"Hei Belle! Tunggu aku."
Arkan adalah mahasiswa semester 4 jurusan Hubungan Internasional yang bersahabat dengan seorang gadis cantik bernama Belle yang berkuliah di jurusan yang sama dengannya.
Setiap hari, Arkan hanya menghabiskan waktunya di kelas dan perpustakaan. Perpustakaan adalah salah satu tempat favorit Arkan. Berbeda dari mahasiswa pada umumnya, Arkan adalah salah satu dari 100 siswa terpilih yang bisa mendapatkan beasiswa di Universitas Sibarashisoya salah satu kampus bergengsi di kota Keita.
"Arkan? Tugas pak Julius sudah selesai?" Belle menanyakan hal yang sangat sensitif di pagi yang sangat cerah ini? Begitu kira-kira batin Arkan.
"Sudah, tetapi aku merasa sedikit gusar. Jawaban terakhirku sepertinya salah." Ucap Arkan kemudian sambil menggaruk tengkuknya.
"Hei! Apa tidak salah? Orang yang mendapatkan nilai yang sempurna di mata kuliah Pak Julius bilang kalau jawaban terakhirnya salah?" Ucap Belle menelisik, "itu tidak mungkin." Ucapnya kemudian.
Akhir-akhir ini pikiran Arkan Memang sedikit terbagi. Kuliahnya dan cara mendapatkan uang dengan cepat adalah hal yang paling sering Arkan pikirkan. Memang Arkan adalah tipe pekerja keras.
"Hei Bell? Kau tau? Akhir-akhir ini ada rumor yang menyebar tentang penguntit Einstein di kampus kita." Arkan yang tiba-tiba membawa berita tentang penguntit mengerikan itu membuat Bell kaget.
"Heh! Jangan dibahas. Kau tidak tau dia sekarang ada dimana. Bisa jadi dia ada di belakangmu sekarang.", Ucap Bell dengan nada yang serius.
"Heung?" Arkan yang mendengar hal tersebut dengan reflek menolehkan kepalanya kebelakang, disana hanya ada seorang pria bernama Zan yang juga dikenal oleh Arkan.
"Tidak ada siapa siapa." Ucap Arkan pada Bell.
"Kan siapa tau saja. Begitu saja tidak paham." Ucap Bell sambil memukul perut Arkan pelan.
Pada saat itu, tidak ada perasaan mencurigakan yang di rasakan Arkan. Dia mengenal Zan bahkan Bell pun mengenal Zan, tidak ada pikiran jahat sedikit pun saat itu.
______________________________________
"Hahahahhaha. Arkan. Pria yang menarik."
Zan yang sedang sibuk diruang penelitiannya tiba-tiba tertawa, membayangkan wajah manis Arkan saat dia mengerang kesakitan. Objek selanjutnya yang akan dia "sayang" sepenuh hati.
"Zan? Jangan main api. Kau harus lebih berhati-hati."
"Apa kau bisa diam? Terakhir kali saat kau keluar, seluruh rencanaku menjadi berantakan." Zan masih terus fokus pada objek penelitiannya.
"Aku hanya berbicara fakta. Kau harus lebih hati-hati." Ucap seorang pria yang berada di ruangan yang sama dengan Zan.
"Lebih baik kau diam, atau aku akan merobek mulutmu agar tidak bisa berbicara lagi." Ucap Zan kemudian.
"Apa kau berani melukai tubuhku? Tubuhku ya tubuhmu juga. Dasar bodoh." Greed mulai tertawa melihat Zan tidak bisa menjawab sama sekali
Kadang, pertengkaran kecil bisa muncul diantara mereka ber-4. Orang-orang yang sudah dianggap sebagai sahabat sendiri oleh Zan. Orang-orang yang dianggap Zan paling mengerti tentang dirinya.
Zan melanjutkan penelitiannya, dia memang bekerja di lembaga riset dan teknologi pada Universitas Sibarashisoya sejak 2 tahun yang lalu. Saat pertama kali bertemu dengan Arkan, Zan merasa bahwa Arkan adalah orang yang menarik walaupun umur mereka terpaut 5 tahun bedanya.
______________________________________
"Aaaaaakkkk, jangan mendekat."
Suara parau dan ketakutan yang membelah malam. Membelah keheningan tengah malam di antara gedung-gedung yang menjulang.
Malam itu, rasanya lebih dingin dari biasanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bloody Night
Fanfiction"Teruslah menangis. Selain aku, tidak ada orang lain yang bisa mendengarmu." Zan mengusap pelan air mata Arkan seolah tidak ada yang terjadi. "Ampuni aku Zan. Lepaskan aku. Aku tidak akan melawan mu lagi." Zan yang tidak tahan dengan ucapan Arkan m...