Prolog

17 3 0
                                    

Kalau saja hidup di bumi ini punya banyak pilihan, mungkin Sekar akan lebih memilih untuk tetap menjadi bayi saja selamanya. Sehingga dia tidak usah repot-repot untuk patah hati dan segala macam bentuk kehancuran dalam percintaan. Hubungan tak kasat mata yang didamba banyak insan.

Selama 23 tahun hidupnya, Sekar baru pertama kali merasakan patah hati karena ditinggal menikah. Dia memang sering melihat kejadian ini di televisi, di sekitar ruang lingkup kehidupannya, dari cerita-cerita orang, dan lain sebagainya. Dan dari sekian banyaknya manusia di muka bumi ini, kenapa dia masuk ke dalam kategori orang-orang yang ditinggal menikah oleh pasangan?

Tiga tahun menjalankan hubungan bersama dengan seorang pria yang dua tahun lebih tua darinya. Selama itu pula hubungan keduanya baik-baik saja, tidak pernah ada drama-drama menyayat hati seperti di film-film. Ya, kecuali sekarang. Dia sedang mengalaminya. Sedihnya lagi, dia harus ditinggal menikah oleh sang kekasih.

Radit Pramesta Gusna, pria yang selama tiga tahun bersamanya, kini tengah bersanding dengan seorang wanita cantik bergaun putih di depan sana. Saling menyematkan cincin pernikahan dan menunjukkan buku pernikahan masing-masing ke depan kamera. Senyum terkembang di bibir kedua pasangan yang baru sah itu. Entah senyum bahagia, tulus, atau hanya sekadar formalitas Sekar tidak tahu.

Entahlah. Pikirannya kosong melompong, melayang-layang di udara, mengelilingi luasnya aula gedung ini, seolah enggan menetap di kepalanya. Radit dan acara pernikahan ini merenggut kesadarannya lebih dari 7 jam sejak dia dipaksa datang ke sini oleh ibunya sendiri. Alih-alih membawa restu, dia justru membawa doa untuk dirinya sendiri agar tidak tumbang di tempat. Mati mendadak di pesta pernikahan mantan itu tidaklah mengesankan.

Sekar masih linglung ketika sang pengantin pria menghampirinya. Dia masih terkesan oleh paras tampan pria dengan jas putih yang sedang berjalan santai ke arahnya itu. Peci hitam yang bersinggah di kepala si pria membuatnya semakin tak bisa menahan kewarasannya lebih lama lagi.

"Sekar ..." Suara lirih itu menyambut indera pendengarannya. Sekar menengadah menatap mata Radit yang terlihat sendu, letih, putus asa, dan tertekan.

Sekar tersenyum sebelum berkata, "Ini hari bahagia kamu, Dit. Hari besar kamu dan keluarga kamu. Hari bahagia dua keluarga."

Radit menggeleng lemah. "Ini hari perpisahan kita, gimana aku bisa bahagia melepas wanita tercinta aku."

Matanya panas. Namun, Sekar mencoba untuk tidak menjatuhkan butir-butir bening itu. Dia memilih memejamkan mata sejenak untuk menguatkan pijakan pada kaki dan hatinya. "Aku sedih, kok. Tapi kita harus bahagia di kehidupan masing-masing."

"Maaf ..." ucap Radit menyentuh sebelah telapak tangan Sekar. "Aku gak bisa nemenin hari tua kamu. Aku gak bisa jadi bahagianya kamu, gak bisa sama-sama bareng kamu, gak bisa bahagiain keluarga kecil kita."

Sekar mengelus punggung tangan Radit dengan ibu jarinya. "Gapapa. Makasih, ya. Kamu gak gagal, kok. Kamu pernah jadi bahagianya aku, kamu pernah sama-sama bareng aku, kamu juga pernah nemenin hari-hari terburuk aku. Buat keluarga kecil versi kamu, ya."

Radit menghela napas saat Sekar tersenyum diakhir kalimatnya. Sebenarnya berat bagi Radit melepaskan Sekar begitu saja, berat bagi mereka berdua yang harus berpisah setelah tiga tahun berpacaran. Namun, itu memang salah mereka dan mereka harus menerimanya. Tak seharusnya cinta tumbuh diantara keduanya, tak seharusnya pula mereka menjalin hubungan di bedanya kepercayaan mereka.

Sekar menunduk saat dirasa air matanya keluar, kemudian Radit mengusap pelan kepala sekar sebelum berbalik ke pelaminan. Rasanya menyesakkan meski aula pernikahan ini begitu luas, pasokan udara bagi Sekar dan Radit terasa minim, semuanya terlalu menyakitkan untuk dirasakan. Namun, bagaimana lagi? Ini sudah takdir mereka dan mereka menerimanya dengan sadar.

Hanya, Sekar mensemogakan yang terbaik untuk dia dan Radit. Karena tak ada hulu tanpa hilir. Tak ada rasa sakit tanpa bahagia. Dan Sekar yakin, mereka akan bahagia di jalan masing-masing.

Semoga saja.

With You | Johnny NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang