Bab 1. Kembang Desa

118 10 0
                                    

Jangan lupa Vote, komen & follow akun penulis, ini harus ya... hehehehehe.

Kami bukan lagi warga baru di Kampung yang kami tinggali, yaitu Kampung Pasir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kami bukan lagi warga baru di Kampung yang kami tinggali, yaitu Kampung Pasir. Sudah 10 tahun lamanya sejak keluargaku pindah kemari, ada banyak sekali cerita-cerita dan kisah-kisah mistis yang kudengar dari tetangga rumahku dan sesepuh kampung sendiri. Tapi sebelum itu perkenalkan namaku Ambar Kartini, gadis berusia 17 tahun dengan perawakan yang sangat cantik jelita. Begitulah tanggapan warga.

Ambar melangkahkan satu-persatu kakinya ke depan sambil membawa baskom besar berisikan pakaian kering yang belum di cuci. Ambar bersama dengan teman-teman sebayanya, Ambar tampak sangat bersemangat untuk pergi ke sebuah pemandian umum yang ada di kampung.

Ci Kubang, itulah nama dari pemandian umum melegenda yang ada di Kampung. Lokasi pemandian mata air itu terletak tidak jauh dari kediaman keluarga Ambar dan teman-temannya. Tempat itu biasa digunakan untuk mandi dan mencuci pakaian, selain airnya yang bersih dan jernih Ci Kubang juga memiliki pemandangan yang indah dan suasana yang menyegarkan.

"Ambar, kamu makin hari kelihatannya kamu semakin cantik saja! Memang benar apa kata nenekku. Air di Ci Kubang itu bisa bikin wajah menjadi cantik dan awet muda! Tapi kamu jarang ajak aku ke sana ..." ucap Kinan sambil membawa sebuah ember dengan sikat dan sabun colek di dalamnya.

"Ga ah, itu kan hanya sekedar cerita belaka. Kan aku memang sudah cantik dari lahir!" jawab Ambar dengan lesung pipi terukir di kedua sisi pipinya.

“Tapi kan itu bisa saja bukan cerita belaka, nenekku bahkan sampai kakak perempuanku juga mempercayainya loh! Dan sekarang bukti nyatanya ada di depan mataku... benar ga Jani?” tegas Kinan dengan ekspresi yang terlihat sangat yakin.

“Iya” sahut Anjani sambil mengangguk.

Ambar terkekeh dengan sikap kedua temannya yang selalu memuji kecantikannya. Ini memang terasa berlebihan karena Kinan selalu memujinya di tempat umum, tapi Ambar benar-benar menyukainya karena ternyata sekarang Ambar telah memiliki seorang teman yang benar-benar selalu memperlakukannya dengan baik.

"Eh iya, katanya Laudza beneran melihat ikan lele putih di Ci Kubang! Memang beneran ada ya?" sela Anjani saat pernyataan tersebut terlintas di benaknya.

"Jani, sudah deh sekarang kita harus fokus jalan dulu! Kita masih harus menyeberang dan turun ke bawah!" cetus Ambar seraya mengingatkan.

"Iya benar. Anjani, memangnya kamu percaya sama Laudza? Lagi pula yang bisa lihat lele putih kan cuma orang-orang tertentu saja!" cetus Kinan membuka topik kembali.

"Engga juga sih, lagian tidak mungkin kalau dia bisa liat!" jawab Anjani terlihat sedikit meragukan.

“Baiklah, sekarang ayo kita menyeberang dulu!” ucap Ambar terlihat memperhatikan sekitarnya.

TUMBALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang