rintik hujan untuk joshua

6 3 0
                                    

Pagi hari, rintik hujan telah menghiasi jendela kamarku. Sejenak aku terdiam melihat air hujan yang turun dari langit dan mengeluarkan suara yang bisa menenangkan diriku. Aku menjadi teringat kepada malaikatku, ya, Ibuku. Apakah beliau sudah memakan sarapannya? Apakah beliau baik-baik saja? Ah... aku merindukan Ibu.

Aku ingin mendengarkan suara lembutnya, tapi mungkinkah akan mengganggu jika pagi hari begini aku sudah menelepon. Baiklah, akan ku telepon siang nanti.

Saat ini, Aku telah bersiap-siap untuk pergi ke tempat ku bekerja. Menggunakan setelan sweater  berwarna abu-abu dibalut coat  berwarna hitam. Memang, di tempatku berkerja tidak menetapkan para pegawainya untuk menggunakan pakaian formal. Karena cuaca hari ini sedang turun hujan dan hawa dingin menyelimuti kota jadi aku memutuskan untuk menggunakan pakaian yang hangat.



-----



Aku sudah berada di tempat kerja, hanya kerja part-time karena siang atau sore hari aku pergi berangkat untuk berkuliah. Ya, aku adalah seorang mahasiswa, mungkin julukan yang tepat untukku adalah mahasiswa kupu-kupu (kuliah-pulang), memang begitu adanya karena aku tidak ada waktu untuk berkumpul dengan teman-temanku seperti mahasiswa/i yang lain lakukan.

Aku sendirian berada di kota besar ini, Ibuku berada di kampung yang tentunya jauh dari kota. Bisa dibilang aku adalah tulang punggung bagi keluargaku sendiri, ralat, untuk Ibuku dan diriku sendiri. Ayahku? Entahlah, aku merasa tidak mempunyai sosok Ayah setelah kejadian tujuh tahun yang lalu. Aku sedikit tertawa mengingat kenangan lama, sebenarnya bukan tertawa senang ini lebih seperti tertawa yang menyiratkan rasa sedih, kecewa, benci, semuanya bercampur. Aku masih mengingatnya, dimana aku berkata sarkas kepada mereka, disaat umurku masih belia. Bagaimana aku bisa berkata seperti itu? Tapi bukankah memang sepantasnya mereka diperlakukan begitu olehku. Aku tidak lemah namun aku hanya terluka. Terluka oleh keluargaku sendiri, terutama Ayahku.

Aku lebih menyalahkan mereka, istri dan anak dari keluarga baru Ayahku. Aku sangat membenci mereka.

Aku tersadar dari lamunanku ketika suara bel pertanda pintu cafe terbuka, ada sosok pria yang masuk dengan keadaan sedikit basah, mungkin karena terkena hujan diluar. Ia berjalan menuju meja pemesanan, tempat dimana aku bekerja sebagai kasir.

"hot chocolate satu." ucapnya

"atas nama siapa?" tanyaku

"Lee Seokmin" jawabnya

Seketika aku terdiam, bahkan aku seperti tidak bisa menggerakkan seluruh tubuhku. Tubuhku kaku saat mendengar nama tersebut, nama itu... sangat ku ingat dengan jelas, tak pernah ku lupakan. Apakah dia... anak itu?

"hey, kenapa? apa suaraku kurang jelas?" Ia melambaikan tangannya dihadapanku.

Aku tersadar dan segera mengangguk, "Baik, silahkan tunggu pesanan anda."

Aku segera melangkah pergi dari meja pemesanan untuk ke belakang, tempat rekan kerjaku menyiapkan pesanan dari pelanggan.

Setelah pesanan dari sosok 'Lee Seokmin' itu sudah diantarkan, aku melihat dia -tentunya dengan diriku yang seperti penguntit- bernarkah dia 'Lee Seokmin' itu? Yang pernah kutemui tujuh tahun yang lalu?. Jika iya, haruskah aku menonjoknya satu kali saja, kelihatannya ia sudah dewasa sepertinya bisa menerima tonjokanku yang tak seberapa sakitnya. Eh Joshua Hong kau berpikir apa? Hal konyol seperti itu? Astaga... aku sangat kekanak-kanakan. Aku memang memiliki dendam kesumat kepada orang yang bernama 'Lee Seokmin' tapi tak tahu orang itu adalah yang sedang duduk di tempat ku bekerja ini atau bukan. Entahlah, mau siapapun dia aku tidak peduli. Ini bukan saatnya aku membalaskan dendamku kepada orang yang sangat kubenci.

Hate & Respect to YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang