yaitu....
Cemburu, mungkin. Setidaknya itu yang dirasakannya saat ini. Tak lama pintu kamar terbuka dibarengi dengan munculnya tubuh tinggi Dion. Melihat Arla tak merespon bahkan saat dipanggil, membuat Dion masuk ke dalam kamar dan duduk disamping gadis yang masih asik dengan lamunannya.
"heh, ngapain bengong!" kata Dion sambil menyenggol siku Arla.
"eh lu. ada apa? udah pulang si Kavin?" tanya Arla.
"belum malah kita mau pesen makanan, lu mau apa? yuk keluar ga enak tau mesen makanan tapi lu masih dikamar" kata Dion sambil menggenggam tangan Arla.
"hmm.. ayo" kata Arla tanpa terganggu sedikitpun dengan tangan yang masih terpaut.
Mereka berdua keluar kamar dengan posisi masih bergandengan tangan. Kavin yang melihat itu pun sebenarnya jengkel, kalau memang tidak memiliki hubungan yang lebih dari sekedar teman kenapa bergandengan tangan. Dalam ingatan Kavin, Arla paling tidak suka disentuh sembarangan terutama jika yang menyentuhnya adalah laki-laki dan sekarang didepan matanya Arla terlihat biasa saja saat tangan kanan mungilnya itu digenggam.
Setelah selesai memesan makanan, saat ini mereka tengah asik menonton film sambil menunggu pesanan mereka sampai. Posisi duduk mereka saat ini adalah Arla berada di samping Dion sedangkan Kavin berada di sofa untuk 1 orang yang berada di samping Arla. Sesekali Kavin memperhatikan Arla yang sedang tertawa mengingatkannya dulu pada masa SMA, Arla sangat mudah tertawa bahkan dengan hal kecil sekalipun dan juga gadis itu juga tak pernah terlihat marah sama sekali. Ia benar benar merindukan saat dimana Ia dan Arla selalu bersama. Namun saat ini ia merasa tak terima dengan sikap tak adil Arla. bagaimana tidak, sedari tadi Arla hanya menanggapi kata-kata yang terlontar dari Dion dan hanya sesekali menanggapi Kavin.
Arla sadar betul kalau Kavin sepertinya memang cemburu pada Dion namun tidak ia pedulikan. Setelah menunggu 30 menit, kini makanan yang mereka pesan telah tersusun rapih di atas meja. Saat sedang ingin mengambil makanan yang agak jauh, mau tidak mau membuat Arla sedikit menunduk yang tanpa ia sadari sekitar Collarbone sedikit terlihat karena kancing atas yang terbuka ditambah dengan bajunya yang Oversize. Dion langsung menarik bahu Arla dan langsung mengancingkan bajunya. Arla terlihat biasa saja dan tak terganggu sama sekali yang membuat Kavin makin merasa cemburu.
Hari ini benar benar memuakan bagi Kavin. Selain ia yang sangat kesal karena kedekatan Dion dan Arla, tetapi juga sikap Arla yang sangat berbanding terbalik dengan yang dulu. Kini Arla memperlakukannya seperti orang lain entah apa masalahnya. Kavin berencana untuk kembali ke rumah Dion karena tadi ia sempat bilang kalau Arla akan menginap lagi dan akan pulang seminggu lagi dengan cara sengaja meninggalkan dompetnya dirumah Dion.
Keesokan harinya..
Kali ini yang membukakan pintu bukanlah Dion tetapi Arla. Gadis itu sangat terkejut dengan kedatangan Kavin. Ia lantas langsung masuk kedalam berniat untuk mengambil dompet Kavin yang tertinggal. Saat balik badan, tangannya ditahan oleh Kavin namun Arla menepis pelan tangan Kavin dan lagi-lagi ditahan yang membuat Arla mendengus kesal.
"ada apa?" kata Arla sambil menatap malas Kavin.
"lo berubah" kata Kavin yang masih terus menatap Arla.
"oh ya, dompet lu kan yah. Masuk lah, biar gue ambilin" kata Arla yang bergegas ke dalam kamar Dion.
"mana Dion?" kata Kavin yang masih terus menatap ke arah Arla.
"masih tidur, gue bangunin dia dulu. Gue gak tau dompetnya dimana" kata Arla.
"Dion tidur dikamarnya?" tanya Kavin.
"yaiyalah, mau tidur dimana lagi" jawab Arla santai.
"jadi kalian tidur berdua?" tanya Kavin yang menahan emosinya agar tidak meledak.
"i..iya" jawab Arla yang gugup karena tatapan tajam dan nada bicara laki-laki dihadapannya itu.
"lo murahan juga ternyata" kata Kavin remeh.
"terserah, yang pasti gue ga ngelakuin apa yang lo pikir" jawab Arla dengan santainya dan meninggalkan Kavin di ruang tamu.
Arla segera masuk ke dalam kamar lalu duduk disamping tubuh yang nyawanya masih berada didalam mimpi itu dan menggoyangkan tubuh itu perlahan. Awalnya tak ada pergerakan apapun, setelah mencoba kedua kalinya baru lah tubuh tinggi menjulang itu bereaksi. Dion langsung membalik tubuhnya dengan tangan yang mendarat mulus di atas paha Arla sambil menepuk pelan. Dengan refleknya Arla langsung menepis tangan Dion yang dengan nakalnya memegang paha mulusnya dan itu semua dilihat langsung oleh Kavin yang membuatnya benar-benar marah.
"Yon, ada Kavin. Dompetnya lu taro mana?" tanya Arla sambil mengguncang kembali tubuh Dion.
"Mmm.. ada dilemari gue, ambil aja" kata Kavin dengan suara serak khas bangun tidur.
BINABASA MO ANG
MIX STORIES (SERIES)
Short StoryKumpulan Oneshot buat kamu yang mager baca berchapter-chapter.😏 > BUKAN SEGITIGA (kisah antara Arla, Dion dan Kavin)