Prologue

170 17 12
                                    

Ini kesekian kalinya pemuda itu tidak bisa tidur.

Sudah ia memiringkan badan ke kiri, kanan, hasilnya juga nihil. Masih tidak bisa tidur.

Lantas, Sang Pemuda itu memilih untuk bangkit dari ranjangnya, menuju jendela kamarnya, lalu membuka. Membiarkan angin malam masuk menampar kulitnya.

Malam itu, tak ada bintang yang menyapa. Agaknya, rembulan memilih sembunyi saja.

Kelabu, warna awan malam itu. Mengingatkannya masa lalu, atmosfernya sungguh berbeda, hangat, cerah, manis, semuanya bersatu.

Kalau bisa ia jujur, ia masih lagi tersaruk masa lalu. Mana bisa ia lupakan masa lalunya yang indah itu?

Ah, ralat. Ia samasekali tak bisa melupakannya.

"Hei," Pemuda itu menahan napasnya. "Kau bisa mendengarkanku?"

Memandang langit malam yang hitam.

"Aku merindukanmu."

Dan, kalau bisa, ia ingin mengulang masa lalu.

Anemoia [Gravanna]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang