#Prolog ; Apa benar salah jarak?

61 7 2
                                    

Hai Hai Hai !

Salam kenal semuaaa. Kenalin nama aku Raeny dan selamat datang di tulisan pertamaku 💛🌼

Well, ternyata gini ya rasanya nulis di Wattpad. Asik juga hehe. Kalau experience pertama gini, rasanya seneng banget setiap ada orang yang sudi baca tulisanku. Setiap kali angka pembaca bertambah, rasanya seperti ada transfer semangat. Transfer energi.

Do'ain ya aku bisa konsisten di tulisan ini. Semoga tulisan ini bisa cepat selesai.Dan terakhir, semoga kalian suka 🌼

___________________________________________

Bandung, 2019

Sudah seminggu gemuruh rutin membisingi langit-langit kota kembang. Ditemani angin kencang dan deras hujan. Genangan air mulai memenuhi parit-parit kota. Jika dalam waktu dekat hujan masih juga mengganas, maka dapat diperkirakan air mengambil alih permukaan tanah. Melahap aspal jalanan.

Tempias hujan membasahi jendela-jendela kamar kos. Beberapa penghuni kos di daerah Bojongsoang enggan keluar kamar. Mereka lebih memilih berhibernasi. Cuaca seperti ini memang sangat nyaman untuk dimanfaatkan berselimut sepanjang hari. Baling kipas angin berhenti beroperasi. Jika ada yang memiliki penghangat ruangan, maka alat itu lebih dibutuhkan untuk saat ini. Tidak ada orang yang sudi berpergian kecuali terdesak keadaan, terpaksa karena kerjaan atau kepentingan lainnya.

Seperti kosan lainnya, kosanku juga lebih sepi dari biasanya. Tidak ada yang datang bertamu. Sunyi. Meninggalkanku seorang diri. Duduk di lantai kamar sambil menyandarkan punggung pada kaki tempat tidur. Jari-jariku tak hentinya buka tutup aplikasi social media.

Bolak-balik ku periksa semua sosmedku. Instagram-Twitter-Whatsapp-Line-Instagram-Twitter-Whatsapp. Fokusku pada satu nama akun. Ada kecemasan yang sedari tadi aku rasakan. Berulang kali aku menggigit kuku-kuku ibu jariku. Ada pertanyaan yang menghantuiku beberapa bulan ini. Pertanyaan yang ingin aku pastikan jawabannya pada seseorang. Seseorang yang raganya meninggalkanku, namun tidak dengan bayangnya. Aku mencari momen yang tepat untuk kembali menghubunginya. Dan setelah 1,5 bulan menunggu, kurasa inilah waktunya.

Aku memberanikan diri mengetik sebuah pesan. Ini akun Instagram kesekian yang aku gunakan untuk menghubunginya, setelah semua sosmedku, dia block.

"Arka, maaf kalau ganggu waktunya. Bisa kita ketemu?"

Canggung. Belum pernah aku merasa secanggung ini mengirim Direct Massager (DM) instagram kepadanya. Rasanya baru kemarin aku merasa leluasa bisa bercanda, menceritakan segala keluh kesahku padanya. Ia yang selalu menjadi teman curhatku. Sahabatku melakukan banyak hal. Kekasih yang selalu ada disisiku. Namun, ia yang ku harapkan selalu membersamaiku, nyatanya memilih pergi. Pergi untuk alasan yang tidak aku ketahui pasti.

Ku lempar ponselku jauh-jauh. Kini mendadak firasatku jadi tidak enak.

TRING! Bunyi notifikasi. Ku sambar lagi ponsel yang tadi ku lempar sembarang.

"Maaf ga bisa," jawaban yang sudah ku perkirakan, namun tidak ku harapkan. Aku berusaha mengendalikan diri. Menarik nafas dalam-dalam.

"Kenapa?" tanyaku mencoba tenang.

"Ya emang gabisa."

"Kamu gamau jelasin semuanya ke aku?"

"Jelasin apa lagi?"

"Aku masih ga ngerti."

"Apanyaa?" Arka bertanya seolah penjelasannya tidak dibutuhkan.

"Kenapa kamu tiba-tiba pergi? Nge-block aku? Kenapa kamu gamau berhubungan lagi sama sekali sama aku?"

"Ya aku mau tenang" jawab Arka singkat.

"Apa salah aku?"

"Tanya sama dirimu sendiri," jawab Arka lagi. Tapi bukan ini jawaban yang aku harapkan darinya.

Tanya sama diriku sendiri, katanya? Apanya yang harus aku tanyakan pada diriku sendiri? Aku di sini kebingungan. Selama 1,5 bulan pertanyaan itu terus-terusan membayangiku. Menghantui tidurku. Meneror hari-hariku. Ia pergi dengan mendadaknya, tanpa penjelasan yang masuk akal dan sekarang Arka memintaku untuk bertanya pada diriku sendiri?!

"Arka, aku ga ngerti. Apa yang bikin kamu sekecewa itu sama aku?" ku perjelas pertanyaannya. Kali ini lebih ku tekankan lagi pertanyaan itu.

"Udah, aku gamau bahas itu. Cukup ya."

"Aku ga selingkuh!" entah kenapa pernyataan ini spontan ku utarakan.

"Yaudah. Cukup."

"Apanya? Arka, tolong dong jelasin. Kenapa?" dm terakhir dariku, tidak terkirim. Lagi-lagi, Instagram ini di-block-nya. Aku bingung. Aku tidak paham. Arka kenapa? Kepalaku sakit. Mataku perih. Tidak mampu lagi ku bendung emosi. Pecah sudah. Kini tangis itu jatuh tanpa ada pundak yang mampu menahannya.

"Pertanyaan ini, kenapa terlalu sulit menemukan jawabannya?"

***

Bukan Salah Jarak (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang