Malam yang Cepat

70 14 1
                                    

Malam ini Arya dan Sandy pulang ke Indonesia untuk merayakan ulang tahun Rani. Bahkan, Arya sudah merencanakannya dari beberapa waktu lalu, sebelum terjadi pertengkaran diantara mereka. Rani sudah cantik dengan dress bernuansa peach, dan Surya? Oh, sibungsu sedang berada didalam kamarnya, entah apa yang dia lakukan.

"Dimana Surya? Kenapa dia lama sekali, apakah dia seorang wanita?" Ucap Arya.

Sementara dua orang lainnya hanya diam, Rani tidak tahu harus bagaimana, karena sang suami sudah berada dalam tingkat batas emosinya, dia takut akan merusak acaranya malam ini. Bolehlah, untuk kali ini saja Rani menjadi egois. Sementara Sandy, dia tidak pernah mau memikirkan Surya, untuk apa juga, tidak penting.

Sementara itu, dikamar Surya...

"Oh, ayolah... Jangan sekarang, kumohon. Aku harus segera keluar dan menemui yang lainnya." Ucap Surya sambil terus mengambil tisu.

"Ya Tuhan, ku mohon jangan biarkan siapapun mengetahui ini... Ya Tuhan... Kenapa darahnya tidak mau berhenti keluar." Keluh Surya.

Surya masih tetap mencoba membersihkan hidungnya dari darah yang terus mengalir, sudah sejak lima menit lalu Surya mencoba menghentikan mimisannya. Ini memang bukan yang pertama, tapi jika untuk saat ini, bukanlah waktu yang baik, sekarang adalah acara yang penting bagi bundanya.

Tok

Tok

Tok

"Ah... Jangan sekarang."

Surya berjalan sambil menutup bagian hidung sampai dagunya menggunakan handuk, menutupi hidung yang masih mengeluarkan darah.

Ceklek

"Sampai kapan kau akan bersembunyi disini? Ayah dan Bunda sudah menunggu." Ucap Sandy tanpa mempedulikan handuk yang Surya gunakan.

"A-ah, kalian duluan saja, aku masih harus bersiap-siap, mungkin akan lama. Nanti aku menyusul kebawah." Ucap Surya.

Tuhan, jangan sekarang...

"Kau jangan bodoh, jika kami meninggalkan kau disini, apa kata rekan ayah dan bunda nanti? Mereka akan mengira jika kami memperlakukanmu dengan tidak adil." Jelas Sandy.

"B-beri aku waktu dua menit. Aku akan menyusul." Ucap Surya pada akhirnya.

Sandy pergi begitu saja, meninggalkan Surya yang masih mengintipnya dari balik pintu kamarnya.

"Oh, ayolah... Bukan saatnya."

•Pangeran Bunda•

"Kenapa kau lama sekali, ada apa?" Tanya sang ayah pada si bungsu.

Surya menggeleng ragu, "T-tadi Surya kelamaan di air, jadi terlambat." Bohongnya.

Arya hanya mengangguk, lalu mengusak puncak kepala sang anak. "Kau sudah semakin besar saja, padahal ayah rasa baru kemarin ayah menggendong kau." Ucap Arya.

Surya seketika terdiam, rasanya bagai terbang tinggi keatas langit, jarang-jarang ayahnya yang super super sibuk ini memberi perhatian lebih padanya, dan ditambah dia bukanlah Sandy yang menjadi anak kesayangan sang ayah. Rasanya dia ingin menghentikan waktu, walau hanya satu detik saja. Dia suka mendapat perhatian dari sang ayah.

"Kau terlihat lebih kurus beberapa hari ini? Apa karena masuk rumah sakit Minggu lalu?" Tanya Arya sambil merangkul si bungsu.

"Mungkin karena terlalu lama dirumah sakit yang membosankan itu, jadi sedikit kurus." Jawabnya dengan senyuman manis.

Dia tidak bisa berbohong, jika sekarang dia merasa sangat senang karena ayahnya memberikan perhatian lebih, meski bundanya sedang sibuk dengan si sulung dan teman-teman nya.

PANGERAN BUNDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang