Mimpi Sesungguhnya

93 16 31
                                    

Hal paling menyebalkan ketika masuk sebuah kota adalah kemacetan, hujan, dan rasa letih yang merambat di sekujur badan.

Salah sendiri. Sudah ditawari diantar supir malah ngotot nyetir sendiri ke Bandung. Gerbang tol Pasteur selalu macet menjelang akhir pekan begini, sisi batin Nitya merutuki diri sendiri.

Nitya berusaha menghibur dirinya dengan memutar Tutto L'Amore Che Ho dari Lorenzo Jovanotti Cherubini. Lagu lawas Italia yang bisa membangkitkan semangatnya.

Dan aku telah melihat hal-hal yang disediakan untuk pemimpi

Dan aku minum jus pahit,

Dan aku melakukan semua tindakan yang paling murni.

Tiba-tiba nada panggil handphone yang digeletakkan di kursi sebelah bersuara. Nitya membaca nama dan wajah yang muncul di layar handphone. Abang Nyebelin. Nitya mematikan Jovanotti yang sedang menyanyi.

"Sudah sampai mana?" suara itu terdengar dari speaker handphone yang dinyalakan. Meskipun sedang macet, Nitya enggan menyetir sambil memegang handphone.

"Milano."

"Ngimpi. Paling macet di Pasteur. Emang enak?"

"Setidaknya masih lebih enak daripada di rumah lihat di abangku mesra-mesraan sama tunangannya."

"Makanya jangan sampai kelamaan jomblo. Kan jadi mupeng lihat abang sendiri mesra-mesran sama sahabatmu."

Rago bertunangan tiga bulan lalu dengan Ferisha setelah setahun sebelumnya dikenal oleh Nitya. Ferisha adalah rekan seperjuangan Nitya meraih gelar master di Universitas Milano, Italia.

"Hujan nggak?" Rago kembali bertanya.

"Mendadak berhenti nih begitu Bandung mendengar suara abangku tercinta yang super cerewet."

"Cerewet begini, gue jadi sponsor utama misi elo ke Bandung, Nit. Coba kalo gue nggak bantu-bantu ngibul ke Papa. Pasti nggak lolos."

Nah, iya juga sih. Nitya harus bersyukur dalam hal ini. Papa tidak akan mengizinkannya pergi karena meninggalkan pekerjaan di perusahaan Papa selama seminggu. Ditambah lagi, misinya adalah sesuatu yang tidak disukai Papa. Mengikuti workshop penulisan buku cerita anak!

"Jangan lupa pesan gue," teriak Rago lagi.

"Yang mana? Bukannya ada selusin?"

"Jangan upload foto selama acara di mana aja. Itu yang penting. Nanti Papa nyuruh orang ngecek-ngecek medsos elo. Kan berabe kalo ketahuan bohong."

Khusus ke Papa, Nitya bilang ke Bandung karena ada seminar dan pertemuan bisnis. Itu pun cuma tiga hari. Selanjutnya, Nitya masih belum ada ide alasan lainnya.

Jika Mama masih ada, mungkin Nitya tak perlu sampai berbohong begini. Nitya bisa mendapat izin dari Mama untuk ikut workshop menulis ini. Mama tidak pernah melarang Nitya jadi seorang penulis. Bahkan, jadi apapun yang Nitya inginkan selama itu bukan jadi gembong mafia.

Nitya berdoa untuk Mama yang telah meninggalkannya saat dirinya masih duduk di enam SD.

Hampir sejam kemudian, Nitya baru sampai ke Hotel Greeasan yang diinformasikan panitia pelatihan. Setelah menghadapi kemacetan gerbang tol Pasteur untuk masuk ke kota Bandung, Nitya masih harus menghadapi kemacetan masuk ke daerah Lembang di utara kota Bandung.

Hotel Greeasan di mata Nitya lebih menyerupai resor. Lingkungannya begitu asri dengan pepohonan tinggi. Setelah masuk ke lobi, Nitya baru menyadari bagian bangunan itu bertingkat. Karena berada di sisi tebing, lobi dan deret kamar memanjang di bagian atas. Sedangkan ball room dan restoran harus turun ke lantai lebih rendah. Malah di bagian lembahnya tersedia kolam renang, kolam ikan dan area terbuka untuk aktivitas di luar ruangan.

Sepotong Cinta Dalam DongengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang