empat

5 0 0
                                    

MUNGKIN INI YANG KAMU CARI

Hari itu aku melihat mu kesulitan menyeka air mata, berjalan dengan dress putih dan kaki tanpa alas ke rumah rahasia, aku beneran khawatir kakimu terluka oleh daun tajam, kenapa harus tanpa alas kaki? Jangan dong Asahy, gadis warna-warni.

"Ih, sotau"

Iya iya bukan warna-warni, kamu pasti ngedumel. Aku melihat mu mencari sesuatu, tangan itu gemetar mencari menyusuri rumah rahasia yang tidak banyak benda, tapi kamu mencari sampai ke bawah pot kayu yang berat, lalu aku melihat tangan kecil mu sudah tidak karuan, mencari ulang dengan gerakan kasar, melempar kesana Kemari karena kamu tidak dapat apa yang kamu cari, kamu marah, aku bertanya-tanya apa yang kamu cari, aku ingat saat datang kamu membuka pintu lalu langsung tertuju ke buku milikmu, membuka lembaran lebarannya cepat, apa itu sebuah surat? Kamu mencari surat dariku? Kamu menangis karena aku?

Semoga tidak.

Asahy, sebenarnya Aku terlalu sedih Satu setengah tahun ini sahy, aku kecewa dengan diriku, aku adalah manusia egois, yang ingin kamu taruh harapan kepada ku, tapi aku, aku sangat payah. jarak kita jauh, aku marah karena itu, Aku marah karena membuatmu tenang saat melukis di sungai hari itu, aku pikir semua akan berjalan sesuai rencana ku sahy, sungguh aku tidak ingin sekolah ditempat ku, kamu pasti mengerti, aku mau tinggal di rumah yang dulu dan satu sekolah denganmu.

Kamu tidak sendiri, saat menangis aku menemani, aku bersamamu sahy.

Maaf aku baru bisa menjelaskan.
Maaf aku membuatmu mencari suratnya.
Maaf aku tidak bisa selalu ada untuk mu.
Maaf membuat hari-harimu terasa berat.
Maaf jika kesedihan banyak mengunjungimu.
Kamu melewati dengan sangat baik Asahy si kegelapan yang di dalamnya jutaan cahaya terang, tolong sadarlah.

Oh iya, perjalanan ke rumah rahasia hari itu aku bertemu ibu dan adik kamu.

Mohon maafkan aku ...

Aku masih kecil ...

Tapi kamu lebih kecil hehe

Hanan kesukaan mu


Jangan tanya soal mataku yang sudah menangis saat baris pertama surat, ternyata Hanan melihat semua, dia melihat tangan ku yang terus-menerus mengusap air mata hari itu, aku sangat mengerti Hanan setulus apa untuk berada selalu di samping ku, dia bagian hidup milikku yang paling khawatir bagaimana aku berjalan setiap harinya.

Pantas saat berbohong tentang rumah rahasia yang berantakan, air mukanya berubah, sangat terlihat di matanya, aku merasa dia sedih,  tapi kenapa Hanan tidak marah padahal dia tahu aku berbohong, aku yakin mata itu menggurat kesedihan yang cemas tanpa ada sedikitpun amarah.

Kalau saja aku punya telepon genggam seperti yang lainnya aku akan menghubungi Hanan sekarang juga, baiklah aku akan menunggu untuk bicara sambil beli eskrim nanti, sayangnya sahy ini tidak bisa meminta apapun kepada ayah dan ibu, aku sudah banyak merepotkan, tidak baik jika mereka pusing karena permintaan ku.

•••

Hanan datang di hari lusa menjemput di sekolah lalu kami ke mini market dekat sekolahku membeli eskrim vanila dan coklat, Hanan yang traktir, aku sudah memaksa dia untuk biarkan aku menepati janji kemarin, tapi akhirnya Hanan mau dia yang membayar dua eskrimnya.

"Kamu punya handphone kan nan? Ayok foto" di dalam angkutan umum yang baru berpenumpang aku dan Hanan ku ajak berfoto.

"Aku ga punya"

"Kemana handphone nya? waktu dulu kamu punya" saat kelas enam SD lalu, Hanan dan teman-teman sekelas bandel sering membawa benda yang tidak di butuhkan dalam pembelajaran, di pakai main game Pau yang mengumumkan tahinya sampai banyak, aku juga sering di ajak main game denganya di jam istirahat.

"Tidak butuh ketika sudah bersamamu" ucapnya santai sambil memperhatikan eskrim miliknya.

"Butuh untuk ambil gambar kita"

"Kamu bisa lukis gambar kita, aku bisa merekam semuanya di sinii ..." Nadanya sangat ceria sambil memegang kepalanya dengan tangan satunya, yang katanya kepala itu ada isinya, aku kurang yakin. "Bahkan aku masi ingat kamu yang kaget dan nangis di rumah rahasia karena berdarah padahal itu menstruasi" kali ini tertawa menjengkelkan, "terus aku panik karena aku juga ngga ngerti kenapa belakang dress putih kamu berwarna merah, aku bilang gini waktu itu 'makanya jangan lompat lompat terus, tadi belakang kamu jatuh kena sesuatu ngga?' aku masi ingat sahyy ..." tawanya pecah di hadapan ku yang malu karena penumpang sudah bertambah satu dan sepertinya Kaka bercelana abu-abu itu mendengarkan, aku pukul keras agar tawanya berhenti.

"ADUHH."

Aku pelototi dia sampai otaknya mengerti aku tidak suka "iya iya, lain kali aku bawa." Senyum miliknya dibuat manis lebar untuk minta maaf.

Sudah turun dari kereta kuda kami yang berwarna hijau terang beraroma jeruk demi menutupi bau apek yang ada, untunglah pa kusir tidak menyetel lagu jedag jedug yang buat pusing dan enek, hari ini kami  berjalan ke rumah rahasia dengan perasaan sangat senang.

Aku berjalan sambil menggandeng tangan Hanan, dari dulu aku terbiasa sering melakukan ini, jadi tidak ada perasaan canggung karena dia temanku, Asahy adalah anak pertama perempuan dengan adik laki-laki dan Hanan harus jadi abang ku, semua pertanyaan tentang dunia akan aku tanya terlebih dahulu ke Hanan, dia satu-satunya laki-laki yang aku percayai, tidak ada yang lain karena ayah mematahkan semuanya, bahkan aku terlalu takut, ah sudahlah tidak boleh ada yang membuat ku sedih.

"Duh, tugas rumah ku banyak banget hari ini"

"Jangan dikerjain" deretan giginya terlihat mendengar komentar ku

"Gapapa jangan di kerjain, soalnya kamu kalau disuruh ngerjain ngga dikerjain, jangan dikerjain lho awas!"

"Sahyy ..." aku hanya mendelik, "bukan gituu ..., Masalahnya ini tu tugasnya mengambar, kamu lebih keren dari pada aku soal ini, tolonglah ..."

Tentu aku kerjakan aku menyukainya, membuat bentuk bentuk dan tulisan membuat ku bahagia, sambil misuh-misuh ku gambar agar terlihat terpaksa mengerjakannya padahal tidak sama sekali, ini mudah, Hanan pula yang meminta, dan Hanan menyebut banyak permohonan agar aku tidak kesal, pipiku menahan senyuman.

"Aku suka suratnya"

"Bener ngga itu yang kamu cari?" Aku hanya menjawab dengan senyuman

"Saat kamu tahu aku berbohong, kenapa ngga marah, kamu melihat rumah rahasia berantakan karena aku"

"Sahy bentuk marah setiap orang berbeda, dan saat kamu bilang itu bukan ulahmu aku tidak mengerti apa yang aku rasakan, aku kecewa, sahy bicara tidak sesuai kenyataan yang ada, tapi rasanya lebih banyak marahnya dengan diriku karena aku bukan tempat mu bercerita lepas lagi, jadi yang muncul di wajahku kesedihan ya?, Itu karena aku khawatir dengan tempat mu bercerita, dimana tempatnya sekarang?"

"Ku tumpuk"

"Aku berharap Hanan bisa menjadi tempat bagi mu seperti dulu, aku akan menjagamu, keluarkan semua ketakutan itu didepan ku, tidak ada yang berubah dariku hanya saja waktu itu aku terlalu banyak merasa bersalah, aku berharap kita tidak berubah"

"Aku pikir kamu kabur ninggalin aku, makanya itu jauhi setiap perasaan yang terlalu, aku beneran sekarat tanpa kamu"
Pipinya kutepuk-tepuk ku tunjukan senyum terbaik untuk membuatnya tenang dan mengerti aku baik.

Beginilah percakapan berat yang hanya aku lakukan dengannya, cuma Hanan yang tahu betapa kesulitannya aku menghadapi segala takdir yang Tuhan suguhkan untukku, dia tidak pernah berbicara aku mampu kuat menghadapi kehidupan, namun dia hanya selaku berusaha ada, dan aku merasa cukup.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 24, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

QuerenciaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang