Bunyi klakson di luar membuat Minho berlari tak karuan. Ia hampir terjungkal ketika menghindari Miho yang tengah merebahkan dirinya dengan santai. Keduanya saling tatap. Minho memberikan tatapan tajamnya yang hanya dibalas dengan tatapan malas kucing kesayangannya itu. Setelah menundukkan kepala dan meminta maaf pada kucingnya, ia kembali berlari keluar.
"Mina?" Jisung melongok melewati bahu Minho, berusaha mencari keberadaan Mina.
"Ah benar. Kenapa aku selalu lupa kalau aku punya Mina," ucap Minho sebelum akhirnya mulai menarik napas dalam-dalam. "LEE MINA!!!!"
Teriakan yang terjadi hampir setiap pagi itu kini tak lagi membuat Jisung terlonjak. Bahkan ia telah menutup telinganya tepat sebelum Minho berteriak memanggil saudara kembarnya.
"Ayo cepat!" teriak Jisung begitu sosok Mina terlihat berlari menghampiri mereka.
"Maaf, aku menabarak majikanku tadi. Aku tidak bisa meninggalkannya begitu saja."
"Kau menabraknya?" Ada nada mencela dari pertanyaan Minho. "Aku yang hampir menabraknya saja harus meminta maaf berkali-kali, dan kau malah menabraknya?"
"Lagipula siapa suruh dia bersantai sembarangan?"
"Kurasa lebih baik kalian memelihara anak anjing. Aku lelah setiap hari harus mendengar keluhan kalian tentang bocah itu."
"TIDAK!!!" Jisung terlonjak ketika keduanya melempar tatapan tajam ke arahnya.
"Dia adik kesayanganku," imbuh Mina.
"Jadi aku bukan adik kesayanganmu lagi?"
Kini Mina malah memicingkan matanya ke arah Minho. "Apa aku pernah menyayangimu?"
"Apa kita bisa berangkat sekarang?" Jisung hanya menatap mereka dengan tatapan pasrah. Percuma memberi mereka tatapan kesal, yang ada ia akan dibalas dengan tatapan tajam si kembar yang sama menakutkannya dengan tatapan kucing mereka.
Minho membuka pintu belakang dan menatap sekeliling seakan tengah mencari sesuatu—atau seseorang. Mina yang tak sabar pun segera mendorongnya masuk. Sempat ada teriakan kesal Minho begitu kepala pemuda itu membentur atap mobil.
"Dimana Hwarin?" Tanya Mina begitu sadar salah satu sahabatnya tidak ada di sana.
"Dia bilang ada rapat dadakan anak-anak radio," jawab Jisung tanpa melepas pandangan dari ponselnya.
Mobil melaju lebih cepat ketika Jisung memberitahu sopirnya kalau mereka hampir terlambat. Hanya kurang dari sepuluh menit, gedung sekolah mereka pun terlihat. Roda mobil yang belum sepenuhnya berhenti itu tak menghalangi mereka untuk segera melompat turun, tak peduli dengan teriakan sang sopir yang bahkan gerutuannya akan terus terdengar sampai beberapa menit ke depan.
Mina yang sempoyongan setelah melompat dari mobil itu pun hampir saja menabrak seorang siswi yang juga tengah terlambat. Begitu melihat seorang guru mulai mendekati gerbang sekolah, Jisung dan Minho langsung menarik lengan Mina kemudian mempercepat lari mereka.
"Nice!" sorak Jisung ketika mereka bertiga berhasil menyelinap masuk.
Tanpa memperlambat langkah, ketiganya segera menuju ke kelas. Di sana, Hwarin telah menyambut mereka dengan tatapan tajamnya. Tak lupa dengan kedua tangan terlipat di depan dada. Ia mulai uring-uringan ketika Minho hanya melewatinya begitu saja.
"Sampai kapan kalian akan terus-terusan terlambat?"
"Kata siapa kami terlambat? Kami tidak terlambat. Kami tiba satu menit sebelum bel masuk berbunyi." Protes Jisung.
"Kalian tahu kenapa aku tidak mau lagi berangkat dengan kalian?"
"Karena kau ingin berangkat paling pagi dan menyambut seseorang." Jisung tersenyum penuh kemenangan, sementara Minho hanya menatap keduanya dengan tatapan penuh tanya. Ia berbalik menatap Mina namun Mina hanya mengangkat bahunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GONE TO STAY
FanfictionTerbiasa dikejar oleh gadis-gadis yang berusaha merebut perhatiannya, membuat Minho yakin ia tidak akan mengalami kesulitan sedikitpun saat benar-benar berurusan dengan hal percintaan. Sayangnya seorang gadis yang seharusnya bisa menjadi cinta perta...