Babu Gama

10 3 0
                                    

Istirahat begini harusnya Laura berduaan dengan Liam di dalam kelas. Entah memperhatikan Liam dalam diam, atau malah mengganggu Liam. Pokoknya ada kegiatan khusus bersangkutan dengan Liam. Namun, kali ini dia harus memaksakan langkah menuju ke kantin.

Memang Dharma sialan! Dia mengirimkan pesan kalau Laura harus ada di kantin dalam waktu dua menit.

Bayangkan seperti apa paniknya Laura? Eh, tapi Laura tidak panik, gadis itu tetap berjalan santai sih. Bodo amat kalau Dharma marah karena dia telat!

"Siput, lo telat semenit!"

Laura memutar bola matanya. "Jalanan macet," jawabnya ngawur. Bukti nyatanya adalah tatapan kesal dari para Dominus.

"Pesenin kita makan, gue mau nasi ayam kremes sama jus alpukat!" Dharma mengatakan itu dengan mata tidak lepas menatap Laura.

Laura sadar dong, dia malah ikut menatap Dharma dengan lebih tajam.

"Gue soto sama nutrisari mangga." Itu pesanan Haidar.

"Gue nasi goreng sama lemon tea deh!" Itu pesanan Frans.

"Ayam goreng, sambel mentah, sama lemon tea," ucap Gama dingin.

Felix dan Matt saling pandang saat sadar hanya tinggal mereka yang belum menyebutkan pesanan. Laura menatap mereka berdua dengan sabar sambil mengingat-ingat pesanan para Dominus yang lainya.

"Kita samaan kaya Gama," kata Matt. Lagi-lagi nada bicara Matt paling berbeda. Meski kerap menertawakan dirinya, namun cara bicara Matt terdengar sedikit bersahabat.

*•*•*•*•*•*•*

"Liam, lo nggak kangen gue apa?" Laura berdiri di sebelah meja Liam dengan tas sudah bertengger manis di punggungnya.

Bel pulang sekolah memang berbunyi beberapa menit lalu, semua anak kelasnya juga baru saja keluar kecuali dia dan Liam tentunya. Laura sengaja mepet dulu ke Liam, takut nanti kalau dia mepetnya di luar kelas, Dominus akan mengganggu. Cukup istirahat tadi yang gagal, pulang sekolahnya jangan!

"Liam, lo punya pacar nggak sih?" Laura bertanya, badannya membungkuk miring dengan kepala menghadap Liam yang sibuk beres-beres.

"Kata Selly lo punya pacar," ucap Laura. Gadis itu memberengut entah untuk Liam yang tidak menjawab atau karena perasaannya yang tidak suka jika ternyata Liam sampai benar memiliki pacar.

Liam menatap Laura dengan tatapan yang aneh. Maksudnya, datar, tapi sepertinya lebih datar dari biasanya. Daun telinga Liam sedikit memerah membuat Laura tersenyum tipis.

"Menurut buku yang gue baca, kalau daun telinga memerah gini ..." Laura memegang lembut daun telinga Liam. "Tandanya lagi malu."

Kemudian ekspresi Laura berganti dengan ekspresi terkejut. Badannya kembali tegak, tangan kanannya pun menutup mulut. "Lo suka sama gue? Atau malu gara-gara tadi gue cium ya?!"

Tawa Laura meledak saat Liam dengan tergesa-gesa meraih tasnya dan pergi dari sana. Kaki laki-laki itu sempat tersandung ubin yang padahal rata.

"Liam tunggu!" Jeritnya masih dengan tawa.

"Hari ini lo sama gue." Gama mencekal tangannya saat Laura berniat mengejar Liam yang berjalan menuju parkiran sekolah. Tawa Laura berhenti tepat setelah merasakan cekalan tangan Gama.

Dia menatap Gama, ketua OSIS yang menunggu dirinya di depan kelasnya hanya untuk mengatakan bahwa hari ini dia menjadi babu Gama.

Laura's MissionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang