CHAPTER 6

14 1 0
                                    

Bisingnya jeritan anak-anak kecil di taman tidak membuat Jihye terusik. Ia masih tenggelam dalam tangisannya. Lantunan lagu yang terdengar di kejauhan pun telah berkali-kali berganti, dari musik yang mengalun lembut sampai musik yang menghentak-hentak. Namun tetap saja air matanya terus mengalir. Beberapa orang sempat melambatkan langkah mereka saat melewati Jihye, mungkin sekedar memastikan apakah Jihye butuh bantuan atau tidak.

Tangisnya kembali pecah ketika sebuah lagu dinyanyikan. Sebuah lagu yang biasa ia dengarkan dengan Jungkook saat mereka menunggu di halte bus. Kini tangisannya benar-benar mengundang perhatian orang-orang di sekitarnya, bahkan beberapa anak yang tengah bermain pun kini menoleh padanya.

Beberapa meter darinya, Minho tengah memperhatikan Jihye sejak belasan menit yang lalu. Anehnya Jihye tidak menyadari tatapan itu. Minho tak henti-hentinya bertanya pada dirinya sendiri, haruskah ia menghampiri gadis itu untuk sekedar bertanya apa ia sedang baik-baik saja atau tidak. Ia melirik bunga di dekatnya kemudian mendengus pelan. Minho pun bangkit setelah menyambar buket bunga itu.

"Kau... baik-baik saja?" Ia bertanya dengan ragu. Jihye yang melihat seorang pemuda asing mendatanginya pun terkesiap sambil berusaha menghindari tatapan itu. Ada rasa takut yang muncul, yang membuatnya menggeser tubuhnya menjauh. "Ah, maaf kalau aku membuatmu takut. Aku tidak bermaksud mengganggumu. Hanya khawatir karena kau sudah menangis cukup lama."

Jihye masih tidak menjawab. Ia sibuk menghapus air matanya dan terus menjaga jarak. Namun begitu ia kembali menoleh, tatapannya terpaku pada buket bunga di tangan Minho.

"Huh?" Tanpa sadar, Jihye menunjuk bunga itu. Kedua matanya berbinar. Minho mengerjap kebingungan, namun akhirnya menyodorkan bunga itu pada Jihye. "Apa?"

"Kau menginginkan bunga ini?"

"Ah, tidak. Aku hanya senang melihat bunga itu lagi. Sudah lama aku tidak melihat bunga itu." Jihye kembali tertunduk, pasalnya itu membuatnya teringat saat terakhir kali ia melihat bunga aster ungu. Jungkook lah satu-satunya orang yang selalu memberikan bunga aster ungu di hari ulang tahun Jihye. Namun tidak ada lagi bunga aster ungu di tahun ini.

"Kau baik-baik saja?"

"Ya," Jihye tersenyum. "Aku hanya senang." Jihye menunjukkan sebuah kalung yang liontinnya sedari tadi tersembunyi. Sebuah liontin berbentuk bunga aster ungu. Tidak hanya itu, sebuah gantungan kunci enamel berbentuk bunga aster ungu pun tergantung di tasnya.

"Kalau begitu kau bisa mengambil bunga ini." Minho kembali menyodorkan buket bunganya.

"Lalu seorang gadis akan mendatangiku dan berteriak di depan wajahku?"

"Tidak akan ada yang melakukan itu padamu." Jihye mengernyit. "Karena dia sudah mendapatkan yang lebih dari ini." Jihye yang awalnya mengira Minho adalah pemuda aneh yang akan berbuat jahat padanya, kini mulai berusaha bersikap ramah.

Jihye menepuk rerumputan di sampingnya, seakan mengizinkan Minho duduk di sampingnya. "Apa kita memiliki nasib yang sama?"

"Aku tidak tahu nasibmu tapi sepertinya, ya. Dilihat dari lamanya kau menangis tadi." Perasaan Jihye campur aduk sekarang. Antara sedih, malu, namun juga lega karena ia tidak sendiri. Ada orang lain yang juga tengah terluka.

"Apa kita pernah bertemu sebelumnya?" tanya Jihye tiba-tiba. Minho mengerutkan keningnya seakan tengah mengingat-ingat jikalau benar mereka pernah bertemu sebelumya. Namun pada akhirnya Minho menggeleng, entah karena tidak yakin atau memang mereka belum pernah bertemu. "Aku merasa wajahmu tidak asing. Aku merasa pernah melihatmu tapi entah di mana."

"Ah, benarkah?" Balasnya singkat.

Minho tidak lagi menatap Jihye. Kedua matanya mengarah ke tempat lain. Mereka duduk dalam diam. Tidak ada lagi sepatah kata pun yang keluar. Jihye telah sibuk dengan buku di tangannya, sementara Minho mendengarkan lagu dengan earphone-nya. Lagu yang sama yang ia dengarkan sejak beberapa menit lalu sebelum menghampiri Jihye. Hal itu terjadi selama hampir lima belas menit, sampai akhirnya Jihye meletakkan bukunya dan melepas earphone di telinga kiri Minho.

GONE TO STAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang