Twelve

3.5K 303 71
                                        

Puluhan panggilan telefon dari kekasihnya sama sekali tak ia indahkan, pasalnya ia masih shock dan sulit percaya dengan apa yang telah terjadi beberapa jam yang lalu. Dimana ia di datangi perempuan yang mengaku-ngaku sebagai pacar kekasihnya, di permalukan di depan umum dan terakhir kekasihnya yang tak melakukan perlawanan apapun seakan-akan apa yang di katakan perempuan itu benar adanya.

Bahkan parahnya Raya sama sekali tak berniat sedikitpun membelanya atau setidaknya menghentikan aksi perempuan itu yang tengah mempermalukannya. Tidak, Raya benar-benar tidak melakukan hal itu.

Aira memejamkan matanya, ini terlalu menyakitkan untuknya, dirinya shock mengetahui fakta baru tentang kekasihnya yang ternyata menjadikannya gadis yang kedua.

"Gue selingkuhannya ya?" Aira menepuk-nepuk dadanya karena merasa sesak.

Mengapa hal ini harus terjadi? Padahal Aira sangat percaya pada Raya jika gadis tomboy itu takan pernah mengecewakannya apalagi menyakitinya, tetapi sekarang semua itu sirna. Karena nyatanya Raya yang berjanji ini dan itu semuanya hanya bualan belaka.

Nyatanya itu adalah dusta termanis yang di ucapkan gadis tomboy itu.

"G-gue butuh lo Bim," gumam Aira dalam tangis sendunya itu.

Tetapi, Aira juga tak mau jika Abim mengetahui fakta bahwa ternyata Raya menjadikannya sebagai selingkuhan, Aira takut nantinya Abim berbuat macam-macam mengingat kemarin gadis tomboy itu terlihat sangat tak suka saat memergokinya tengah berciuman dengan Raya.

Besoknya Raya sudah stay seperti biasa untuk menjemputnya, Aira yang melihat itu langsung mengalihkan atensinya untuk mencari keberadaan sosok sang sahabat. Tepat disana tampak Abim yang baru saja keluar dari rumah.

Buru-buru gadis itu menghampiri Abim dan mengabaikan panggilan sang kekasih.

"Abim, gue ikut sama lo ya please." mohonnya memelas.

Abim mengernyit heran dengan sikap Aira kali ini padahal dirinya tahu jika kini gadis itu di jemput oleh Raya, pacarnya.

"Terus itu pacar lo gimana?" tanya Abim membuka suara.

"Please." memelasnya tanpa mengindahkan pertanyaan Abim.

Tiba-tiba saja Raya sudah ada di hadapan mereka lalu dirinya menggenggam lembut tangan gadisnya.

"Ayo, bareng aku aja Aira." seperti tak pernah terjadi apapun diantara mereka kini Raya meminta gadisnya untuk ia antar ke sekolah.

"Gak mau Raya," tolaknya. "Aira mau bareng sama Abim, kamu duluan aja sana." usirnya lalu mulai menaiki motor Abim.

"Aira ..." panggil Abim heran.

"Ayo jalan, Aira gak mau kita telat masuk ke sekolah." titah gadis itu terdengar dingin.

Raya pun hanya bisa pasrah dan menatap tak rela gadisnya pergi berangkat ke sekolah dengan orang lain, sebelum melajukan motornya Abim menatap Raya dari atas ke bawah lalu menatap mata gadis tomboy itu.

Detik berikutnya ia melajukan motornya untuk berangkat ke sekolah.

Raya hanya bisa meratapi kepergian gadisnya lalu menghembuskan napas kasar, ini kesalahannya jadi wajar saja jika gadisnya itu masih marah dan tak mau mendengar semua ucapan yang keluar dari mulutnya.

Setibanya mereka di sekolah lebih tepatnya di parkiran kini Aira malah tak mau turun dan masih betah memeluk erat sahabatnya itu. Aira merindukan kehangatan dan kenyamanan yang di miliki Abim.

"Serius, mau kayak gini aja sampe kiamat?" jengah Abim yang sudah setengah jam menunggu Aira selesai.

Aira mendengus sebal. "Sebentar ih Abim." rengeknya manja.

Felicity [GxG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang