Oneshoot!
🍑JaeRen🦊
Jung Jaehyun as Senandika
Huang Renjun as Renjana//AU, Lokal, Angst//
____________________
Senandika awalnya tidak pernah mengerti bagaimana rasanya memiliki seseorang dengan title istimewa dalam hidupnya. Hingga pada akhirnya, tepat dihari ulang tahun ke 22, ia bertemu dengan dia, si pemilik senyum manis serta mata seterang rembulan berkilauan ketika tertimpa cahaya. Raut wajahnya, sifatnya, bahkan senyumnya, semua itu membuatnya tahu bahwa dirinya baru saja jatuh cinta.
Ia tidak tahu bagaimana rasnya memiliki pasangan. Ingin sekali saja menjalani hari dimana ada orang lain yang peduli padanya selain dirinya sendiri. Senandika menginginkan kehidupan yang dijalani orang lain. Tetapi bukan berarti ia tak bersyukur atas hidupnya sendiri. Senandika tahu dan sudah cukup dewasa untuk permasalahan krusial yang dialaminya hampir sepanjang hidupnya.
Hidup dilingkungan yang bisa dikatakan kurang layak. Harmonis keluarga tidak pernah ia rasakan. Hanya pukulan dan bentakan yang sering kali mampir kepadanya. Manusia mana yang betah berteman dengan anak sepertinya? Jawabannya adalah tidak ada. Senandika sendirian, benar-benar sendirian.
Secara finansial memang keluarganya mampu, tetapi secara tindakan jauh dari kata itu. Dia di didik dengan keras, dituntut untuk menjadi apa yang di inginkan orang tuanya. Tanpa mendapat uluran tangan atau sekedar dorongan untuknya, ia berlari mencari jalannya sendiri.
Jika seribu satu pertanyaan mampir kepadanya, ia hanya akan meminta seseorang untuk mengajukan pertanyaan yang sederhana saja. Seperti, bagaimana harimu? Atau, apa kamu baik-baik saja? Hal sekecil itu yang tidak pernah ditanyakan orang tuanya.
Dalam kisah cinta pun sama mirisnya. Senandika mengatakan bahwa dirinya sendiri adalah orang yang naif. Menutup mata dan telinga walau ditolak ratusan kali. Berjuang sendiri seolah memang hanya dirinya yang menginginkan hubungan itu. Searah tanpa balasan, satu hubungan namun tidak ada timbal balik yang layak.
"Bisa gak sih kamu tuh gak usah apa-apa diributin?" tanya sosok mungil yang sudah menempati hatinya sejak beberapa bulan lalu. "Aku juga punya urusan pribadi, aku punya kesibukanku sendiri. Hidupku gak harus selalu berpatokan sama kamu," katanya lagi dengan nada sinis yang sebenarnya sudah tak asing untuk Senandika.
Lelaki pemilik lesung pipi itu memilih tersenyum dan mengangguk. "Iya, aku tidak larang. Cuma khawatir saja, kemarin aku lihat kamu sama temanmu itu naik motor hujan-hujanan," ucapnya tenang. Tangannya terangkat hendak mengusap surai cokelat tua kekasihnya, namun ditepis saat itu juga.
Seolah tak memiliki rasa bersalah, yang lebih muda melenggang begitu saja setelah memberi lirikan sinis. Senandika tidak bisa melakukan apapun selain menghela napas, lagi dan lagi berusaha memaklumi sosok itu.
Hidup dibawah tekanan berat bukanlah sesuatu yang mudah. Jika orang lain menganggap hidupnya beruntung sebab terlahir di keluarga yang bergelimang harta, maka ia menganggapnya sebagai sebuah tanggung jawab. Tanggung jawab dimana ia harus mengembalikan segala sesuatu yang telah dipakainya selama dirinya masih menyatu dengan orang taunya. Segala yang ada dalam dirinya, segalanya bukan milik Senandika seorang diri. Bahkan tubuhnya. Ia tidak lebih dari sebuah robot.
Senandika menempuh pendidikan dijurusan yang dirinya sendiri tidak pernah menaruh minat, bisnis dengan dalih sewaktu-waktu dirinya bisa saja ditunjuk menjadi penerus keluarga. Impiannya sejak kecil ingin menjadi dokter, bukan pebisnis. Pernah ia menentang keputusan yang dibuat sepihak oleh keluarga dan orang tuanya, tapi semua itu berakhir sia-sia, dirinya terkapar penuh luka sengan berbagai macam cemoohan yang tertuju padanya. Seakan profesi dokter menjadi aib dikeluarganya, ia tidak lebih dari seonggok sampah tak berguna dihadapan para bajingan itu. Tetapi lagi, Senandika hanya bisa mengulas senyum dibalik luka tubuhnya.