Bab 4

9 4 6
                                    

Happy reading all (≡^∇^≡)

_____________

"Ini adalah hal yang sangat aneh untuk manusia. Aku rasa, kita semua tidak akan merasakan lapar dan haus sama sekali di sini. Tapi, bukankah kita tetap harus mengisi perut kita?" ucapku menyela pembicaraan mereka.

"Ini benar-benar aneh! Aku tidak tau harus bagaimana lagi menghadapi bencana seperti ini. Aku ingin cepat-cepat keluar. Aku rindu semua kehidupanku yang dulu," keluh Putri.

Benar apa yang dikatakan mereka semua. Aku juga tidak merasakan haus atau lapar sama sekali. Padahal, aku terakhir makan hanya pagi tadi.

"Eum, aku—" sontak mereka semua menoleh ke arahku yang mulai membuka suara setelah terdiam beberapa saat. "—aku, emm. A-apa kalian tidak merasa curiga terhadap para Guru?" lanjutku dengan hati-hati.

"Curiga?" ulang Tiara yang hanya aku balas dengan anggukan kepala.

"Kau benar, Nara! Mengapa kita sedari tadi tidak merasa curiga sama sekali terhadap para Guru?!" seru Alvian menggebrak lantai.

Sontak, kami semua menatap tajam ke arahnya. Bisa-bisanya dia berbicara dengan sangat keras di keadaan yang genting seperti ini?

"Ssssttt, pelankan suaramu, Bodoh!" sahut Faisal menggeplak kepala Alvian yang hanya dibalas ringisan kecil oleh sang empu.

"Maaf, aku tadi hanya reflek saja," jawab Alvian menyengir kuda.

"Kau ingat Guru yang mengajar kita tadi?" Mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut Rayyan, membuat kami semua menoleh ke arahnya.

"Iya, aku ingat. Ada apa dengan Guru itu?" jawab Tiara dengan sedikit mencondongkan badannya ke arah Rayyan.

"Apa kalian tidak merasa aneh dengan sifatnya? Bahkan, tadi beliau keluar kelas sebelum riuh ricuh kelas kita padam," tambah Rayyan.

Seketika, kami semua berfikir dengan kejadian beberapa jam yang lalu.

"Rayyan benar, mengapa Guru tadi keluar kelas tanpa memberi tahu ke kita terlebih dahulu? Mengapa beliau tidak merasa takut dengan para zombie yang tengah berkeliaran di depan kelas sejak pagi?" sahut Jacinda yang sejak tadi hanya diam menyimak.

Kami saling menatap dengan pandangan curiga yang ditujukan kepada Guru tadi.

"T-tadi juga, waktu kita lewat depan ruang guru, tidak ada guru sama sekali di dalamnya. A-apa ini ada kaitannya?" tanyaku dengan nada bergetar menatap mereka semua.

Ya, ini memang membingungkan. Aku curiga, jika para Guru telah meninggalkan kita para murid di sekolahan sendiri, dengan keadaan yang genting ini.

Ah, sial! Mereka bahkan tidak memikirkan nasib kita semua.

"Guru sialan! Aku rasa, mereka memang ada hubungannya dengan kejadian yang menimpa kita semua di sini." Rayyan berucap dengan nada yang tajam. Bahkan, kami semua bergidik mendengarnya. Sungguh seperti bukan Rayyan yang kami kenal selama ini. "Kita harus segera menyusun rencana untuk bisa mencari dalang di balik semua kejadian yang menimpa kita," lanjutnya.

Kini, suasana menjadi serius setelah bibir Rayyan mengatakan sesuatu yang membuat kita semua berfikir keras.

"Rayyan benar. Kita harus segera mencari dalang di balik ini semua," tambahku.

Setelah mengatakan hal itu, tanpa sengaja aku melihat lewat ekor mataku, Putri seperti tengah menahan raut wajah gelisah akibat pernyataan yang aku dan Rayyan lontarkan.

"Putri, kau kenapa? Apakah kau sakit?" Aku bertanya dengan nada khawatir terhadap salah satu sahabatku itu. Meskipun aku tadi sempat merasa kesal terhadapnya, karena dia yang sama sekali tidak merasa khawatir dengan keadaan Leon.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 17, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Zombie's In SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang