Bencana

7 1 0
                                    

Hari ini kumulai dengan memakan sepotong roti dan telur, lalu meminum kotak susu yang telah tersaji di atas meja, aku tinggal bersama ayahku di sebuah rumah kecil pinggiran kota london, tempat yang sedikit kumuh.

tidak ada yang spesial, mengalir seperti pada umumnya sebuah kehidupan,aku bergegas dari rumah menopang tas sekolah dengan satu tangan yang aku gantulkan di balik punggung,

Hari ini cukup dingin,di tambah rintik rintik sebuah berkah ini dapat membuat orang malas tak bergerak dari kasurnya,yang aku maksut adalah hujan.

Dalam perjalanan aku melihat beberapa ekor kucing yang sedang meneduh di dalam kotak kardus dekat dengan tong sampah,

itu mengingatkanku dengan Angela dan kawan-kawan nya,

'yahhh, jika diperbolehkan memilih, aku lebih memilih menghabiskan waktu dengan mereka.". Menghela nafas panjang.

Setelah sampai didalam kelas, aku menempatkan diri pada mejaku, meletakan kepala sembari meluruskan pinggang,

'aku sungguh tidak semangat hari ini,"
Diriku menguap menatap jendela luar,

'terlebih aku datang terlalu pagi, sial."

Kelas terlihat sangat hening, ini sedikit menyeramkan, terlebih aku sedikit terbawa oleh filem yang aku tonton semalaman,

Sebenarnya aku tidak bermaksud, namun kali ini, instingku menyuruhku untuk pergi lebih awal,

mungkin bukan insting yang menyuruh, hanya saja aku mengharapkan sesuatu yang menarik terjadi di hari ini, dan tanpa sadar telah beranjak dari rumah.

Sosok gadis kulit putih berambut pirang sedikit ikal mendekatiku, namanya Stevani, aku rasa.

Ia terlihat dari kaca jendela ketika hendak mendekatiku, aku akan bersikap seolah-olah tidak menyadarinya karena jauh itu lebih baik.

Ia seperti hendak memanggilku berulang kali, namun malu-malu kucing, suaranya sangat kecil,sebenarnya aku tidak ingin terganggu olehnya, dan aku berfikir untuk menyuruhnya pergi.

Aku berbaik lalu menatapnya, namun kepalaku masih tetap menempel di meja, rasa malas ini sungguh sulit untuk di hilangkan,

"Ada apa?"

Dia nampak kebingungan, seperti hendak memulai suatu pembicaraan namun dia tidak tahu harus bagaimana,

Aku mengangkat kepalaku, duduk tegap sedikit loyo,menatapnya iba,

Dan sudah lima menit diriku menunggu, ia tidak mengatakan sepatah apapun, matanya jelalatan kesana kemari, padahal aku tepat berada di depannya, sungguh sebenarnya apa yang dia fikirkan,

"Jika tidak ada hal yang perlu di bicarakan,bisa kau menyingkir, itu-."

"Aku menyukaimu,berkencan lah denganku!." Potong gadis dihadapan ku.

terjadi suatu keheningan setelah itu,

Spontan dan tanpa sadar aku menutup bagian mulut secara perlahan,

Diriku memalingkan pandangan kearah berlawanan,

Ada yang aneh disini

Dan itu sedikit membuatku shock,
Memang hanya kita berdua yang berada di dalam kelas, namun ini membuatku malu setengah mati,

Ia hanya memejamkan mata setelah berkata,lalu bertingkah kikuk, hendak ingin melarikan diri tapi tidak bisa,

mungkin ia merasa takut untuk menghadapi jawaban yang akan terlontar pada dirinya,

'ah sial bagaimana cara diriku menghadapi situasi kali ini?.' Aku mendengar suara hatiku yang remuk akibat tau bahwa ke kenyamanan yang diriku miliki akan segera berakhir.

BadaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang