Part 2

87 10 1
                                    

Tingtong

"Phi Zan? Ayo masuk." Arkan mempersilakan Zan masuk setelah membuka pintunya.

Malam itu memang sedikit gerimis, jika kita berada di luar agak lama, baju dan tubuh kita akan sedikit basah. Begitupula penampilan Zan malam ini. Rambut dan baju yang sedikit basah dan wajah yang terlihat kusut.

Ini adalah kali pertama Zan masuk kerumah Arkan. Beberapa kali Zan pernah mengantar Arkan pulang tetapi hanya sampai stasiun saja.

"Mau ku ambilkan handuk?" Ucap Arkan.

"Boleh," Balas Zan,"kalau saja temanku bilang dia tidak bisa datang. Aku lebih baik diam dirumah. Tidak perlu repot-repot ke daerah ini." Ucap Zan lagi.

"Tenanglah phi. Berita baiknya, kau bisa mampir ke rumahku." Ucap Arkan sambil menyerahkan handuk di tangannya.

"Ya, itu tidak salah juga."

"Mau ku buatkan susu atau teh hangat?" Ucap Arkan lagi.

"Eum, tidak. Aku tidak suka susu dan aku tidak minum teh." Ucap Zan menimpali.

"Lalu phi ingin apa? Pakaian phi basah begitu. Pasti kedinginan kan?" Ucap Arkan lagi.

"Pinjamkan aku bajumu. Rasanya tidak nyaman memakai pakaian basah seperti ini." Ucap Zan lagi.

"Baiklah. Aku akan mengambilkan pakaian yang sesuai dengan ukuranmu." Ucap Arkan lagi lalu langsung meninggalkan Zan yang sedang mengeringkan rambutnya di ruang tamu.

"Hem, rumah ini terlihat lebih rapi jika dilihat secara langsung." Ucap Zan dengan senyum simpulnya.

"He? Phi Zan pernah lihat rumahku?" Ucap Arkan bingung sambil meletakan pakaian yang dia ambil dari dalam lemari.

"Hm? Tidak. Kau pasti salah dengar." ucap Zan.

"Ah~ baiklah. Ganti pakaian Phi Zan sekarang. Sebelum masuk angin." Ucap Arkan kemudian.

______________________________________

Jika aku harus membunuh bulan, maka aku akan menusuknya dengan pedangku lalu menghunuskannya dan membuat bulan itu menjadi merah.

Zan telarut dalam khayalannya, akhir-akhir ini dia terus memikirkan hal-hal yang sangat tidak masuk akal. Buku-buku misteri yang ada di rak perpustakaan miliknya, semua rentetan kasus dari buku yang dia curi dari kakaknya. Membuat dirinya sedikit tergugah. Sebenarnya, apa yang selama ini Zan inginkan?

5 tahun lalu, saat dia baru saja memasuki dunia perkuliahan. Zan adalah anak baik yang sangat disukai semua orang, dia termasuk murid yang pintar di jurusannya. Bersekolah di Universitas Hatsukoi membuatnya menjadi salah satu siswa terpandai di jurusannya. Siapa yang tidak mengenal Zan Eroush, orang dengan segudang prestasi di kampus unggulan.

"Phi Zan? Sepertinya kau tidak bisa pulang."

"Ya, sepertinya begitu. Hujan turun semakin deras dan sekarang sudah jam 12 malam." Ucap Zan dengan nada sedikit gusar.

"Kau mau tidur di sini? Aku akan menyiapkan kamar untukmu phi." Ucap Arkan lagi.

"Mau bagaimana lagi kan? Tapi tidak usah repot-repot. Aku bisa tidur di sini." Ucap Zan sambil menunjuk sofa.

Sejujurnya, Arkan pernah tertarik pada Zan setahun yang lalu. Dulu, ketika Zan menyelamatkan Arkan dari sebuah kecelakaan, menurutnya Zan terlihat sangat tampan. Entah apa yang dia fikirkan saat itu, tetapi tidak pernah terpikir olehnya mereka bisa menghabiskan waktu berdua semalaman di tempat yang sama.

"Um baiklah, aku ambilkan bantal dan selimut dulu ya."

"Okay. By the way, kenapa bajumu sangat tipis?" Ucap Zan sambil memperhatikan baju yang di kenakan Arkan.

Bloody NightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang