~Chrismast tears~

1 0 0
                                    


*Christmas Night, 2011

Ring, ring, ring..

"Christmas time!!!"

Teriak anak lelaki berkaus merah bertopikan Santa's hat berteriak dengan gembira sambil berlarian kesana kemari di bawah Christmas Tree yang begitu menawan, bbanjjak bbanjjak sinar nya, warna warni seperti candy.

Malam yang syahdu, ditemani dengan alunan lagu carol yang menggema. Anak laki-laki itu tak kunjung berhenti, sampai seorang gadis kecil bak peri, cantik, mungil, imut, lucu, manis, entahlah yang jelas terlihat seperti peri kecil tak bersayap turun dari gendongan sang daddy dan langsung menubruk tubuh kecil anak lelaki itu, sampai-sampai jatuh kebelakang.

Brukk..

Dan tubuh mungilnya menindih sang pangeran kecil tersebut. Alih-alih menangis karena terjatuh, kedua anak tersebut malah tertawa, entah menertawakan apa juga tidak tahu, yang jelas suara tawa mereka mengalun begitu saja.

Kedua dewasa yang tengah menyaksikan hanya bisa tersenyum dan menggelengkan kepala melihat malaikat-malaikat kecil mereka begitu menggemaskan dengan tingkah keabsurdan mereka, menggemaskan, lucu, namun kok ya tidak jelas.

"Hun, look they are so happy, even they don't know what are they laughing about?" Ucap lelaki tampan disebelahnya, perempuan anggun yang merupakan pendamping dari lelaki tampan tersebut menjawab dengan senyuman manisnya, "Yea, thank you for your precious thing that you gave to me" "me too".

Saling berpandang sejenak, akhirnya sang suami mencium kening sang istri dan dengan bisikan romantisnya mengucapkan "Marry Christmas"

Blushhh..

Malu ditatap suami sedekat ini, apalagi bisikan yang baru saja terucap, pipinya merah merona bak bunga mistletoe yang mekar.

Cupp..

Ciuman kasih sayang di pipi sang lelaki "Marry Christmas".

Tanpa mereka sadari, sejak tadi aksi lovey dovey pasangan muda yang bisa dibilang telah menikah selama 7 tahun tersebut, disaksikan oleh dua makhluk menggemaskan yang sejak tadi berdiri menghadap ke arah orang tua mereka yang tak tau tempat, tak berakhlak memang.

Kedua anak itu hanya bisa saling berpandangan kemudian mengedipkan kedua matanya berulang kali, entah, mereka tidak tau apa yang mereka lihat, tidak paham. Holly shit.. Mata mereka telah ternodai.

Yang paling muda bertanya, "Oppa, apa yang sedang mereka lakukan? Kenapa senyum-senyum sendiri? Apa mereka sudah tidak waras? Apa mereka gila Oppa?"
Sang Oppa hanya bisa terdiam dan memandangi adik kecilnya. Dalam hatinya ia berteriak, untung sayang untung sayang. Abasurd sekali adiknya ini memang. Mengendikkan bahunya, "Tidak tahu, oppa juga tidak tahu, sudahlah ayo kita buka hadiahnya, Oppa sudah tidak sabar". Sang adik hanya bisa mengangguk.
Selanjutnya, sang kakak menarik adik nya untuk mengambil hadiah di bawah Christmas Tree tersebut.

*Back to Now

"Apa yang kamu pikirkan sayang?" Suara lembut seorang wanita yang ia kenal sebagai Mommy memecah bayangan yang selama ini ia rindukan, sang adik, sang warna, sang Na bi.

"Tidak Mom, hari ini adalah christmas, jadi aku hanya bahagia bisa melewati christmas bersama kalian, Mommy and Dad". ia berikan senyum teduh tulus miliknya kepada sang mommy. Indah, senyum kotak yang menawan, mampu membuat semua orang yang melihatnya menjadi meleleh, tak sanggup sungguh.

Wanita tersebut mengusap lembut surai sang anak, tersenyum, sangat cantik. Ia tersenyum untuk mengobati kerinduan sang anak kepada peri kecil mereka, malaikat kecil mereka yang kini entah dimana, dibawa lari oleh sang ayah, yang tak lain adalah kakek dari ke-2 buah hatinya. Miris memang, dipisahkan dari bayi.
Tatapan tajam menusuk terarah kepadanya, aura hitam disekelilingnya sangat pekat berasal dari sang anak.

"Mom, don't look at me like a sorrow, look at me like a precious, gift. I don't like it" dengan kata lembut selembut benang, berusaha untuk tidak membentak atau memarahi sang Mommy, karena ia takut mommy terluka kemudian menangis. Ia tak rela air mata itu menetes hanya karena dirinya.

Puk..puk..pukk

Sang ibu menepuk pundak sang anak dengan kasih sayang, tidak keras kok. "Tatanya Mommy, kak Tata.. ". tak ada sautan, hanya pandangan kosong kedepan yang ia dapat, akhirnya ia kembali bersuara karena sejak tadi tidak ada sautan dari sang anak.
"Nak, kangen ya sama adek? Hm.. Kangen? Kakak kangen ya" ucapnya dengan sedikit bergetar.

Tak sanggup melihat sang putra hanya diam dan tak melakukan apapun. Si pelaku hanya menundukkan kepala, tak terasa ada yang mengalir dipipinya, ahh.. Ia menangis.

"Kak, kita pasti nemuin adek, tapi kamu jangan sedih gitu dong, masa udah gede ambekan. Gak takut diledekin?" Akhirnya senyum terbit, menggantikan mendung suramnya kepahitan yang ia alami.









TBC.....

Hii.... I'm back....

Ni yg kmaren nanyain kpn lanjutt...

Sabarrr Author nya lgi sibuk...

Oh ya klo mo lanjut komen atuh ih....

vote jugaaa

See you next time guys....

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 03, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Thank You You're the Sweet ThinkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang