Seperti biasanya, Galen akan menunggu orang-orang di dalam kelasnya benar-benar pergi terlebih dulu, karena ia tidak ingin hanya karena berebut jalan ia harus merasakan gerah dan sakit badan yang sangat tidak menyenangkan.Kepalanya ia taruh di atas lipatan tangannya dengan mata yang terpejam seolah-olah menikmati suasana keheningan yang terjadi.
Selang beberapa menit, ia pun kembali membuka mata dan melihat Zenan yang masih duduk di antara bangku yang sudah terlihat kosong.
"Kenapa lo masih hidup..." desis Galen dengan tangan yang mengepal.
Kepalanya benar-benar penuh dengan rekaman kejadian saat itu, kejadian yang membuatnya membenci sosok manusia yang sekarang menatapnya tenang.
Sial!
"Bukan gue yang buat Hiden pergi."
Galen terkekeh lalu menegakkan badan,"Pembunuh."
Zenan tetap tenang, jiwanya mencoba untuk menahan gejolak yang membuatnya harus menahan nafas.
"Pecundang seperti lo, benar-benar enggak pernah pantas untuk hidup Zenan!"
"Lo penjahat! Lo monster! Demi tuhan gue enggak akan pernah membukakan pintu maaf untuk orang kayak lo, jangan pernah mencoba untuk berinteraksi lagi,"
Galen bangkit lalu menatap nyalang Zenan, "Jika ada hal yang paling gue benci di dunia ini, itu lo!"
"Lo Nan."
Setelah mengatakan itu, Galen pergi dengan dada yang bergelutuk penuh kebencian. Rasanya ia benar-benar ingin menghancurkan siapa pun yang mencoba untuk menghalanginya.
Sampai sadar tidak sadar, ia melihat gadis yang sangat tidak asing di pandangannya.
Acasha.
Dengan mood yang benar-benar buruk. Galen melangkah dan melewati Acasha yang terlihat kesulitan dengan setumpuk buku di tangannya.
"Berat banget sih...." keluh Acasha lalu berhenti di antara penyangga untuk mengambil nafas.
"Oon lo natural banget ternyata."
Acasha mendongak melihat laki-laki yang ia tahu Galen tengah menatapnya dengan puas.
Baiklah, mungkin tidak baik jika ia harus bertengkar hanya karena kritikan. Bukan melainkan pembullyan?
"Ngapain lo di sini? Gak ada kerjaan banget sih lo muncul terus di depan gue." dengus Acasha menatap kesal Galen.
"Hei, sorry banget nih ya, gue di sini lewat dan enggak sengaja liat lo. Jadi, gak usah kepedean," jawab Galen dengan senyum yang menyebalkan.
"Lagian ngapain juga gue nguntit lo? Lo aja bukan tipe ideal cewek gue."
Acasha diam, tidak habis pikir mengapa cowok seperti Galen harus selalu muncul di hadapannya.
"Kalau gitu, permisi. Gue mau lewat." ucap Acasha dengan baik-baik.
Saat hendak menaiki tangga, tiba-tiba saja suara Galen membuatnya urung untuk berjalan.
"Biar gue bantu. Gue malu liat cewek kerempeng kayak lo bawa buku yang udah jelas bukan beban yang seharusnya badan lo ambil. So, jangan kepedean."
*****
"Hai Bundaku yang cantik!" sapa Acasha yang melihat Bundanya tengah memasak di dapur.
Ia tersenyum lebar lalu melangkah mendekati sosok wanita yang paling ia cintai di dunia ini.
"Hai putri cantik bunda." jawabnya.
"Bunda lagi masak apa? Wanginya enak banget!"
"Bunda lagi masak cumi balado, kamu suka?"
Acasha mengangguk dengan semangat, lalu ia teringat sesuatu,"Ayah kapan pulang Bun? Katanya hari ini, tapi kok belum datang," tangannya dengan aktif mencomot beberapa camilan.
"Sebentar lagi pulang, mungkin malam."
Matanya mengerjap, ia mengerti,"Kalau gitu Casha ke kamar dulu ya Bun."
Sudah beberapa hari ini, Acasha tidak melihat Ayahnya. Bundanya bilang, karena ayahnya sedang banyak pekerjaan.
"Gerah banget perasaan, apa gue man-"
Drrrtttt drrtttt
Suara panggilan telpon masuk membuat Acahsa yang awalnya ingin segera beranjak mengurungkan niat.
"Siapa ya?"
Ia pun segera menekan tombol hijau.
"Hallo?"
"Dompet Lo ketinggalan, ada di gue. Ceroboh banget jadi cewek."
Acasha mengerutkan dahi bingung."Lo siapa?"
"Udah ceroboh pikun lagi, heran gue sama Lo. Cantik-cantik kok oon."
"Heh?! Maksud Lo apa?!"
"Bacot! Cepetan ke depan komplek, gue tunggu."
"Eh! Bentar kok lo ngatur sih?!"
"Kalo gitu, buat gue aja dompetnya. Lima menit gak datang gue ambil. Bye."
Tut.
Panggilan terputus. Acasha menatap kesal ke arah handphone nya. Ia juga meruntuki kebodohannya. Bisa-bisanya ia menjatuhkan dompetnya.
"Dasar cowok nyebelin!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Absquatulate
Teen FictionKematian Hiden membuat Galen dan Zenan saling mengibarkan bendera kebencian. Galen yang selalu menyalahkan Zenan akan kematian Hiden, membuat Zenan merasa terpukul akan kenyataan yang benar adanya. Lalu, mereka di pertemukan dengan Acasha. Gadis yan...