnya..

"Terus Nik lebih Cepat Ahk"Ucap Jani.

Niko tersenyum dan mempercepat tusukannya.

" Ah terus Ahhk ahkk"

"AW Ahk lebih cepat"

Jani mulai menggerakan sendiri badannya dan memeluk erat Niko.

Niko pun merasa senang dan mereka saling melakukan nya bersama.

Tak terasa sudah jam 8 malam dan mereka tertidur bersama.

Jani tersadar dan segera memakai pakaiannya, lalu menuju pintu. Tapi Niko kemudian bangun dan mencegahnya.

"Kamu mau kemana? " Ucap Niko.

"Pulang" Ucap Jani sambil menangis.

"Aku antar, gimana tadi rasanya? "

"Aku gak tahu, kenapa kamu tega ? Jika kamu mencintaiku kenapa merusak ku? Aku tak ingin melakukan itu tapi aku tak bisa apa apa dan akhirnya aku putus asa dan menuruti mu saja" Ucap Jani.

"Maafin aku Jan, aku terobsesi untuk memilikimu " Ucap Niko.

"Aku ingin kamu bertanggungjawab, jangan pernah meninggalkanku dan jika kita sudah siap menikah datanglah ke rumah ku untuk melamar ku" Ucap Jani.

"Baiklah, aku janji sama kamu Jan" Ucap Niko.

Jani pun pulang bersama Niko, dalam hatinya menyimpan begitu banyak kesedihan dan penyesalan pada dirinya sendiri, dia merasa dirinya tak pantas untuk hidup apalagi melihat ayah dan mama nya dirumah.

Sesampainya di rumah..

"Assalamu'alaikum" Ucap Jani sambil mengetuk pintu.

Tak ada jawaban apapun dari dalam rumahnya, Jani menyuruh Niko untuk pulang karena ada tetangga yang mengintip mereka dari jendela rumahnya.

Ayah Jani menelpon dan memberi tahu bahwa dia dan mamanya masih berada di Cafe dan menyuruh Jani untuk memasak makanan sendiri di rumah karena mereka mungkin  akan pulang larut malam.

Jani merasa lega mendengar ayahnya, dia tak usah membuat alasan karena pulang malam.


Cinta seharusnya membawa kebenaran tapi justru cinta membawa ku pada kesalahan yang begitu besar
~januari~

Januari Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang