Waktu menunjukkan tepat jam delapan pagi, kurang lebih 20 menit akad akan dimulai. Segala yang menjadi perlengkapan dalam acara sudah dipersiapkan dengan sempurna. Para tamu undangan pun satu persatu mulai berdatangan. Gayatri, yang akan dipersunting oleh seorang pria bernama Ahmad, tampak bahagia didepan cermin yang berhiasan lampu dan bunga-bunga disekelilingnya.Gaun putih yang membalut tubuhnya pun, membuat ia terlihat begitu anggun. Kedua sudut bibir terangkat ke atas, tak hentinya ia berucap syukur.
“Cantik” ujarnya menatap diri didepan cermin persegi itu.
Diluar sana, riuh suara membuat suasana hati Gayatri semakin deg-deg kan menunggu detik-detik yang merubah masa depan.Tok! Tok!
“Gayatri” ucap seseorang dibalik pintu, suara yang tidak asing lagi bagi Gayatri.
“Iya, Ibu. Masuklah!”
Derikan pintu terdengar terbuka, langkah kaki pun perlahan menuju Gayatri yang sedang asik menatap dirinya didepan cermin.
“Kamu, sudah siap, Nak?” kata Bu Asih sambil memegangi tangan Gayatri.
“Insya Allah, Bu. Doakan yang terbaik.” Gayatri menatap wajah ibunya yang terlihat menguraikan air mata kebahagiaan.
“Gayatri, hari ini adalah hari bahagia mu, Nak. Kau akan menjadi permaisuri yang paling cantik, anakku. Dahulu, ketika 27 tahun lalu saat tangismu mengubah suasana rumah ini menjadi haru. Namun, saat ini begitu cepat rasanya waktu berlalu. Kini, kau akan menjadi seorang istri. Surgamu akan berpindah pada suami mu. Berbaktilah kepada dia, Nak. Sebagai mana kamu hormat pada Ibu.”
“Bu..” suara Gayatri terhenti, berat rasanya mengeluarkan satu kata pun. Seperti ada yang tertahan ditenggorokan. Sejenak ia terdiam, menarik nafas panjang. Selang beberapa detik ia mencoba kembali bicara pada sang Ibu.
“Bu, terima kasih telah mengajarkan banyak hal tentang apapun. Karena Ibu lah aku menjadi kuat, karena Ibu pula aku mampu berdiri menopang pada kaki sendiri. Bu, sudilah kiranya Ibu memberi restu untukku dan Mas Ahmad. Agar kelak, bahtera rumah tangga yang kami jalani baik-baik saja.”
Suasanapun menjadi sendu, tak kuasa Gayatri menahan tangis dalam pelukan Ibu.
“Nak, restu Ibu selalu untukmu.” Kata Ibu, sambil membelai lembut bahu Gayatri.“Ya, sudah. Kalau begitu, Ibu keluar dulu ya. Hapus air mata mu, nanti cantiknya anak Ibu berkurang.” Sedikit canda dari ibu mencairkan suasana.
Dari balik kamar Gayatri yang hanya berbatas dinding, suara riuh semakin ramai. Begitupun suara MC yang akan membuka acara telah terdengar.
“Bapak-bapak, Ibu-ibu hadirin semua. Sebentar lagi kita akan memasuki acara ijab kabul. Sudah ada disamping saya calon mempelai pria, bapak penghulu, serta para saksi.” Ucap MC membuka suara.Gayatri yang hanya menunggu dikamar pengantin, tampak gelisah. Tak hentinya ia melapalkan zikir, sambil mendengarkan acara yang sedang berlangsung khidmat. Lantunan ayat suci yang begitu merdu, mengubah suasana menjadi hening seketika. Setelah beberapa acara pembuka selesai. Tibalah saatnya, Ahmad berucap janji pernikahan sebagai pengikat cinta suci. Keyakinan dan rasa percaya diri Ahmad dalam mengucapkan janji suci itu, tak butuh waktu lama. Hanya satu kali tarikan nafas. Serentak para saksi yang hadir mengucap.
Sah..!Alhamdulillah..!
Gayatri yang turut mendengar , berucap syukur pertanda ia telah resmi menjadi seorang istri. Tak lama, ia pun dipanggil oleh MC untuk keluar dari kamar pengantin. Gayatri yang bak permaisuri keluar dari bilik persembunyian yang di gandeng oleh sang Ibu. Acara terus berlangsung, sampai pemasangan cincin kepada kedua pengantin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Tak Sekedar yang Tampak
Fiksi UmumMenjadi kuat untuk diri sendiri, menopang rasa pada setiap asa. Kisah seorang gadis yang tak pernah pupus saat diterpa berbagai macam persoalan hidup. Mampukah ia bertahan pada ujian yang datang silih berganti? atau menyerah pada takdir yang ia lalu...