01 : New page

585 94 65
                                    

Setelah bertemu pria paruh baya yang memberi tahu bahwa ada orang yang menyewakan tempat tinggal untuk mereka, Ji-eun, Wendy dan Yeri mengikuti pria itu sampai di depan rumah sederhana yang dikelilingi pepohonan.

"Kalian bisa tinggal di sini mulai sekarang sampai 20 Febuari tahun depan," ucap pria itu.

Sebenarnya mereka masih bingung, namun terima saja. Jika tidak tinggal di sini, mereka akan tinggal dimana selama menjalani hukuman mereka ini?

"Maaf Pak, apa bapak bisa mendeskripsikan wanita bernama Nona Swanna itu?" tanya Wendy.

Pria itu tersenyum. "Memakai pakaian serba hitam dan putih, dengan rambut berwarna kuning keemasan. Secantik Dewi."

Mereka semua terdiam, menyebur dalam pikiran masing-masing. Menerka siapa orang yang berani menyewakan rumah ini untuk mereka. Apalagi mengatakan pada Ji-eun bahwa ini untuk dia dan kedua adiknya.

"Kalau begitu saya permisi." Pria itu akhirnya pergi, menyisakan mereka bertiga yang masih berdiri mematung.

Hingga Ji-eun kemudian membuka kunci pintu dan segera masuk sembari berkata; "Aku ingin beristirahat dulu, jangan bicara apapun hari ini."

Wendy berdecih. "Siapa juga yang ingin bicara dengannya." Ia ikut masuk juga.

Yeri hanya menghela nafas dan ikut masuk saja, ia benar-benar kelelahan dan segera ingin memulihkan tubuhnya dengan maksimal.

Namun saat sampai di dalam rumah, mereka semua terdiam di tempat yang sama. Menatap sekitar dengan wajah kaget, kesal dan juga ... lelah.

Karena saat menyalakan lampu, rumah ini terlihat kotor dan berantakan, barang-barangnya masih berbalut kain putih dan banyak debu tentunya.

"Apa-apaan ini, aku ingin tidur!" Yeri merengek kesal.

"Daripada mengeluh, lebih baik kita bereskan saja sembari membicarakan apa yang akan kita lakukan dan tentang tadi," usul Ji-eun.

Yeri menghela nafas untuk yang kesekian kalinya dan mengangguk. Wendy tanpa jawaban juga langsung mencari alat kebersihan.

Mulai dari menyusun kursi hingga mengepel, mereka mengerjakan semuanya bersama-sama meski dalam keheningan.

Teng!

Ada sebuah jam besar di tengah ruang tamu mereka, jam itu bersuara yang ternyata menandakan jam dua belas malam.

Dan semuanya sudah hampir selesai. Meski tidak bersih maksimal, yang penting sudah tidak berdebu dan bisa ditempati dengan nyaman. Mungkin besok mereka akan melanjutkan beres-beres yang benar.

Wendy duduk di sofa dan merentangkan tangannya, pegal. Yeri mengikuti meski jarak mereka duduk agak jauh. Ji-eun masih membersihkan jam dinding itu.

"Apakah kalian satu pikiran denganku, siapa Nona Swanna itu?" ujar Yeri membuka pembicaraan.

"Goddess of the golden Goose, Dewi angsa emas ... bahkan dia masih membantu kita." Ji-eun langsung menjawabnya.

"Ya, dia memang sangat baik. Sangat berbeda dengan kalian," jawab Wendy seraya melirik keduanya.

"Ya!"

"Menurut kalian, apa arti ucapannya tadi tentang menyatukan mereka kembali?" tanya Ji-eun tanpa memedulikan Yeri dan Wendy yang sudah saling menatap tajam.

Wendy mengalihkan tatapannya. "Setelah dipikir-pikir, menurutku misi dalam hukuman kita ini adalah mempersatukan mereka kembali. Mereka itu Rosee, Lisa, Seokjin, Namjoon, dan yang lainnya. Kenapa? Karena kalian kan memecah belah mereka hingga mereka hancur, maka dari itu kita yang harus mempersatukan kembali mereka semua."

SOMETHING DIES WITHIN USTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang