Ditahun ke-5 ini diriku akhirnya lulus setelah penuh perjuangan selama 1 tahun masa belajar ku. Dan setelah itu diriku langsung mengikuti tes untuk menjadi pegawai di pemerintahan setelah diriku dinyatakan lulus oleh Universitas.
Sembari menunggu proses penerimaan selesai, diriku berpikir untuk bekerja sambilan dan menabung untuk membiayai kehidupanku jika akhirnya diriku harus keluar kota. Karena kutahu risiko menjadi pegawai pemerintahan adalah diriku harus siap, bahwa bisa saja diriku ditempatkan di daerah yang jauh. Dan kami juga tahu, pada saatnya kami akan terpisahkan oleh jarak.
.
.
.Pada akhirnya diriku mengambil kerja sambilan sebagai guru les untuk murid-murid yang ingin masuk perguruan tinggi. Sebenarnya selain ingin menjadi pegawai tetap, salah satu cita-cita ku adalah menjadi dosen. Jadi, diriku sangat senang bisa menjadi guru bagi murid-murid ku dan ilmuku juga bisa berguna untuk mereka.
Terlebih, selepas kerja sambilan dirinya selalu menjemput diriku di stasiun kereta. Dan kami akan pulang bersama, menikmati waktu kami sedikit demi sedikit di dalam kereta malam yang tidak seramai saat pagi hari. Kami tahu, bahwa ini adalah saat-saat terbaik kami untuk menghabiskan waktu bersama. Sebelum nantinya kami akan terpisah oleh jarak.
Kami membicarakan banyak hal, dari hal yang bagi kami satu frekuensi sampai yang kontradiktif dari kami. Kami percaya bahwa kami bisa untuk saling melengkapi, walaupun kami juga tahu kita hanya bisa berusaha.
.
.
.Waktu berjalan cepat dan 3 bulan berlalu sejak kelulusan ku. Sebentar lagi adalah waktu pengumuman penerimaan dari tes yang sudah kujalani sebelumnya. Diriku cukup tegang menjelang pengumuman, tapi kuyakin ini tidaklah sesulit menyelesaikan masalah kalkulus bukan?
Ditambah dirinya yang juga menyemangati ku dengan caranya sendiri yang kadangkala membuat diriku tersenyum namun tidak jarang pula membuatku kesal. Sampai disuatu masa, dimalam itu kami pulang seperti biasa. Sampai di stasiun terakhir dan memilih untuk duduk sejenak, menikmati angin malam dan lalu lalang orang-orang disekitar.
Kami terdiam menikmati keheningan dalam keramaian stasiun, sampai akhirnya dirinya memutuskan untuk memulai pembicaraan.
"Hinata, aku punya sesuatu untukmu. Kau ingat waktu lalu aku menanyai ukuran jarimu?" tanya nya tiba-tiba membuat diriku tersentak kembali kedunia nyata.
"Ah, ya aku ingat. Memangnya apa yang ingin kau berikan Naruto-kun?" tanyaku kembali dengan polos tanpa berpikir apapun karena sudah terlalu lelah berpikir setelah mengajar seharian.
"Ini..." ujarnya singkat sambil membuka kotak karton merah kecil berisi kan cincin dari batu berwarna ruby transparan yang indah. Disampingnya bersanding cincin dari batu berwarna emerald yang berukuran lebih besar tidak kalah indahnya.
"Cincin..." ucapku syok ketika melihat cincin indah tersebut, diriku tidak menyangka. Naruto yang tidak romantis itu bisa memberikan hal yang indah seperti ini, tentu saja aku sangat senang sampai tidak bisa berkata apa-apa.
"Kau senang?" tanya nya ragu melihat respon ku yang kikuk. Dan aku hanya membalas nya dengan anggukan semangat dan air mata bahagia yang mulai mengalir.
"Untuk sementara aku hanya bisa memberikan mu ini. Aku hanya berharap kau menyukai nya Hinata," ujarnya lembut dengan menatap mataku dalam.
Diriku bahkan tidak masalah jika dia tidak memberikan apapun untuk perpisahan sementara kami, tapi apa yang dirinya berikan saat ini adalah hal yang terbaik yang kudapatkan dari perjalanan hubungan kami yang seperti rollercoaster.
Diriku sangat senang, bahwa kupikir dirinya sangat serius terhadap diriku. Dan aku hanya berpikir, bahwa diriku dan dirinya akan memulai perjalanan menuju kedewasaan kami pada titik ini. Walau kuakui sekarang itu cukup naif. Tapi diriku harus mengambil risiko itu dan berharap untuk mendapatkan yang terbaik dari apa yang sudah kami perjuangkan saat ini.
.
.
.Sampai pada akhirnya masa itu tiba, dan diriku diterima sebagai pegawai pemerintahan. Namun sesuai perkiraan, diriku harus berpisah dalam jarak dengan dirinya. Hal ini lah yang menjadi perhatian kami selanjutnya, karena pandangan kami dalam hal ini cukup berbeda.
"Naruto-kun, akhirnya aku diterima!" ucapku dalam pesan singkat.
"Syukurlah, Hinata. Dirimu ditempatkan dimana?" balasnya dengan antusias.
"Aku ditempatkan di... Kirigakure," balasku harap-harap cemas menunggu reaksinya.
"Kirigakure? Kau yakin Hinata?" ujarnya tidak percaya.
"Ya, di dalam pengumuman tertulis namaku ditempatkan di Kirigakure, Naruto-kun,"
"Hh... Sejauh ini aku belum pernah melakukan Long Distance Relationship. Aku tidak yakin aku bisa kuat Hinata," ucapnya yang membuat ku terasa seperti tersambar petir.
"Kita kan tidak tahu Naruto-kun bagaimana kedepannya, kalau kamu tidak yakin bagaimana kita lanjut ke depan?" balasku pelan berusaha untuk tidak membuat masalah baru.
"Aku tidak tahulah Hinata. Yang pasti aku memang mencintai mu. Tetapi jika menghadapi hubungan jarak jauh aku tidak yakin akan kuat..." jawabnya kontradiktif.
Hatiku mencelos, perasaan ku campur aduk. Jujur saja aku tidak masalah jika harus melakukan hubungan jarak jauh. Tapi kurasa tidak dengan dirinya, memang love language kami berbeda diriku yang hanya butuh words of affirmation dari dirinya sedangkan dirinya yang butuh quality time dengan diriku.
"Naruto-kun, kau tahu kan kalau aku tidak suka jika kamu berkata yang tidak pasti? Sebelumnya kan kamu juga tahu kalau memang ini risiko yang harus kita terima," aku tahu saat ini hubungan kami yang baru saja membaik berada diujung tanduk kembali seperti rollercoaster.
"Dan kau kan juga tahu Hinata kalau aku tidak terlalu suka hubungan jarak jauh." balasnya dengan menusuk.
Ya, kami tahu itu memang risikonya tetapi ketika dihadapkan dengan kenyataan tidak semudah itu orang bisa menerima nya. Begitu pula dengan kenyataan bahwa kami harus terpisah oleh jarak. Setelah percakapan kami itupun, kami tidak menyelesaikan masalah ini dengan sebuah keputusan pasti. Kami hanya memilih untuk mengikuti arus, dan mencoba untuk mempertahankan apa yang sudah kami coba untuk bangun.
Lagipula, kami tidak tahu kan apa yang akan terjadi di masa mendatang? Bisa jadi, justru dengan jarak kami bisa menjadi lebih kuat, ya kan?
.
.
."Yang penting kita sudah berusaha kan?"
.
つづく
Bersambung
P.s: Well, jangan bosan-bosan dengan ketidakjelasan saya ya :'))))))
![](https://img.wattpad.com/cover/287214242-288-k302163.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
あなたを手放す- Anata o tebanasu [Melepaskanmu] [Naruto Fanfiction]
Fanficあなたを手放す- Anata o tebanasu [Melepaskanmu] Sebuah buku harian yang ditulis oleh Hinata Hyuuga, seorang gadis yang berada di ujung pilihan hidupnya. Apakah dia harus memilih untuk maju atau tetap berada pada pilihan yang sama. Naruto ® Masashi Kishimot...