Absquatulate-I

2 0 0
                                    


"Gimana ceritanya, lo bisa telat kayak gini?"

Acasha baru saja sampai ke dalam kelas ketika hukuman yang baru saja ia jalani. Dan sekarang ia harus menjawab pertanyaan yang di lemparkan oleh salah satu sahabatnya. Sungguh hari yang sangat mengenaskan.

"Huft.... gila parah! Cape banget gue,"

"Nih, minum dulu," Maggie menyodorkan air mineral kepada Acasha.

"Thanks."

Setelah meneguk beberapa tegukan, akhirnya penatnya berkurang. Ia pun menyandarkan punggungnya yang sedikit terasa pegal akibat terlalu lama membungkuk.

"Ceritanya panjang, gue sebel ingat-ingat nya," malas Acasha membuat kedua sahabatnya semakin memicingkan mata penasaran.

"Ayolah Sha, gue penasaran nih. Apa perlu gue guling-guling dulu baru lo mau cerita?" pernyataan konyol yang di lemparkan oleh Gretta membuat Acasha meringis geli mendengar penuturannya.

"Oke-oke gue ceritain,"

Baik Gretta dan Maggie, mereka sudah mempersiapkan posisi yang nyaman untuk mendengarkan Acasha bercerita.

"Jadi kejadiannya berawal dari gue yang pergi ke Sweetie Cake...."

Flashback on

"Aduh! Kenapa lo bego banget sih Acasha!" gerutu Acasha sembari memakai helm-nya lalu segera menyalakan Vespa metiknya.

Sebelum ia melajukan Vespanya, ia merogoh sesuatu di dalam saku jaketnya dan sontak ia tidak dapat menemukannya.

"Astaga! Ketinggalan. Kayaknya ketinggalan deh."

Tidak ada pilihan lain, ia tidak mau terlambat karena berlama-lama diam. Ia bisa mencarinya nanti jika kembali ke sana.

Melintasi jalanan yang di penuhi kendaraan yang berlalu lalang membuat Acasha menarik nafasnya pelan. Ia bisa tenang.

Tidak sulit untuk Acasha segera sampai ke depan sekolah yang bertulisan Cleverity High School siapa sangka ia sudah menjadi salah satu murid di sekolah megah ini. Sungguh tak bisa ia utarakan.

Namun sayang, gerbang hitam yang menjulang tinggi itu sudah tertutup rapat. Ada beberapa siswa yang sedang membujuk Pak Kodim untuk membukakan gerbang dan ada pula yang memutar balik meninggalkan sekolah.

Pilihan keduanya sama-sama tidak menguntungkan. Mungkin hanya satu cara yang bisa ia lakukan untuk menyelamatkan diri dari kejaran Pak Kodim. Memanjat.

Ia pun segera membawa Vespanya dan menitipkan kepada seorang pedagang warung kecil yang berada di belakang sekolah. Dengan begitu ia bisa memanjat untuk segera masuk ke dalam.

Acasha menatap tembok yang lumayan tinggi, ia menarik nafas lalu menghembuskannya. Ia memegang erat tali raselnya.

"Ayo Acasha! Lo pasti bisa!"

Setelah mengumpulkan beberapa nyali untuk menembus dinding ini, Acasha pun mulai mengambil langkah pertama dengan berdiri di sebuah kursi, ia bisa mencapainya.

"Oke, lo tenang. Setelah ini, lo enggak bakalan manjat gini lagi Acasha."

Dengan dorongan keberanian yang kuat, Acasha pun berhasil. Kini ia hanya perlu meloncat dan setelah itu pergi ke dalam kelas.

Bruk!

"Ah! Shit!" umpat seseorang yang baru saja ia injak. Ia tidak sengaja.

Acasha pun dengan cepat melihat siapa yang baru saja ia injak. Sepertinya ia pernah melihat lelaki itu, tapi dimana.... Oh ya! Bakery.

AbsquatulateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang