Prolog

4.1K 418 94
                                    

-*-

CHANBAEK

-*-

PEWARIS

-*-

AZAM BIN HARIS || azaman6104

-*-

Bagya terdiam di tempatnya sambil memandangi benda pipih yang berada di tangannya. Tubuhnya bergetar, tak pernah menyangka akan jadi seperti ini.

Dosa apa dirinya ini, Tuhan? Dia tak ingat sama sekali apa yang terjadi pada malam itu. Siapa ayah dari anak yang dia kandung pun dia tak tahu.

“Nak, maaf kalau nanti kamu lahir tanpa ayah. Papa sungguh minta maaf.” lirihnya, permukaan perut yang masih datar itu diusapnya dengan sayang. Setitik air mata jatuh menetes di atas punggung tangan.

Mungkin inilah akhir dari karirnya, dia harus berhenti sampai di sini saja, dia tak mungkin bekerja dalam kondisi hamil, orang-orang akan bertanya dirinya hamil dengan siapa sedangkan mereka tahu bahwa dirinya ini belum menikah. Pun dirinya akan menjadi bulan-bulanan orang kantor, dirinya tahu benar seperti apa mulut orang-orang itu, dia hanya akan mempermalukan bos yang sudah sangat berbaik hati padanya.

“Gak ada cara lain selain mengundurkan diri. Semoga tabunganku selama ini cukup buat si jabang bayi.” lanjutnya, mengusap lelehan air matanya kemudian bangkit dari atas ranjang dan meletakkan testpack yang tadi pagi dibelinya.

Hari berganti, Bagya telah memutuskan semuanya, dirinya telah mengirimkan surat pengunduran dirinya ke atas meja kerja Cakra, bosnya.

Sarapan pagi sudah terhidang di depan mata, dirinya siap untuk meminum susu ibu hamilnya yang dibelikan Sandi, namun deringan telfon menghentikan aktivitasnya. Dia lihat id si penelpon, tubuhnya mendadak tegang.

Dengan ragu akhirnya dia menekan tombol hijau pada papan ketik ponselnya.

“Bagya, apa-apaan surat di atas meja saya?” tanpa salam apapun, atasannya bertanya dengan nada meninggi di seberang sana.

Bagya mengambil nafas dalam-dalam sebelum memberi jawaban.

“Saya mengundurkan diri, Pak. Mohon maaf atas kesalahan yang pernah saya perbuat selama menjadi sekretaris anda.” dia mati-matian menahan dirinya agar tak menangis dan memperdengarkan suara isakannya.

“Saya menolak surat pengunduran dirimu.” balasan itu sontak membuat mata Bagya membola. “Apa alasannya, Bagya? Apa perlakuan saya terhadapmu buruk? Apa gaji yang saya berikan kurang?”

Bagya menggelengkan kepalanya beberapa kali, “Bukan, Pak. Anda sangat baik dan gaji yang anda berikan lebih dari cukup.”

“Lalu mengapa surat pengunduran dirimu ada di atas meja saya? Jelaskan apa yang terjadi sebenarnya. Saya tidak akan menerima surat pengunduranmu jika alasannya tidak jelas.”

Bagya dapat membayangkan seperti apa ekspresi Cakra kini. Dia menguatkan dirinya untuk mengatakan alasan mengapa dia harus mengundurkan diri. Ludah ditelan berkali-kali guna halau ketakutan yang tengah dirasakannya.

“Bagya,”

“Saya hamil, Pak, dan saya tidak tahu siapa ayah dari anak yang saya kandung ini. Saya tidak mau membuat bapak dan perusahaan malu karena memperkerjakan saya.” akhirnya tersuarakan juga.

Di sana, Cakra terhenyak mendengar alasan sekretarisnya. Lelaki tinggi itu tak segera menjawab, sibuk dengan pikirannya sendiri hingga membuat Bagya yakin bahwa bosnya akan menerima surat pengunduran dirinya.

Pewaris [CHANBAEK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang