Ibu Qudsiah atau biasa dipanggil ibu Siqot, lahir pada sekitar tahun1971 di desa Kalibeber. Orangtua nya bernama Bapak Matquron dan Ibu Muslihatun. Ibu Qudsiah merupakan anak ke 6 dari 7 bersaudara. Pendidikan terakhirnya ditempuh di MI Ma'arif Kalibeber. Beberapa tahun kemudian Ibu Qudsiah menikah dengan suaminya Bapak Mustangin dari Kalibeber, dan dikaruniai 3 anak yang kini telah menyelesaikan pendidikan.Usai menikah, Ibu Qudsiah terinspirasi untuk mengembangkan bisnis orangtuanya yang telah berjalan lama, karena adanya tuntutan kebutuhan ekonomi keluarga. Usahanya bermula dari jumlah barang yang sedikit, yaitu berupa sembako dan aneka buah-buahan. Langkah demi langkah beliau jalani, untuk meraih kesuksesan bisnisnya. Berbagai kendala beliau hadapi sebisa mungkin, seperti adanya pembeli yang sengaja membayar kurang dari target ( berhutang), adanya pembeli yang menawar di bawah harga asli, kurangnya tempat untuk menyimpan stok dagangan, dan masih banyak lagi.
Namun perlahan Ibu Qudsiah mampu mengatasi kendala tersebut, semakin hari usahanya mulai berkembang. Dahulu cara memasarkan melalui warung kecil, kini Ibu Qudsiah mampu membuka sebuah toko sederhana bernama "Toko Wungu", yang telah berdiri sekitar 7 tahun. Letaknya tak jauh dari pasar swalayan Kalibeber. Barang yang disediakan juga bertambah, salah satunya aneka makanan ringan seperti ceriping, pelok, roti-roti kering, kerupuk jablai, petos, alen-alen, dan masih banyak lagi. Harga yang ditetapkan pun terjangkau, mulai dari 6000,00 hingga semahal-mahalnya. Adapun menstok dagangannya, yaitu dari beberapa sales, atau bahkan dari produsen sendiri. Dalam menjalankan usahanya, bel9iau memiliki 2 karyawan, yang merupakan putri sendiri.
Berdasarkan kisah yang dialami Ibu siqot dalam menjalani usah, dapat dijadikan motivasi bagi para calon pengusaha yaitu, mempunyai tekat dari dalam diri, pantang menyerah, tetap tekun dan sabar. Karena untuk menuju kesuksesan harus melalui proses yang panjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan biografi Perintis UMKM Wonosobo
Non-FictionBapak Asnawi, Bapak Daroji, Ibu Dwi Astuti