10. Day & Night🌃

837 89 0
                                    

"Gimana Win Karin udah bangun?" Winter menggeleng.

"Apa perlu gue panggilin dokter?" tanya Ryujin yang khawatir dengan kondisi Karina.

"Gak usah Jin, bentar lagi juga dia pasti bangun kok. Oh ya btw makasih ya udah nolongin Jimin"

"Yaelah kaya sama siapa aja lo pake makasih segala" Winter tersenyum mendengar ucapan Ryujin.

"Sanah gih, tungguin Karin lagi, sapa tau dia nanti bangun" Winter mengangguk, lalu ia masuk ke kamar Ryujin.

'Dibandingin sama Winter, gue gak ada apa-apanya buat lo Rin'~

Ryujin menatap miris melihat pemandangan yang terjadi didepannya. Dimana Winter sudah ikut berbaring disamping Karina dan tangannya memeluk tubuh Karina. Karna sudah tidak tahan lagi melihatnya, akhirnya ia lebih memilih untuk pergi dari sana.

 Karna sudah tidak tahan lagi melihatnya, akhirnya ia lebih memilih untuk pergi dari sana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sayang bangun" Winter mengelus-elus pipi Karina.

"Maafin aku yang gak bener jagain kamu"

'Heemmm'~guman Karina yang masih terdengar oleh Winter.

"Kamu udah bangun?" Karina hanya mengangguk.

"Ini kita dimana?" tanya Karina bingung.

"Dirumah Ryujin"

Alis Karina mengerut, "Kok bisa?"

"Dia yang nolongin kamu dari gudang" Karina mengangguk.

'Ternyata dia baik juga'~batinnya.

"Oh ya, ada yang sakit gak? Nanti kita pergi ke dokter kalo kamu ngerasa ada yang sakit"

"Disini" tunjuk Karina pada hatinya.

"Disini yang sakit" lanjutnya lagi.

"Eh? Ya udah ayo kita ke dokter, aku takut nanti kamu kenapa-napa lagi" Winter hendak bangun, namun tangannya segera dicegah oleh Karina.

"Gak usah, nanti juga sembuh sendiri"

"Gak bisa Jimin, mana ada penyakit yang sembuh sendiri, ayo kita kedokter aja, biar cepet sembuh"

"Aku gak butuh dokter buat nyembuhin sakit aku, aku cuma butuh kamu Jeong"

"Ha? Aku? Aku bukan dokter Jimin, mana bisa aku nyembuhin kamu, kamu kok aneh sih?" Winter menggeleng tidak percaya dengan perkataan Karina.

'Hahhh, dasar gak peka!'~batin Karina tersenyum kecut.

"Ayo" ajak Winter lagi.

"Aku gak mau ke dokter, aku mau pulang aja"

"Kamu yakin? Katanya tadi hati kamu sakit, nanti kalo semakin parah gimana kalo gak segera ditangani dengan benar?"

"Palingan nanti aku mati"

"JIMIN!!" bentak Winter menatap tajam Karina.

"Ya udah iya, ke dokter" Karina memutar mata malas.

~💞~


"Aku kan udah bilang aku gak papa, kamu sih batu dibilanginnya"

"Aku cuma khawatir sama kamu Jimin, takut kamu kenapa-kenapa"

"Iya ya ya, dah aku mau mandi dulu" ucap Karina malas.

"Mandinya jangan lama-lama, badan kamu masih panas tadi"

"Iya bawel" lalu Karina masuk ke kamar mandi.

'CEKLEK'~

Karina keluar dari kamar mandi.

"Sinih" ucap Winter menepuk-nepuk tempat disampingnya.

Dengan senang hati Karina segera merebahkan tubuhnya disamping Winter.

'Chup'~

"Wangi" ucap Winter menciumi leher jenjang Karina.

"Aku kan abis mandi, ya wangilah" Winter tersenyum mendengar ucapan Karina.

"Aku kangen kamu" Winter semakin mengeratkan pelukannya pada tubuh Karina. Ia rasanya seperti ingin mati ketika ia tidak bisa menemukan keberadaan Karina dimana-mana.

"Maaf" ucap Winter lagi. Karina yang menyadari suara Winter bergetar segera membalikkan tubuhnya menghadap Winter.

"Hey, itu bukan salah kamu, kenapa kamu minta maaf?" Winter menangis, Karina segera mengusap air mata yang menetes dipipi Winter.

"Ini salah aku yang gak bisa jagain kamu, maaf"

"Udah, gak papa kok, sekarangkan aku udah baik-baik aja, jadi kamu gak usah ngerasa bersalah lagi"

'Chup'~

Karina mencium mata Winter cukup lama.

Winter hanya diam, ia menikmati setiap sentuhan yang Karina berikan ditubuhnya.

Ketika Karina hendak menyudahinya, Winter dengan cepat menarik tengkuk Karina, dan mempertemukan kedua bibir mereka. Dan untuk pertama kalinya dalam hidup mereka, bibir itu akhirnya bersatu juga.

'Bisakah waktu berhenti sekarang juga? Aku masih ingin seperti ini sama kamu Jimin. Aku sangat mencintai kamu Jimin, tapi dunia terlalu jahat sama aku, dia gak kasih aku kesempatan buat aku ngungkapin perasaan aku ke kamu sedikit pun, aku harus gimana Jimin biar kamu tau perasaan aku?'~ Winter menangis dalam sela-sela ciuman mereka berdua.

'Andai kamu tau Jeong, aku cinta sama kamu, aku bingung harus gimana lagi buat ngilangin perasaan ini? Hati aku sakit tiap aku ngeliat kamu deket sama orang lain, aku gak tau lagi harus gimana? Aku tau perasaan aku salah, tapi aku gak mau kehilangan kamu, aku cinta kamu Minjeong. Andai aja kamu punya perasaan yang sama, mungkin aku gak akan sehancur ini'~batin Karina yang juga tidak bisa menahan air matanya lagi.

Ciuman itu terasa sangat menyakitkan untuk mereka berdua.

Tidak ada yang tahu bagaimana kedepannya. Tapi bisakah mereka berdua berharap takdir mau berbaik hati menyatukan cinta mereka? Bukankah cinta adalah cinta? Lantas apa yang salah dengan cinta mereka? Kenapa cinta mereka dipandang berbeda dengan orang lain? Bahkan takdir pun enggan menyatukan cinta mereka. Lalu mereka harus bagaimana? Melepaskan cinta mereka? Dan memulai dengan cinta yang baru? Bukankah itu terlihat kejam? Apakah tidak ada kesempatan untuk cinta mereka? Apakah tidak ada tempat lagi untuk cinta mereka? Bisakah takdir sedikit berbaik hati, memberikan ruang untuk cinta mereka?

Entahlah, hanya takdirlah yang tahu jawaban dari semua pertanyaan itu.


































~❤Karina Yoo Jimin❤~

"Aku mencintaimu

Aku ingin mengatakannya padamu
Tapi aku tak dapatkan momen yang tepat"

***

~⭐️Winter Kim Minjeong⭐️~

"Malam yang tak terhitung jumlahnya dan selama siang yang tak terkira, diriku yang kau cintai
Aku berharap kau memahamiku, berharap kau memberitahuku

Fajar tepat sembelum matahari terbit, adalah yang paling gelap
Aku berharap itu adalah aku"

***

Nothing Like Us💞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang