une

8 1 3
                                    

Umurku tahun ini menginjak 13 tahun. Aku biasa dipanggil Heidi disini. Tidak ada nama belakang karena aku dulu ditemukan di taman Panti Asuhan ini, yang menemukan aku sudah punya keluarga dan menjadi orang sukses di luar sana.

Aku tidak pernah tahu siapa keluargaku, yang aku tahu hanyalah Ibu Maria dan semua yang ada disini.

Sahabatku namanya Gian dan Moses. Aku lebih dekat dengan anak laki-laki karena lebih banyak laki-laki di sini. Tapi bukan berarti aku tidak main dengan yang lainnya. Hanya saja mereka sudah bersamaku selama bertahun-tahun.

Mereka sudah tahu kalau aku lebih suka untuk duduk dan melihat mereka bermain layang-layang di luar sambil saling dorong, lalu bermain sepak bola dan juga menangkap banyak serangga.

Serangga yang kami tangkap sempat kami kumpulkan untuk penelitian biologi kecil-kecilan kami, namun Ibu Maria keburu marah dan menyuruh kami melepaskan semua serangga dan kadal-kadal unik.

Ini gara-gara Aluna, aku kadang benci sama dia karena terlalu penakut.

Aku pernah menguncinya di kamar mandi tanpa mematikan lampunya. Dengan cara kupegang kenop pintu dan kutahan selama lima menit.

Bukan main histerisnya dia sampai menangis dan ambruk di lantai, sesenggukan. Bahkan langsung gemetaran saat dibantu bangun oleh beberapa anak.

Oh aku tidak melakukan itu tanpa alasan ya. Dia membuang roti makan siangku setelah menginjak-injaknya. Dia bilang aku cewek jorok dan gila.

Padahal aku wangi.

Tapi tak apa, dia kapok saat itu.

Malam ini aku, Gian dan Moses berniat untuk memetik beberapa buah milik tetangga. Ada mangga, pisang dan rambutan. Lumayan bisa dibagi-bagai kalau dapat banyak.

Moses minta ijin ke kamar mandi sebelum kami berangkat untuk misi. Aku dan Gian sudah berbekal jaket, sarung tangan, sepatu, karung dan tali.

Kalau kita tidak cepat, nanti bakal saingan dengan kelelawar.

Namun Moses tidak muncul kembali setelah sekitar dua puluh menit kami tunggu. Oh, jangan-jangan ada yang iseng mengunci Moses di kamar mandi.

Gian mengecek kamar mandi, dan aku kembali ke bangsal untuk memastikan semuanya ada disana.

9... 10... 11.... 12....

Lengkap, ditambah aku, Gian dan Moses.

Tidak ada yang keluar kamar malam ini. Semuanya sedang tidur pulas sekali.

Apa mungkin Moses sudah sampai di dekat gerbang yang bisa kita panjat?

Aku dan Gian langsung berlari keluar lewat pintu belakang untuk memastikan.

Dan tidak ada siapapun. Moses tidak disana. Mau berkali-kali kami sebut namanya, tidak ada balasan sama sekali dari anak yang paling tinggi itu.

Ck, aku kesal. Aku dan Gian terpaksa menunda misi kami malam ini dan kembali tidur dengan penuh gerutu. Kalau saja Moses tidak buat masalah malam ini, bisa makan pisang gratis.

.

.

.

Alarm pagi sudah berbunyi, Ibu Maria sudah memberi titah untuk segera bangun dan membereskan kasur. Setelahnya, kami pun bergantian mandi dan menuju ruang dapur untuk memasak.

Untuk yang berumur 12 tahun sampai 15 tahun sudah diajarkan banyak resep dari Ibu Maria untuk dipraktekkan.

Tapi sampai saat kami selesai memasak dan mulai makan, tidak ada sosok Moses.

Ibu Maria pun berdiri di tengah sarapan itu, menanyakan kami satu persatu.

"Ibu mau setelah ini kalian cek dimana Moses. Semua anak wajib bekerja sama untuk menemukan Moses, tidak terkecuali ya." Perintah Ibu Maria.

Di siang yang terik, kami kelelahan. Belum menemukan dimana Moses.

Sampai dua hari berlalu, Moses pun tidak ditemukan di sudut manapun panti asuhan ini.

Around UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang