PROLOG

581 40 4
                                    

Terik mentari masuk ke celah jendela kamar seorang gadis yang masih tertidur lelap. Namun gadis itu tak membukakan matanya sedikit pun,  memang ia sengaja bangun kesiangan, karna nantinya akan disuruh untuk pergi ke markas lagi. Padahal hari ini ia ingin bersantai-santai di rumahnya, masih banyak urusan di organisasinya yang harus dia kerjakan namun belum juga terselesaikan. Misi yang tiba-tiba dari 2 tahun terakhir muncul lagi, hal itu hanya membuat gadis itu semakin stress akan banyak masalah di hidupnya.

Bukan karna ia tidak mau mengurusnya, tapi ia hanya ingin fokus ke ujian saja dan nahasnya harus ia selesaikan demi reputasi keluarga, orang-orang disekitarnya, dan tentunya kehidupannya sendiri.

Ditengah tidur nyenyaknya tiba-tiba dering ponsel yang berada tepat di bawah bantalnya berbunyi.

Berkali-kali ia mendengar dering itu berbunyi hingga mengusik ketenangan tidurnya pagi hari ini.

"Ck, siapa sih nelfon pagi-pagi?" ia masih menggeliat untuk meregangkan otot kemudian meraba tangannya dibawah bantal untuk mendapatkan handphonenya, mata yang masih tertutup itu mengangkat telfon itu.

"Halo? Siapa sih pagi-pagi gini nelfon gue? Ganggu orang tidur aja!" gerutu gadis itu dengan suara orang khas bangun tidur.

"Hey cantik, selamat bersenang-senang hari ini, tugas lo banyak, tapi tenang ntar gue bantuin ntar." Jelas sudah di pendengaran alya bahwa itu suara lelaki menyebalkan terkenal di sekolahnya.

"Apaan sih lu kaga jelas." Ketusnya, kesal.

Setiap di minggu pagi hari pasti ada saja panggilan dari lelaki itu, namun hanya ia dapatkan semenjak naik kelas 12 SMA, meskipun tak sering tapi tetap saja sangat mengganggu, alasannya hanya mengingatkan tugasnya yang pasti gadis itu lakukan, dan membantu menjalankan sebuah rencana yang ia sendiri tak tau apakah itu. Entah apa tujuan dia melakukan hal itu di pagi hari. Kalau tidak, mungkin gadis yang bernama alya ini tak segan menjitak kepalanya atau menginjak kakinya sekarang,–kesal.

Namun disamping itu, ia masih mensyukuri setidaknya menjadi penyemangat menuju sekolah selama orang tuanya saat ini jarang sekali memperhatikannya.

"Yaelah, jangan ngegas atuhh, nanti cantiknya hilang , sampai jumpa besok." Belum sempat alya ingin berbicara, cowok itu sudah mematikan sambungannya secara sepihak.

Kemudian alya membanting ponsel itu ke sebelahnya, kesal-

Tapi ya jangan sampai ke lantai, bisa tamat riwayatnya jika ponsel itu rusak karena papanya yang membelikan–sewaktu sebelum semua kondisi keluarga runyam–.

Tak lama setelahnya alya menarik selimutnya kembali, dering ponsel berbunyi lagi, "ck, pasti dia lagi!"

Kemudian ia meraba ponselnya dan mengangkatnya.

"Ada apa lagi sih?"

"Segera ke markas, jadwal kamu hari ini membahas lumayan padat." Suara yang tak sangat asing baginya, –suara Kak Angel.

"Eeh i-iya Kak." Ucapnya terbata-bata karena yang ia kira, lelaki tadi yang menelfonnya. Ternyata Kak Angel yang notabenenya ketua markas milik keluarga Alexander sekaligus kekasih dari kakaknya Gavin.

"Kebiasaan bangun kesiangan kamu." Ucap Kak Angel di seberang sana, lalu menutup sambungannya begitu saja.

"Aish, tau aja sih orang ini kalau gue bangun kesiangan." Gerutunya masih dengan menguap, ia memang mengantuk betul semalam saja tidurnya tidak teratur maka dari itu ia memutuskan bangun kesiangan. Sebab ia harus mengurus dokumen data-data anak osis yang baru direkrut dan hal lainnya, ia pun sampai tak sadar tidur jam 12 malam. Namun baginya sudah terbiasa jika seperti itu, kalau ada pekerjaan yang mengharuskan ia lembur menugas.

Alya Mission [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang