بسم الله الرحمن الرحيم
"Pasrah bukan berarti diam, bukan berarti tidak berusaha.pasrah itu merendahkan hati pada sang pencipta"
****
Maria dan umi Faridah berdiri di depan pintu sebuah bangunan besar yang sudah dihias sedemikian rupa. Desain klasik dominan warna putih gading dan coklat susu memenuhi bangunan megah tersebut. Dari pintu utama terbentang karpet merah menuju ke tengah-tengah ruangan yang di sana ada sebuah meja pendek dengan karpet yang terbentang dan empat bantal petak kecil untuk alas duduk.
Ruangan itu di penuhi dengan hiasan bunga mawar putih yang begitu tampak elegan di setiap sudut. Para pekerja berlalu lalang di depan mereka untuk melakukan tugas mereka masing-masing. Ada yang menyusun bunga-bunga disudut-sudut ruangan, membawa nampan-nampan berisi minuman atau makanan dan memeriksa semua persiapan acara lainnya.
Mesjid raya Baiturrahman adalah mesjid besar yang berdiri kokoh di tengah-tengah kompleks perumahan yang di isi oleh orang-orang memiliki penghasilan menengah keatas. Mesjid ini masih bagian dari pesantren milik Kyai Omar sama dengan mesjid Baitullah Al-haram yang berdiri di dalam pesantren. Dan disinilah tempat yang akan menjadi saksi penyatuan dua orang yang akan melaksanakan akad nikah mereka dalam beberapa jam kedepan.
Suara bising dari beberapa orang yang sudah hadir membuat bangunan mesjid itu begitu terlihat ramai.
"Umi?" Panggil Maria dengan pandangan lurus kedepan melihat banyaknya orang yang berlalu lalang di hadapan mereka melakukan tugas mereka masing-masing dengan pandangan bingung.
"Hmmm?" jawab umi Faridah juga dengan pandangan yang sama dengan Maria.
"Kenapa jadi kayak gini?" Tanya Maria.
Umi Faridah mengangkat bahunya pelan "umi juga nggak tau"
Umi Faridah dan Maria saling melempar pandangan bingung selama beberapa detik sebelum ada yang menganggu kegiatan pandang-menandang mereka karna ada seseorang yang berjalan kearah mereka dengan langkah yang tergesa-gesa.
"Ini Mbak Maria kan?" Tanyanya dengan nafas yang ngos-ngosan karna berjalan cepat dari jarak yang lumayan jauh dari tempat mereka berdiri.
" Iya, kenapa ya mbak?"
"Saya dan teman-teman saya udah nungguin Mbak Maria dari tadi, ngapain berdiri di sini?" Tanya mbak-mbak itu.
"Kenapa mbak nungguin saya?"
"Ya mau dirias atuh Mbak, udah jam berapa ini" ujarnya tergesa-gesa sambil melihat jam tangannya.
"Ayok ikut saya mbak, permisi buk" mbak itu pamit kepada umi Faridah lalu menarik tangan Maria untuk mengikuti langkah dia dengan tergesa-gesa.
Umi Faridah melihat orang itu menarik Maria hingga Maria agak terseok-seok mengikuti langkahnya. Lalu umi Faridah mengalihkan pandangannya mengamati setiap sudut mesjid yang sudah terhias dengan sedemikian rupa .
"Yang kayak gini sederhana?" gumamnya bertanya pada dirinya sendiri dengan tampang bingungnya.
****
Maria sudah duduk di sebuah meja rias yang ada di sebuah ruangan yang berisi banyak sekali piagam-piagam maupun piala-piala yang terletak di sebuah lemari kaca dan ada juga banyaknya baju-baju seragam berbagai warna yang berjejer rapi juga di dalam lemari kaca. Ruangan itu terletak di lantai dua mesjid.
Piagam dan piala itu adalah hasil dari perjuangan remaja mesjid ataupun para santri yang mengikuti perlombaan keagamaan yang di menangkan oleh mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surga Untuk Maduku
Spiritual[Folllow sebelum membaca] 🚫 CERITA PERTAMA SAYA!! KALO JELEK BILANG AJA, MENERIMA KRITIKAN DAN SARAN DALAM BAHASA YANG SOPAN. _______________________________________ "Aku hanya pelengkap, aku datang di antara mereka hanya untuk mengokohkan pondasi...