sedekat apapun jarak yang engkau tempuh jika bersama orang yang tak kau sukai akan terasa sangat jauh. Namun sejauh apapun jarak yang engkau tempuh jika bersama orang yang kau sukai akan terasa sangat singkat.
Di dalam kamar aku memainkan ponselku ditemani Rani sepupuku, tiba-tiba ia menceletuk.
"Dek ayo jalan-jalan cari makanan gitu Dek, Gabut nih".
"Eh.. yakaliii udah malem juga masa iya mau keluar? Jam berapa sih ini?" .
"Baru juga jam 20.00 dek" sambil melihat jam diperkenankan tangannya.Tanpa berpikir panjang aku meraih jilbab instan yang tergantung di belakang pintu lalu dengan cepat keluar dari kamar.
"Ayoo.. mau keluar ga?" Tanyaku. Ia yang mendengar dan menyaksikan tingkatkan terheran-heran pasalnya aku sedari pagi tidak beranjak sama sekali dari atas kasur dan sekarang aku berangkat untuk keluar? Bukankah ini aneh?? Pikirnya.
"Hah?" Bengongnya.
"Mau ga sih?? Kalau ga mau ya udah nih.. aku mau tidur lagi". Ancamku. Ia pun segera menyusulku keluar.Berkeliling beberapa putaran, melewati beberapa gang yang kian malam kian sepi dan ditambah gelapnya malam yang hanya ditemani lampu jalan yang menyala remang-remang menambah kesunyian malam ini. Merinding hihihi.
"Dekk,deekk. Stop-stopp" sambil menepuk-menepuk pundakku.
"Ini es Dek. Mau rasa apa?"tanyanya.
"Bingung mau rasa apa. Rasa apa aja deh. Coklat juga boleh kok mbak". Jawabku.
"Yeee.. itu mah mau rasa coklat. Pakek segala bilang Bingung lagi". Ketusnya.
Aku hanya terkekeh kecil. Ia berlalu begitu saja memesan dua buah cup es. Entah minuman apa yang ia beli kali ini.Aku menyibukkan diri dengan memainkan ponselku di bangku yang tak jauh dari outlet stand itu. Setelah beberapa saat ia kembali dengan wajah kusamnya sembari menyodorkan uang tunai kepadaku.
"Nih. Kamu aja dek yang bayar. Mengkesel banget deh mas-masnya itu. Masa iya aku ga disuruh duduk dulu. Mana cuek banget lagi. Yang paling bikin kesel dia lama banget ga kayak yang biasanya (penjual aslinya maksudnya)." Grutunya.
"Oke" jawabku singkat setengah Bingung.Beberapa saat kemudian aku menuju outlet itu sebab sepertinya es yang tadi dipesan sudah jadi. Tanpa basa-basi aku langsung bertanya. "Berapa mas totalnya". Mas-mas yang ada di dalam outlet itu menampakkan diri yang sebelumnya tak terlihat karna terhalang papan outlet sembari membawa dua buah cup es. Dan aku menangkap sesosok yang familiyar.
"Bani??" Batinku.
Mataku membelalak terkejut,jantungku mulai tak bisa bersahabat ia terlalu cepat berdetup. Didetik setelahnya aku berusaha memperbaiki mimik wajahku yang terlihat konyol itu.
Dan "semuanya total 20k mbak" jawabnya. Mungkin ia juga sana terkejutnya dengan diriku, namun tak ia tampakkan.
Setelah itu aku memberikan uang pas dan segera meraih tas plastik yang berisi es pesananku itu. Dan segera pergi dari sana.Di perjalanan aku bertanya-tanya dengan hatiku. "Apakah itu benar dirinya?"
Setelah sampai di rumah aku termenung di depan teras sembari menikmati es yang tadi aku beli dan ya. Mbak Rani. Aku memberatkan diri bertanya kepada mbak Rani tentang pria yang aku temui tadi.
"Eh. Mbak tadi itu... Bani ya?" Tanyaku ragu.
"Iya. Emang kenapa?". "Emm. Ga papa sih cuma tanya".
"Oh ya mbak. Tau nama lengkapnya ga sih?" Sambungku.
"Enggak dek. Eh bukannya dulu dia satu kelas sama kamu ya dek?".
"Enggak mbak. Dia kaka kelas satu tingkatku..... dia udah kuliah kan? Kuliah di mana mbak?".
"Sekarang lagi di rumah, mungkin lagi libur. Kalau kuliah dimananya itu kurang tau aku dek". Jelasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
love in silence
Teen Fiction[JANGAN LUPA FOLLOW DULU YAA❤] Suka ngareettt soalnya ga disemangatin sama kalian. Huhuhu Menceritakan tentang "Kaila salsabila",wanita cantik yang cerdas dan sholehah menyimpan rasa kepada sesosok pria bernama "Arzetta Rabbani Al-Khabir" biasa dip...