BAGIAN 5

90 9 0
                                    

Baru ketika matahari mulai terbit di ufuk timur, Rangga dan Sura Pati merasa yakin kalau arah bau busuk datang dari selatan. Dan ketika mendekati sebuah ladang yang dipenuhi rumput alang-alang yang terletak cukup jauh dari padepokan, bau busuk makin tercium jelas.
"Kurasa kita sudah mendekati sasaran, Rangga," gumam Sura Pati.
"Kuharap begitu," sahut Rangga sambil terus mencari-cari.
"Lihat...!" Sura Pati tiba-tiba saja berseru tertahan, ketika baru saja menyibak gerumbul alang-alang.
Pendekar Rajawali Sakti langsung cepat menghampiri Sura Pati. Matanya langsung memandang ke arah yang dimaksudkan Sura Pati. Mata pemuda itu melotot, begitu melihat sosok mayat yang telah hampir membusuk. Tanpa menghiraukan bau busuk yang cukup menyengat, mereka segera bergerak melakukan pemeriksaan.
"Panaran? Ini mayat Panaran!" seru Sura Pati.
"Tubuhnya dipenuhi luka-luka. Melihat keadaannya, mungkin sudah dua hari yang lalu dia tewas di sini. Jelas, bukan dia yang telah mengambil Gelang Kencana," simpul Rangga.
"Boleh jadi, dia mengetahui orang yang telah meracuni Guru. Karena dianggap membahayakan, maka Panaran dibunuh," timpal Sura Pati.
Terlepas dari semua itu, Rangga setidak-tidaknya mulai menemukan titik terang di balik semua teka-teki kematian Ki Janaloka. Dan atas kematian itu, berarti Gelang Kencana semakin tak jelas berada di mana. Atau mungkin sudah raib, entah ke mana? Dan bisa dipastikan peristiwa keji ini semata-mata karena demi Gelang Kencana! Tapi, tunggu!
Mendadak saja Rangga teringat Kanigara atau Buntaran yang pergi meninggalkan padepokan. Demikian pula menghilangnya Mayang Sari yang diculik satu sosok berpakaian serba hitam. Dan bisa saja.... Rangga tidak mau menjelaskan dugaannya pada Sura Pati atau Ki Belong, sebelum segala sesuatunya benar-benar terbukti.
"Sudahlah. Sebaiknya sekarang kita bawa mayat Panaran untuk diurus secara layak bersama jenazah gurumu!" saran Rangga.
Sura Pati sebenarnya paling tidak tahan mengurus jenazah yang telah membusuk. Hanya merasa tidak enak hati saja jika harus menolak keinginan Rangga. Pada waktu yang bersamaan, sosok berpakaian serba hitam yang telah melarikan Mayang Sari terus berlari menuju Gua Selarong.
Hingga sampai di suatu tempat sosok berpakaian serba hitam itu berhenti. Segera diturunkannya Mayang Sari yang dalam keadaan tertotok. Sejenak pandangan matanya beredar kesekeliling seakan sedang mencari-cari sesuatu.
"Suiiittt...!"
Tampak sosok itu memang sedang memberi isyarat pada seseorang. Setelah menunggu sekian waktu lama, terlihat sebuah bayangan serba ungu bergerak mendekati.
"Aku telah melakukan tugas yang telah kau berikan padaku dengan baik. Kuharap jika kau berhasil menemukan harta karun di Gua Selarong, selain hadiah yang kau janjikan, aku juga menginginkan sebagian harta itu untuk membangun sebuah singgasana di daerah tanah kelahiranku...!"
"Kerjasamamu memang kunilai cukup baik. Tetapi aku perlu memeriksa, apakah Mayang Sari membawa Gelang Kencana sebagaimana yang telah kupesankan padanya," sahut orang berbaju serba ungu yang memakai topeng warna kelabu ini.
Hanya dengan beberapa kali lompatan saja, orang bertopeng itu telah sampai di depan laki-laki berpakaian serba hitam. Ditelitinya Mayang Sari yang dalam keadaan tertotok dan terbujur kaku di atas rerumputan. Nyatanya, istri Ki Janaloka ini sedikit pun tidak memperlihatkan ketakutannya. Sehingga, membuat orang berbaju hitam agak terheran-heran.
Beberapa saat kemudian, orang bertopeng dan berpakaian serba ungu itu memeriksa beberapa bagian tubuh Mayang Sari. Tak lama ditemukannya sebuah bungkusan kecil dari kain berwarna merah darah.
"Kurasa memang itulah Gelang Kencana. Aku sendiri seumur hidup belum pernah melihatnya. Coba buka!" pinta laki-laki berbaju hitam.
"Keinginanmu sama dengan keinginanku. Sekarang, perhatikanlah baik-baik. Karena, hanya sekali saja aku memperlihatkan Gelang Kencana padamu!" ujar laki-laki bertopeng.
Dengan sangat hati-hati, laki-laki bertopeng mulai membuka bungkusan kain merah darah. Seketika terlihatlah sebuah benda sebesar kelingking berwarna merah darah. Pada salah satu ujung gelang berbentuk kepala ular sendok. Sedangkan pada bagian ujung lainnya berbentuk ekor, namun bergerigi seperti kunci.
"Hm.... Sungguh menakjubkan Gelang Kencana ini. Lihatlah! Cahaya yang terpancar dari dalamnya tidak pernah padam," ujar laki-laki bertopeng.
"Sebuah keajaiban dunia yang tidak pernah kulihat sebelumnya," desah yang berbaju hitam menimpali.
Bibir di balik topeng tersenyum dingin. Tiba-tiba saja, tangannya digerakkan ke arah laki-laki di depannya.
"Bunuh si baju hitam!" perintah orang bertopeng berteriak. Laksana kilat Gelang Kencana yang semula hanya melingkar sebagaimana gelang pada umumnya, melesat ke arah laki-laki berbaju hitam. Tidak dapat dihindari lagi, ujung gelang yang berbentuk kepala ular menghujam dileher.
Crep!
"Aaa...!" Laki-laki berbaju hitam menjerit keras. Sekujur tubuhnya langsung berwarna merah seperti bara api, lalu jatuh tersungkur. Hanya dalam waktu singkat terjadi keanehan yang sedemikian mengerikan. Tubuh yang telah terkapar itu langsung membengkak. Sekujur kulitnya pecah, mengeluarkan cairan berwarna merah menebar bau busuk. Di dalam cairan keluar pula makhluk-makhluk kecil seperti ulat berwarna merah. Ulat-ulat itu langsung menyantap daging-daging korbannya yang telah membusuk dalam waktu singkat!
"Kembali padaku, Gelang Kencana!" perintah laki-laki bertopeng.
Saat itu juga, gelang ajaib yang dapat hidup dengan sendirinya hanya dengan sebuah perintah itu kembali pada tangan laki-laki bertopeng. Sejenak dipandangnya gelang itu, lalu dipondongnya Mayang Sari.
"Kau telah begitu banyak mengetahui rencanaku, Sobat. Hanya aku dan Mayang Sari saja yang patut menikmati semua harta benda yang tersimpan di Gua Selarong."
Untuk yang terakhir kalinya, orang bertopeng itu memandang ke arah mayat korbannya yang hampir habis digerogoti ulat merah yang jumlahnya mencapai ribuan. Kemudian dengan tenang kakinya melangkah pergi sambil memanggul Mayang Sari.

195. Pendekar Rajawali Sakti : Petaka Gelang KencanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang