Episode 2

18 3 2
                                    

"Aduh, ayo buruan liat Kak Leo. Pasti keren banget," Siswi-siswi lalu lalang sambil berbisik membicarakan pertandingan sparing basket SMA Cakrawala dan SMA Mutiara.

"Mon, ayo cepetan ..." Upi dan Ralin berteriak dari depan jendela kelas mereka, mengganggu Moana yang sedang bermalas-malasan di jam istirahat dan menjatuhkan kepalanya di atas meja. Ya, begitulah jika malamnya terlalu banyak nonton K-Drama, jadilah esok harinya KO.

"Ayo, Mon. Keburu bubar pertandingannya." Tambah Ralin sambil mengetuk jendela sebelah tempat duduk Moana.

"Iya, iya ... " Ucap Moana berat sambil mengumpulkan semangat.

"Jajan gue keburu abis," Upi berkata sambil mengunyah snack nya yang sengaja ia sediakan untuk teman menonton pertandingan. Tubuhnya yang lebih berisi dibanding teman-temannya, kerap membuatnya tidak bisa menahan lapar dan sedia camilan.

"Udah, Pi ... jangan makan terus, katanya lo diet," Ucap Ralin si paling cantik di antara mereka bertiga.

"Kalo gue nggak makan jajan, terus harus makan orang?" Upi meledek sambil mengangkat kedua tangannya seperti hendak mencabik temannya itu.

"Kalian semangat banget deh, mau liat Kak Leo sama Kak Ibra lagi?" Tanya Moana masih dengan suara malas dan berat khas orang mengantuk.

"Kita mah apa atuh, nggak bakal diliat sama mereka. Yang ada teriak-teriak cape, lagian yang tugasnya ngasih semangat 'kan anak cheer," Tambah Moana.

"Iya juga, yah ..." Ucap Upi menghentikan aktivitas mengunyahnya.

"Eh, berarti kita harus teriak-teriak lebih semangat dari anak cheer biar dilirik, iya nggak Lin?" Ucap Upi meminta persetujuan Ralin.

"Bener-bener gue setuju, siapa tau Kak Ibra jadi bisa ngelirik gue ya 'kan?" Jawab Ralin semangat.

"Lo mentang-mentang udah kenal mereka, Mon." Upi berdecak memanyunkan bibirnya.

"Ya, itu nggak sengaja. Gue juga nggak tau bakal dibantu Kak Leo pas pertama masuk sekolah. Abis itu dibuang kaya nggak kenal," Moana mengelak.

"Lo juga lihat 'kan reaksi anak Cakrawala liat tampilan gue. Gue sih nggak peduli, selama gue nggak bikin salah."

Moana mengingat kejadian sebulan yang lalu saat pertama masuk sekolah, mendapat tatapan aneh dari siswa lain karena tampilannya yang berbeda. Rambutnya yang keriting dan kulitnya yang gelap membuat mereka menganggap Moana berbeda.

"Emang kenapa kalo gue berbeda, bukankah lain dari yang lain lebih menarik yah?" Ucap Moana sambil tersenyum jahil.

"Iya, ya, percaya ...." Ucap Ralin sambil memimpin jalan ke lapangan.

Semua sudah berjejer duduk rapi di lapangan, anak cheer di barisan paling depan. SMA lawan tidak mau kalah, mereka juga membawa team cheerleader  andalannya. Sedangkan tiga serangkai ini, hanya kebagian tempat di paling belakang, yang mengharuskan mereka jinjit agar terlihat dengan jelas permainan di lapangan.

"OMG, Kak Leo ganteng banget, pengen gue lap-in keringatnya, deh ..." Ucap Upi sambil sok melow.

"Jijik gue," Timpal Moana bodo amat.

Moana hanya memperhatikan pertandingan dengan tatapan nanar, tangannya lebih sering terangkat bukan karena untuk memberi semangat, tapi untuk menutup mulutnya karena menguap terus menerus.

Rasa ngantuknya tidak hilang meskipun sorak ramai dan berisik lapangan tak kunjung reda barang sedetik. Terlebih dirinya tak begitu suka olahraga.

"Harusnya gue di kelas, tidur." Gumam Moana lirih.

"Kak Ibra, Kak Ibra ..." Teriak Ralin semangat.

"Kak Leo, Kak Leo ... " Teriak Upi tak mau kalah semangat. Begitu juga murid lain berteriak saling sahut menyahut memanggil Leo dan Ibra idola mereka.

"Pi, Lin, gue ke kelas duluan yah, ngantuk." Ucap Moana dan langsung pergi meninggalkan lapangan tanpa persetujuan Upi dan Ralin.

Moana jalan dengan langkah setengah diseret, tak ada yang peduli dengan keberadaannya, semua sibuk berteriak dan menyanyikan yel-yel.

Buuuukkkk

"Awwww," Moana mengaduh keras, dan tangannya refleks memegang kepala yang terkena timpukkan bola.

"Sial, kenapa juga gue harus kena timpuk," Ucap Moana lirih setengah sadar karena menahan rasa sakitnya.

Leo memerhatikan keadaan Moana dari tengah lapangan. Tangan kirinya berkacak pinggang sambil mengatur napasnya. Melihat Moana tak kunjung kembali berjalan dan terlihat lemas, Leo bergegas lari menghampiri Moana demi menebus kesalahan karena telah melempar bola ke arah Moana, meskipun tak sengaja.

Lapangan lengang.

Semua tatapan mata mengikuti arah Leo lari meninggalkan lapangan yang kini berhenti tepat di sebelah Moana bersiap menopang tubuhnya.

"Loh, Pi. Itu Moana yang kena timpuk? Kok dia ada di sana sih." Ucap Ralin sambil melirik kesamping tempat Moana seharusnya.

"Aduh, Moana ...." Gumam Ralin dan Upi dan bergegas menghampiri Moana untuk membantu.

"Lo nggak papa?" Tanya Leo sambil memegang pundak Moana yang berdiri lunglai.

Moana dan Leo kini menjadi pusat perhatian, beberapa terdengar histeris karena merasa iri dengan Moana. Sampai terdengar bisik-bisik yang bisa merusak gendang telinga jika terdengar Moana.

"Kalo tau gitu, gue juga rela ko kena bola,"

"Ko dia sih yang kena bola, mending gue. Secara gue kan lebih cantik, siapa tau langsung naksir deh Kak Leo,"

"Aduh, Kak Leo,"

Bisik-bisik terdengar seperti nyamuk mendengung, yang hanya bisa dihentikan dengan setrum roket pemukul nyamuk.

Peluit sudah dibunyikan oleh wasit memberi tanda mulainya pertandingan, mengharuskan Leo harus kembali ke lapangan. Saat itu juga Ralin dan Upi tiba di tempat Moana yang hampir pingsan dan mengambil alih posisi Kak Leo yang sedang menopang bahu Moana.

"Lo temen Moana 'kan? Tolong anterin ke UKS, gue mesti balik ke lapangan. Ntar gue nyusul."

"Iya, Kak." Ucap Ralin seraya mengangguk.

"Thanks, Kak Leo." Timpal Upi semangat setengah berteriak mengingat Kak Leo sudah berlari menuju lapangan.

"Moana, lo masih inget gue 'kan?" Ucap Upi serius.

"Nggak, Lo siapa?" Jawab Moana meledek dengan suara yang masih terdengar lemas.

Ralin dan Upi memapah Moana menuju UKS, lapangan kembali gaduh dengan suara penonton yang saling sahut menyahut. Tak perduli dengan kejadian yang menimpa Moana, hanya menganggapnya sebagai angin lalu.

Ya, begitulah nasib kasta murid standar. Siapa yang peduli?

🍁🍁


Wait for the next part ya my lovely reader, aku bakal post visual cast satu per satu🙂
Jangan lupa tinggalkan vote, xie xie.



Arum Annisa
6 Oktober 2021

Just Be YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang