1. Pulang

110 18 1
                                    

1 Februari 16.00 Bandara Internasional Los Angeles

Drrtt... Drrtt...

Ponsel dari pria jakun dengan outfit serba hitam, tak lupa surai rambut hitam yang membuat siapa saja mempesona itu berbunyi. Dia merogoh saku celananya dan menjawab telfonnya. Suara khas pria paruh baya diseberang sana sangat lembut ditelinganya.

"Ya, ada apa paman?"

"Maaf Tuan Muda, tidak ada pengawal yang bisa menjemput anda sekarang".

"Ah baiklah, aku akan mencari taksi nanti".

"Itu tidak perlu Tuan Muda, aku sedang di perjalanan ke Bandara Incheon untuk menjemputmu".

"Maaf telah merepotkanmu paman".

"Tidak apa-apa, ini juga adalah tugasku".

"Baiklah akan kututup telfonnya, pesawat disini akan segera terbang".

"Ah baik Tuan Muda, hati-hati di perjalanan".

"Iya paman".

Tut.

Pria itupun menutup telfonnya, dan mematikan ponselnya. Ia meletakkan ponselnya kembali di saku celana. Lalu bergegas menuju pesawat. Ia memutar bola matanya malas karena merasa risih dengan mata yang sedang melihatnya dengan tatapan terpesona.

Sesampainya di pesawat, pria itu mendudukan dirinya di kursi pesawat dan menyenderkan punggungnya. Ia menutup matanya sembari berkata, "Aku masih lelah, karena permainan basket kemarin melawan kulit hitam". Ia pun meregangkan otot-ototnya, lalu menuju ke alam mimpi.

1 Februari pukul 18.00 Bandara Incheon

Pesawat yang sudah terbang itu pun turun dengan aman di Bandara Incheon, Korea Selatan. Pria itu terbangun dari tidurnya, dan segera mengemasi barang-barangnya untuk turun dari pesawat.

Saat ia sudah menuruni pesawat, ia memicingkan matanya untuk mencari sosok pria paruh baya. Lalu, ia melebarkan matanya dan tersenyum tipis. Sangat tipis sekali, bahkanorang yang melihatnya tidak menyadari jika pria ini sedang tersenyum. Pria itu langsung menuju pria paruh baya tersebut. Pria paruh baya itu menyunggingkan bibirnya seraya berkata, "Ayo Tuan Muda, silahkan masuk ke dalam mobil". Ia membukakan pintu mobil untuk pria bermarga Jeon itu. Pria itu pun mengangguk, "Baik paman". Kemudian, pria tersebut masuk ke dalam mobil.

Pria paruh baya tersebut juga memasuki mobil tersebut. Ia memakai sealbeat seraya berkata, "Bagaimana pendidikanmu, Tuan Muda?". Pria jakun tersebut mengernyit dan berkata, "Jangan panggil aku Tuan Muda, Paman Choi. Panggil saja Jeon Jungkook". Ya benar, pria jakun tersebut bernama Jeon Jungkook, dan pria paruh baya tersebut bernama Choi Minho.

Pria bermarga Choi itu hanya tersenyum dan mulai menjalankan mobilnya. Selama perjalanan, Jungkook tertidur karena lelah saat perjalanan di pesawat tadi. Choi Minho melihat Jungkook yang sedang di alam mimpi dari kaca mobil, ia pun menyunggingkan bibirnya, "Semoga kau tidak mengalami penderitaan apa pun lagi Tuan Muda".

1 Februari pukul 20.20 Rumah Kediaman Jeon

Sesampainya di rumah kediaman Jeon, Choi Minho melihat kursi mobil bagian belakang dan membangunkan Jungkook, "Jungkook, bangunlah kita sudah sampai". Yang dibangunkan hanya menguap dan melepas topi. Ia mengacak pelan rambutnya, "Baik paman, aku akan keluar". Sebelum Jungkook membuka pintu mobil, pria bermarga Choi tersebut menahannya, "Tunggu dulu Jungkook". Pria tersebut membuka pintu mobil disampingnya, lalu berlari kecil dan membukakan pintu mobil disebelah Jungkook dengan membungkuk 45°, "Silahkan Jungkook". Jungkook hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, karena pria yang ia sebut pamannya itu sama sekali tidak berubah.

Dia dan Choi Minho mulai memasuki rumah. Di luar terdapat hamparan bunga-bunga ditaman yang sangat luas, bahkan terdapat air mancur juga disana. Saat membuka pintu depan dengan lapisan emas tersebut, Jungkook mulai memasuki ruang tamu yang di dinding-dindingnya di tempeli lukisan-lukisan cantik. Dia dan Choi Minho sedari tadi hanya diam. Lalu Choi Minho mulai angkat bicara, "Jungkook, besok kau akan mulai sekolah disini, orang tua mu sedang di Prancis. Mereka berangkat saat pagi hari tadi untuk mengurus masalah pekerjaan". Jungkook pun memberhentikan jalannya dan melirik Choi Minho serta mengerutkan keningnya, "Mereka berangkat tadi pagi? Ya aku tahu, mereka pasti tidak ingin melihat putranya ini bukan?".

Pria bermarga Choi itu hanya tersenyum sendu saat Jungkook mengatakan itu. Lalu ia mengalihkan topik pembicaraan, "B-bagaimana jika kau pergi mandi terlebih dahulu, lalu tidur?". Jungkook tahu Paman Choi itu hanya mengalihkan topik. Jungkook mengangguk, "Ya baiklah paman, aku akan mandi".

Jungkook menaiki tangga dan bergegas ke kamar mandi. Ia melepas semua pakaiannya, lalu menghidupkan shower yang berada di atasnya. Rintikan air yang keluar serasa sangat sejuk saat menyentuh kulitnya.

Beberapa saat kemudian, ia keluar dari kamar mandi dengan lilitan handuk yang melingkar dipinggangnya. Otot lengan dan otot perutnya terlihat sangat jelas. Apalagi rambut yang basah itu menambah kesan seksi. Pria itu berjalan ke arah cermin dan mengambil sisir. Ia mulai menyisir rambutnya, lalu ia mengambil pakaian yang telah disediakan. Dia melepas lilitan handuk dan mulai memakai semua pakaiannya. Kemudian dia membaringkan dirinya di kasur dan memijit pelan pelipisnya serta memejamkan matanya, "Semoga besok tidak banyak yeoja di sekolah itu". Setelah mengatakan hal itu, ia tertidur pulas.

❰❰ My Beautiful Angel ❱❱

Since 06.10.2021

My Beautiful AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang