x. take a nap

2.5K 319 89
                                    

Panasnya ladang membuat Kita berkali-kali menghela nafas, lengannya senantiasa menyeka peluh yang meniti di dahi. Musim panen hampir tiba dan di masa inilah tanaman seperti padi dan kawan-kawannya rawan akan hama.

Pekerjaan yang amatlah menguras tenaga. Kendati demikian, Kita tak pernah mengeluh. Ia menikmati pekerjaan ini. Walau acap kali dipandang sebelah mata, baginya petani merupakan pekerjaan mulia.

Menjatuhkan dirinya di hamparan rerumputan guna melepas penat. Topi yang ia kenakan dilepas, angin sepoi menyambut ubun kepalanya yang tadi memanas. Sambil menyeka peluh di leher dengan handuk, Kita membuka kotak sarapannya yang tadi belum ia habiskan.

Masih ada satu onigiri rupanya. Cukuplah untuk mengganjal perut yang meronta.

"Meow!"

Seekor kucing oranye yang entah dari mana datangnya tiba-tiba mengendus kaki Kita.

"Kau lapar?"

"Meow!"

"Doyan onigiri?"

"Meow!"

Kita membelah onigiri terakhirnya menjadi dua bagian dan memberikanya yang satu pada kucing oranye tersebut. Dimakannya dengan lahap onigiri tersebut oleh si kucing. Melihat itu, Kita tersenyum tipis. Alih-alih memakan bagiannya, pria itu memberikan separuh onigiri yang tersisa.

"Kau lapar ya? Ini, habiskan punyaku juga."

"Meow meow!"

"Tidak usah memikirkanku, makan saja. Kau lapar kan?"

"Meow!"

Kita tersenyum lebar melihat si kucing dengan lahap menyantap onigirinya. Tangannya mengelus lembut kepala si kucing. Pandangannya menjelajah ke hamparan padi di depannya sana. Padi-padinya yang hampir menguning sepenuhnya, serta beberapa tanaman lain yang siap panen. Satu dua bulan ke depan pria itu akan lebih sibuk agaknya.

Kita tercekat tak lama kemudian. Manik emasnya mendapati sesosok wanita datang mendekat. Ia tahu betul siapa itu.

"Shinsuke!"

Suaranya mengalun lembut di telinga. Kita menatap kedatangannya dengan wajah bertanya-tanya. "Kenapa dan dengan siapa kau kemari? Bukankah aku menyuruhmu untuk istirahat?" ucapnya tak suka.

(name), wanita itu malah terkekeh dengan santainya. Ia mengacungkan rantang kepada Kita, membuat si pria mengerutkan keningnya.

"Sendirian, aku bosan seharian di rumah, jadi kuputuskan membawakan makan siang untukmu."

Kita menghela napas panjang. Ia tak habis pikir bagaimana bisa wanita yang hamil tua bergerak bebas kesana-sini. Apa dia tak merasa lelah? Bukan hanya itu, bukankah masa-masa seperti itu sangat rawan? Kita tak ingin hal yang sesuatu yang buruk terjadi (name) dan sang jabang bayi.

"Terima kasih. Tapi lain kali aku tidak mau kau datang kemari."

"Eh? Kau tidak suka aku datang menemuimu?"

"Bukan begitu. Aku senang melihatmu, tapi kau harus lihat kondisimu sendiri, (name). Bagaimana jika terjadi sesuatu saat kau kemari dan aku tidak mengetahuinya? Aku khawatir, karena itu aku menyuruhmu diam di rumah."

(name) terkekeh kecil mendengarnya. "Baiklah, aku minta maaf. Sekarang ayo makan, kau pasti lapar."

Diacaknya pelan rambut (name). Sudut bibirnya terangkat mengukir lengkungan manis.

(name) membuka rantang yang dibawanya. Aroma sedap semerbak mengudara. Kita yang duduk di sampingnya tampak tak sabar memakan bekal dari sang istri.

"Suapi aku."

perfect husband, kita s.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang