3. Meet Me When You Crying

400 100 7
                                    

"I don't like you.." ucap Zendaya, Marcel terdiam membeku mendengarnya.

"Why? Kenapa Zendaya?" tanya Marcel dengan mata sendu yang hampir menangis di depan Zendaya.

"Because.. because I really.. really falling in love with you.." lirih Zendaya yang sejenak tertunduk kemudian menatap ke arah Marcel sambil meneteskan air mata.

"MARCEL IH BANGUN! LO MAU TELAT LAGI KE KAMPUS?! TIDUR LO KESOREAN!" pekik Gisel, keponakan Jean yang sering banget mampir ke apartemen dan disuruh Jean buat bangunin Marcel.

Ternyata mimpi, emang di mimpi juga Marcel ngerasa ini gak nyata. Karena ya mana mungkin baru kenal udah confess, mereka bukan remaja labil yang gampang berubah perasaan.

Apalagi Zendaya baru putus dari pacarnya.

"Astaga! Untung lo bangunin gue!!" panik Marcel yang buru-buru bangkit dan segera mengambil handuk yang tergantung di belakang pintu kamarnya.

Gisel mengikuti Marcel dari belakang, "Emang ada ya mimpi basah sore-sore begini?" tanya Gisel.

Marcel berhenti sejenak, "Siapa juga yang mimpi basah?" tanya balik Marcel.

"Tadi lo gue bangunin kaget!" pekik Gisel.

"Gitu doang, gue mimpi ketemu bidadari. Puas lo?!" tanya balik Marcel yang memekik juga, kemudian dia masuk toilet.

Jean tertawa melihat tingkah keponakan dan adek pungutnya berantem perkara respon bangun tidur.

Marcel siap-siap ke kampus buat kelas sore-malam. Dia mahasiswa yang sibuk dengan tugas, tapi gak pernah ngerjain tugas pas deadline meskipun sambil kerja. Karena Marcel serajin itu, dari dulu juga udah jadi kebiasaan.

Selesai dengan jam terakhir, Marcel mampir beli kopi panas terus jalan-jalan di koridor kampus. Masih rame karena banyak juga yang ambil kelas malam.

Beres jalan-jalan dan kopinya habis, Marcel pergi ke area parkiran. Gak ada yang aneh sih sebenernya.

Sampai akhirnya ada suatu momen yang Marcel saksikan langsung.

Bidadari yang ada di mimpinya itu terserempet mobil. Marcel reflek berlari ke arah Zendaya yang tersungkur di samping mobil. Dan yang di dalam mobil langsung keluar.

"Zen, ma—"

"Lo gak papa? Bisa berdiri kan?" tanya Marcel, Zendaya mengangguk.

Itu Aresh, kebetulan banget Aresh itu satu kampus sama Marcel tapi mereka gak saling kenal. Beda fakultas sama gedung kampus, jadi hampir gak akan ketemu kalo bukan kejadian ini.

Aresh ada perlu ke temennya yang ada di gedung kampus Marcel dan Zendaya kesini buat ketemu Aresh juga.

"Bisa anter gue pulang lagi gak?" tanya Zendaya ke Marcel.

Mendengar itu Aresh jadi murka, tapi dia diam karena posisinya Zendaya kelihatan sakit.

Marcel mengiyakan pertanyaan Zendaya dan menyuruhnya tunggu di pos satpam. Sedangkan Aresh langsung pergi.

Gak lama Marcel datang dengan motor Honda Genio. Meskipun bukan motor sport yang banyak diidamkan, tapi Marcel bangga dengan motor ini pun dia bisa bonceng bidadari.

"Mau ke rumah sakit dulu?" tanya Marcel ke Zendaya saat baru duduk di belakangnya.

"Lagian cuman luka gores doang, lebay banget.." kata Zendaya yang terkekeh, Marcel juga ikut terkekeh.

Mesin motor Marcel pun mulai berjalan dan perjalanan kedua kali ke rumah Zendaya pun di mulai.

Sepanjang perjalanan hening, tapi ada suara sesegukan juga. Marcel jadi ngeri.

"Nangis ya?" tanya Marcel.

"ENGGAK!" teriak Zendaya membantah.

"Itu suaranya jadi beda." kata Marcel, meskipun pake helm dan dijalan rame juga telinga dia sensitif banget.

"Iya deh, gue nangis.." pasrah Zendaya.

"Lo gak takut sama gue?" tanya Marcel.

Zendaya ngelag, ngebug, kebingungan dan gak ngerti padahal udah jelas pertanyaannya kalo kata Marcel.

"Takut apa?" tanya Zendaya.

"Kita orang asing loh, stanger. Dan lo mau gue anterin? Lo gak takut?" tanya balik Marcel.

Lah iya, Zendaya langsung bergidik merinding. Dan mulai merasakan hawa-hawa negatif.

"TURUNIN GUE!! SEREM!!" teriak Zendaya.

Marcel ketawa ngakak sambil mukul-mukul motornya. Terus Zendaya makin takut, dia balik mukul Marcel.

"APAAN SIH LO! GAK LUCU TAU!!" teriak Zendaya yang membuat pengendara di sampingnya melirik.

"Bercanda, gue gak jahat kok. Lo kalo mau nangis tinggal nyender ke punggung gue." ucap Marcel.

"Ah! Modus cowo di kota-kota besar begini nih.." sahut Zendaya.

Marcel ketawa lagi, tapi gak ngakak sambil mukul-mukul.

"Gak kok, gak perlu percaya sama gue." ucap Marcel yang mendadak serius.

"By the way, lo ketemu siapa? Kok sampe bisa keserempet gitu sama mobilnya?" tanya Marcel.

Zendaya menghela nafas, "Aresh, mantan gue. Dia gak mau keluar mobil dan malah maju gitu aja sampe akhirnya gue keserempet." lanjutnya.

"Gak minta balikan ya kan?" tanya Marcel.

"GAK LAH! NGACO!" jawab Zendaya ngamuk, "Gue bayar hutang, waktu terakhir jajan tuh harusnya split bill. Tapi gue salah bawa tas dan dompetnya ada di tas lain." lanjutnya.

Marcel mengangguk mengerti mendengarnya, "Lo gak boleh minta balikan sama orang yang ninggalin lo gitu aja. Alasan lo putus sama dia juga karena Tuhan mau menjauhkan lo dari hal yang menyakitkan." tuturnya.

Demi apa Zendaya setenang itu mendengar ucapan Marcel. Padahal dia pernah baca kutipan soal merelakan kepergian orang lain.

"Nah, welcome to your homee!! no more tears here!!" seru Marcel yang sudah berhenti di depan rumah Zendaya.

Lah Zendaya malah nangis, dia menggunakan kedua tangannya untuk menutupi wajah dan menyandarkan kepalanya ke punggung Marcel.

Nangisnya emang gak ada suara, tapi Marcel jadi ikut sakit hati. Mau nepuk bahu Zendaya juga susah soalnya dia di belakang. Jadi Marcel membiarkan Zendaya menangis.

Alasan Zendaya menangis bukan karena Aresh, tapi karena Marcel.

Loh?

Soalnya semenjak putus dari Aresh, orang terdekat Zendaya menyalahkannya. Bahkan mengungkit keburukan Zendaya saat menjalani hubungan, termasuk orang tuanya. Sedangkan Marcel memberi dukungan, padahal dia gak tau gimana dulu Zendaya sama Aresh.

"Meet me when you crying, Zendaya.." batin Marcel.

Apa Marcel mulai jatuh cinta? Belum.

Dia baru masuk ke fase peduli dan Zendaya juga nyaman. Semisal jatuh cinta pun, gak bisa dibilang terlalu cepat. Karena hal itu sulit diprediksi kapan datangnya.

"Zendaya, stars will crying too when see the moon crying like this.." tutur Marcel.

"Dih." nyinyir Zendaya, tapi jadi berhenti nangis dan turun dari motor.

Zendaya membungkuk 90° sebagai tanda hormat dan terima kasih kepada Marcel karena sudah membantunya dua kali.

"Obatin luka lo, minimal cuci. Biar gak iritasi." saran Marcel.

"Oke, hmm.. boleh tukeran no—"

"BOLEH BANGET, NIH!" potong Marcel yang lansung menyodorkan ponselnya.

Hari ini mereka selangkah maju lagi, tukeran nomor ponsel.

on bended knee: mark, xiaoting.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang